Lima

89.7K 3K 77
                                    

Lyra berlari dengan terengah-engah menuju kelas, sampai berada di depan kelas, ia melihat bahwa sudah ada seorang guru yang jadwalnya memang mengajar dikelasnya.

Aldi! dia Aldi! Guru sejarah baru dan muda disekolahnya, sekaligus calon suaminya.

"Duh, Pak Aldi lagi." Katanya ditengah napasnya yang tengah tersenggal.

Tanpa mengetuk pintu, ia masuk begitu saja. Itu sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu, entah siapapun itu gurunya.

Aldi melihat Lyra yang masuk begitu saja, "Hey hey, main nyelonong aja. Kamu pikir saya ini angin?"

Gadis cantik itu hanya memutar bola matanya malas, "Calon suami gue gini amat yak?" Gerutnya dalam hati.

Seperti tak terjadi apapun, seperti sudah melupakan kejadian acara lamaran semalam, Lyra dan Aldi bersikap biasa, bersikap layaknya murid dan guru, bukan pasangam calon suami-istri.

"Yaudah, terus Lyra harus gimana nih, Pak?" Tanyanya sedikit tersendal karena memang napasnya belum teratur. Aldi menghampiri Lyra dengan wajahnya yang sok-sokan.

"Aaa..aduh, Pak. Sakit tau!" Tiba-tiba saja, Aldi menjewer telinga Lyra begitu saja dan tanpa aba-aba sekalipun, dengan wajahnya yang penuh kemenangan.

Setelah melepaskannya, Lyra hanya mengelus telinganya bekas jeweran Aldi, "Awas lo, gue bilangin mama." Bisiknya yang hanya bisa di dengar oleh mereka berdua.

"Bilangin aja, yang penting gue udah untung." Jawab Aldi dengan raut wajah tak berdosa.

Lyra menghentak-hentakkan kakinya ke lantai, lalu pergi duduk menuju bangkunya, "Heh, siapa suruh duduk?" Cercah Aldi.

"Udah, Pak. Pak Aldi kan udah jewer Lyra, mau apa lagi?" protes Lyra tak terima, yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Aldi.

****

Seperti biasa setelah bel istirahat berbunyi, Lyra dan kedua sahabatnya pergi ke kantin. Dan seperti biasanya lagi, jika tidak ada tempat duduk yang kosong, ketiga cewek itu akan mengusir adik kelasnya yang sudah menduduki meja makan terlebih dahulu.

Lyra menghampiri sebuah meja, dengan hanya berdiri, adik kelas itu sudah pergi, tanda bahwa ia mengerti jika akan diusir.

"Hebat lo Lyr, lo berdiri aja dia udah pergi haha." Kata Elen yang kemudian duduk sambil meneguk jus melonnya.

"Oh ya jelas." Jawab Lyra dengan bangga.

"Gue mau beli, kue dulu, lo mau gak?" Kata Siska. Lyra menggelengkan kepala.

"Gue ikut, deh." Kata Elen, lalu dia berdiri dan pergi bersama Siska untuk membeli kue di salah satu kantin tersebut, kantin ini bisa dibilang hampir lengkap, makanan-makanan yang enak ada disini, dimulai dari harga yang murah, hingga mahal, karena SMA Nusa Indah adalah yayasan sekolah yang elit.

Kini, Lyra diam sambil memainkan ponselnya sendiri, di tempat duduk itu. Tak ada yang menemani.

"Lyra," Tiba-tiba saja, ada yang duduk disampingnya, ada yang berani memegang tangannya tanpa seizinnya, ada yang memanggilnya dengan suara sendu.

"Ng...ngapain, lo?"

Jantung Lyra berdegup kencang, melihat pria yang disampingnya menatapnya dengan sendu, menatap Lyra dengan penuh harapan, harapan yang terpendam selama beberapa tahun.

"Gue...gue...mau minta ma--"

"Udah, gak usah minta maaf, gue gak butuh maaf dari lo!" Ketus Lyra memotong perkataan pria itu yang ingin menyanyampaikan permintaan maafnya yang kesekian kalinya.

Five Years Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang