BAB 40

1.9K 316 18
                                    

Orang-orang bicara soal hari

Suatu hari

Pada suatu hari

Aku bermimpi tentang hari

Hari dimana hujan tak menghapus rasa bibirmu pada bibirku

Hari dimana hal itu terjadi...

Hari dimana aku akan berhenti bermimpi

Dan kita bersama lagi

.

.

.

-Pagi, hari dimana Harry berhenti bermimpi-

Jam alarm berbunyi nyaring di kamar Harry. Harry merasakan tubuhnya sulit bergerak untuk menjangkau benda yang seharusnya cuma berjarak sekitar lima puluh senti dari posisinya kini. Harry berusaha berpikir menggunakan rumus fisika tentang kemungkinan daya gravitasi menahannya bangun, lagipula gravitasi ranjang sepertinya lebih besar dari kebanyakan tempat. Harry mulai berpikir bahwa ada alasan universal kenapa orang-orang lebih memilih terlambat daripada meninggalkan tempat tidur mereka. Pasti garvitasi. Pikir Harry. Tapi lalu alarm Harry mati, tidak mati dengan sendirinya. Tapi ada tangan lain yang menjangkau alarm jam itu. Harry dibuat pusing karena tangan itu bergerak bersamaan dengan tubuh lain yang ternyata setengah menindih tubuh Harry.

Oke. Harry tahu ini terlalu pagi untuk memikirkan soal gravitasi atau rumus fisika lain.

Dan jelas terlalu pagi untuk menyikut sekuat tenaga tubuh seseorang yang tiba-tiba memeluk Harry lagi begitu ia selesai mematikan alarm.

Sebelum orang yang Harry sikut itu sempat berkata awww dengan suara dalamnya, Harry sudah memenuhi ruang suara di kamarnya dengan bunyi bruk yang cukup kencang. Dan menyakitkan karena itu tubuh Harry yang berusaha menjauh dari tubuh siapapun-orang-yang-barusan-memeluknya-dari-belakang-dan-mematikan-jam–wekernya. Harry sedang sibuk memikirkan nickname lain ketika tubuh tersebut bersuara dan Harry langsung mengenali suara merdu dan dalam pria itu.

"What the f*ck, Harry!" Malfoy. Harry memiringkan kepalanya dan memasang tampang bingung.

Oh. Harry terdiam detik berikutnya begitu teringat kejadian semalam.

Oh. "Sorry?" Harry menawarkan pesan perdamaian dengan nada tidak yakin. Draco hanya memutar bola matanya sambil terus sibuk memijat bagian ulu hatinya yang jadi korban sasaran sikutan Harry.

"Kau bilang, kau tidak keberatan 'being the little spoon'?" Harry berpikir sesaat, ya dia tidak keberatan. Masalahnya adalah ia baru saja mendapat serangan panik karena ia lupa bahwa semalam ia pergi tidur dengan Draco Malfoy dan setuju untuk, you know, cuddling?

"Sorry..." Harry menawarkan lagi. Kali ini ia kembali ke atas ranjang dan mendekati Draco hati-hati. Dan dengan sangat manly berusaha mengeluarkan pupyy eyes andalannya agar Draco cepat memaafkannya.

"Yeah... whatever..." Draco menghentikan sesi pijat mandirinya dan melebarkan tangannya, menginstruksikan agar Harry mendekat ke pelukannya.

Harry memamerkan wajah skeptis sebelum perlahan mendekat dan membiarkan Draco memeluknya.

"Kau panik." bukan pertanyaan, pikir Harry. Draco menjadi pembaca pikiran yang baik sejauh ini.

"Untuk sesaat aku lupa bahwa semalam aku mendapat kekasih baru?"

Draco berhenti mengelus rambut Harry untuk sesaat. "Ya..." Draco mencium rambut Harry yang 10 kali lebih berantakan karena ia baru saja bangun tidur. Ya. Pikir Harry.

Kekasih kedengaran asing di telinga keduanya.

Tapi kata itu adalah bagian dari nama hubungan mereka saat ini.

