BAB 16

2.3K 412 18
                                    


Hermione setengah berlari ketika melihat Harry sampai di ujung red carpet. Selesai berpose untuk para wartawan, ia menolak semua tawaran wawancara dengan sopan dan tersenyum kikuk seperti biasanya. Berkata bahwa ia terburu-buru, sambil menunjuk wajah Hermione yang masam di ujung karpet berbulu empuk yang diinjaki sepatu mahal. Beberapa wartawan, yang pernah mewawancarai Harry tertawa, cukup akrab dengan sifat overprotective manajer Harry itu.

"Ikut aku!" ujarnya penuh nada perintah ketika Harry sampai di pintu depan theater tempat pemutaran perdana Folie a Deux.

"Gaunmu indah, by the way..." Harry kemudian mengeluarkan seringai kudanya. Hermione memutar bola matanya. Bagaimanapun Harry harus bicara karena Hermione yang diam dengan wajah penuh kemarahan lebih menakutkan dari apapun di dunia ini. Setidaknya begitu menurut Harry.

Mungkin kecuali air mata ibunya dan wajah kecewa ayahnya. Harry tidak takut pada ekspresi lain di dunia ini.

Oh. Dan senyum penuh afeksi yang ia dapatkan dari Draco sejak kemarin.

Tidak ada alasan khusus, hanya saja Harry takut akan ketamakan. Kau tahu, Harry hanya manusia. Seseorang sesempurna Draco Malfoy membisikkan pernyataan cinta setiap dua menit sekali, bukan sesuatu yang mudah ia tolak begitu saja. Logika Harry berteriak bahwa Draco hanya melakukan pekerjaannya. Mungkin sedikit terbawa suasana. Tapi pada akhirnya ia akan terbangun suatu pagi dan euforia dalam darahnya akan hilang. Maka tinggal Harry sendirian dengan perasaannya.

Itu sebabnya Harry berusaha menahan diri. Meskipun tidak terlalu baik. Tapi Harry sungguh-sungguh berusaha menahan diri.

"Kita harus menghentikan ini..." Hermione berbisik, namun ada jeritan putus asa yang terkandung dalam kalimat barusan. Mereka kini ada di sudut sepi dekat toilet wanita. Di balik pot besar yang ditumbuhi pohon palem aneh yang tampak terlalu segar untuk ukuran tanaman yang disimpan hanya di bawah cahaya buatan manusia.

"Semuanya akan berakhir dengan sendirinya..." Harry menyempatkan menjeda untuk tersenyum. "Tenang saja..." Dan Harry tahu Hermione akan segera mendebatnya jadi ia menarik nafas detik itu juga.

"Tenang katamu?" Hermione terdengar murka, Harry tercekat nafasnya dan refleks mundur selangkah. "Dengar, kau ada di sembilan headline tabloid gosip pagi ini. Kau dan Draco, dan parade kemesraan kalian harus dihentikan. Orang-orang mulai berpikir kalian nyata, kau mengerti? Sekarang mereka benar-benar berharap kalian nyata. Ada banyak dukungan. Terlalu banyak untuk dihentikan begitu saja. Saat ini Kau mendapat sorotan tapi berikutnya, ketika semua hal dengan Draco ini berakhir... Mereka akan menyalahkanmu karena tidak sungguh-sungguh menerima perasaan Draco. Mereka akan menyalahkanmu yang membuat segala urusan dengan Draco ini menggantung. Kau mengerti? Kau. Sekali lagi. Yang akan menjadi kambing hitam atas semua ini." Tangan Hermione bergerak liar sembari ia bicara. Penuh emosi seakan-akan ia membicarakan isu penting, seperti global warming atau kesetaraan gender. Ini hanya hidup Harry Potter, Harry pikir. Tidak sepenting itu... Harry membuat anggukan persetujuan untuk suara di kepalanya dan bukan kalimat panjang Hermione.

Hermione menghempaskan nafas putus asa dan menyelipkan poninya ke belakang telinga.

Harry hanya tersenyum tipis, senyum yang ia tahu sedikit terlalu ia paksakan, "Bukan masalah untukku. Aku pernah dibenci seluruh Inggris sebelumnya. Aku bisa melewatinya sekali lagi."

"Dan menyilet nadimu sekali lagi?" Hermione bertanya sinis. Pupil mata Harry membulat, terkaget dengan kalimat Hermione. "Oke. Sorry. Aku tidak bermaksud..."

"Kita setuju untuk tidak membicarakan hal itu lagi." Harry berujar dingin.

"Tapi kau dan permainan kecilmu dengan Draco tidak membuat ini mudah-,"Harry menepuk pundak Hermione dan menghentikan racauan panjang Hermione yang berikutnya.

[Sudah Terbit] Folie à Deux 🌟 Drarry [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang