Mengingat pertandingan Persib Bandung dan Persela Lamongan akan digelar di Bandung, Jelita memutuskan untuk pergi ke sana menonton dan singgah beberapa hari untuk menjernihkan pikiran dari huru-hara yang dialaminya di sini.Ayah dan ibu tak terlalu mempersalahkan, mereka tahu putrinya ini mesti melepas rindu pada neneknya, yang menjadi bagian penting perginya Jelita ke Bandung.
Akibat dirinya terlalu tak sabaran menuju kota kembang ini, sampai-sampai ia khilaf tak memberikan surat izin pada sekolah. Ia menghubungi Tasya untuk memberitahu kalau dirinya izin beberapa hari, tanpa surat keterangan.
Jelita bertemu dengan ketiga sahabatnya; Adit, Raini dan Dera. Mereka serempak bertemu di salah satu kedai surabi Mang Asep.
Surabi merupakam makanan yang bentuknya bulat berbahan dasar tepung beras, santan, ragi dan sebagainya, ada surabi manis yang ditambahi gula manis dan surabi asin, dimasak menggunakan tungku. Seiring berkembangnya zaman, surabi ini banyak ditambahkan taburan coklat, tiramisu, keju, greentea dan yang lainnya, supaya rasanya lebih enak dan menarik, contohnya seperti di kedai Mang Asep ini.
Penyebutan surabi juga hanya terdapat di daerah tertentu saja, kata umumnya adalah serabi. Semasa Jelita tinggal di Bandung, kedai surabi Mang Asep ini sering menjadi tempat tongkrongan ia dan ketiga sahabatnya. Maka tak heran jika Mang Asep sudah tak asing lagi pada mereka. Bahkan, tanpa adanya Jelita. Adit, Dera dan Raini masih setia nongkrong di kedai ini.
“Ehhhh, Neng Tata kamana wae, teu kangen ka Mang Asep?” sapa Mang Asep.
“Biasa Mang ayeunamah si Tata teh sibuk jadi thejak,” celetuk Adit .
“Ohhh, Neng Tata teh ayeunamah lain bobotoh sejati deui?” kata Mang Asep yang ke kini mengundang tawa ketiga sahabatnya itu terutama Adit terbahak atas kepolosan si penjual serabi ini.
“Henteu atuh Mang Asep tetep we abi mah setia ka encib” Jelas Jelita.
“Enggak apa-apa atuh Neng Tata, da enggak ada yang salah, mau jadi Bobotoh mau jadi TheJak mau jadi Bonek, masih sama endonesia, justru kita teh harus bangga, ngadukung bola Indonesia tanpa gegelutan. Rukun. Dahulu, balad pertama Bobotoh teh pan TheJak,” mereka berempat mengangguk-angguk paham mendengar cerita Mang Asep yang ditambahkan segelintir nasihat.
“Kumaha ayeuna punya pacar enggak di sana?” Tanya Mang Asep kembali.
“Galau Mang Asep si Tata teh,” timpal Raini, Si Pendengar cerita-cerita Jelita.
Adit dan Dera juga teman curhat Jelita, tapi kepada Raini ia lebih berani terang-terangan, bukan karena tak percaya pada Adit dan Dera, melainkan karena Raini sesama perempuan, jadi akan lebih paham dan mengerti.
“Ta, gimana atuh jadinya?” tanya Dera menanyakan terkait hubungan Jelita dengan Alan yang sering diceritakan sahabatnya ini .
Jelita menggeleng. Semenjak terkuak semuanya, tidak ada kontak apa pun lagi dengan lelaki itu, ya.. meski Alan menghubunginya berkali-kali, Jelita lebih memilih mengabaikannya, karena saat ini rasa kecewanya lebih besar dibanding perasaan yang sebelumnya. Ia pun tak tahu, kisahnya masih berlanjut atau sudah berakhir, keduanya belum memutuskan akan dibagaimanakan, karena yang Jelita inginkan saat ini menghindar sejenak dari ibu kota serta permasalahan yang ada di dalamnya.
Mereka berbincang cukup lama, bernostalgia, obrolan tak penting dari mulai harga cuanki di stadion naik dan obrolan penting lainnya seperti harga tiket di stadion, rencananya mereka berempat akan kembali nonton bareng Persib melawan Persela di Gelora Bandung Lautan Api.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY DUA SUPORTER [Completed]
Teen FictionJelita menengadah, memandang langit tribun, "Jaya," masih dengan menengadah, Jaya menoleh. "Seharusnya suporter Persib Bandung dan Suporter Persija harus banyak belajar dari langit." Giliran Jaya menengadah mengikuti aliran mata perempuan itu lalu i...