"Berapa lama biasanya kau beradaptasi dengan suatu hal baru dalam hidupmu?"

Selamanya? Suara tak yakin keluar dari pikiran Harry. Jadi untuk mengulur waktu Harry mengeluarkan suara menggumam tanda ia sedang mempertimbangkan sesuatu. "Cukup lama..."

"Menurutmu aku harus mulai tidur dengan kostum rugby untuk menghindari cedera jika setiap pagi aku harus dibangunkan oleh sikutan?"

"Nah..." Harry menjawab, lalu tertawa tergelitik.

Ini terasa seperti mimpi. Angan-angan yang akan hancur dalam beberapa detik begitu alarm di jam Harry benar-benar menyala kali ini.

Tapi hangat tubuh Draco terasa begitu nyata dan dekapan eratnya menyulitkan nafas Harry. semua terasa manis. Dan Harry menunggu sesuatu terjadi.

Mungkin gempa bumi atau ledakan granat.

Harry tahu ia tidak berada di Jepang atau Suriah. Tapi detik sempurna seperti ini membuatnya ketakutan.

Ia selalu merasa asing dengan kebahagiaan. Dan ketika sesuatu yang sempurna terjadi padanya itu terdengar seperti pembuka lelucon lain dari kehidupan untuknya. Ia merasa seperti itu ketika ia memuncaki karirnya di usia muda. Ia merasa seperti itu ketika Cedric berkata mencintainya. Ia merasa seperti itu ketika ia mendapat pekerjaannya kembali sebagai aktor.

Dan sekarang Draco yang mendekapnya.

Draco yang menciumi rambutnya.

Pelipisnya.

Hidungnya.

Bibirnya.

Harry merasakan sengatan listrik kecil dari bibirnya mengalir ke seluruh tubuhnya.

"What do you think for breakfast?" Draco bertanya. Melepaskan pelukannya pada Harry dan mulai bangkit dari ranjang.

Kaki jenjangnya melangkah perlahan menuju meja rias cokelat kehitaman di dekat lemari baju Harry yang hitam besar. Merapikan tatanan rambutnya yang juga cukup berantakan di pagi Harry. He is adorable, pikir Harry. Lalu menggeleng perlahan dan mulai menjawab, "Aku tidak punya banyak bahan masakan, kurasa roti panggang dan telur mata sapi?"

"Kuharap kau punya jus apel atau orange."

Harry menggeleng lalu sambil terkekeh sambil mengganti kata maaf, "Tapi aku punya kopi?" Harry menawarkan sambil ikut bangkit.

Mendekat ke arah Draco dan mengambil sisir. Karena jika rambut Draco bisa dijinakkan hanya menggunakan jemari jenjangnya, rambut Harry akan butuh lebih dari satu sisir untuk benar-benar terlihat rapi.

Draco menunggu di depan pintu kamar Harry, menatap Harry yang bergumul dengan rambutnya. Harry yang sadar diperhatikan mengarahkan tatapan curiga pada Draco. "What?"

"Kopi juga?" tanya Draco, terdengar seperti pengalihan isu bagi Harry.

Tapi Harry menjawab, "Ya, dengan krim dan gula yang banyak. Beberapa manusia punya toleransi rendah pada rasa pahit, Drac..."

Draco terkekeh mencemooh. Harry merasa flashback pada hari-hari syuting Folie a Deux. "Yeah... I can work with that..." Draco dengan langkah santai kembali mendekati Harry dan mencium kening pemuda itu.

Lalu pergi begitu saja, meninggalkan Harry yang terbengong-bengong dengan kelakuan Draco barusan saja. "One day you're gonna give heart attack, d*ckhead!!!" Harry berteriak ke luar kamar.

Draco balik berteriak dengan nada kelewat manis, "You're welcome, sweetheart..."

Harry melanjutkan pekerjaan menyisirnya sambil terkekeh.

Yeah, we can work with this.

.

.

.

[Sudah Terbit] Folie à Deux 🌟 Drarry [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang