Dua puluh lima

60.3K 1.7K 35
                                    

Aldi yang sudah berpakaian rapi ala guru - guru seperti biasanya pun mendekatu Lyra, "Lyra bangun woi, sekolah!" Teriak Aldi.

"Heh, Bocil, bangun woi!"

"Eh anak kecil gak bangun-bangun." Omel Aldi sekali lagi.

Lyra membuka matanya sedikit sambil menguap tanpa malu dan canggung sama sekali, "Hoamm...aku bolos aja ya, capek tau abis diculik seharian gak dikasih makan." Elaknya yang malas bangun.

"Lah, diculik cuma duduk ae wis sambat, liat nih mukaku babak belur." Elak Aldi sambil memamerkan wajah tampannya yang sedikit terkena sentuhan tangan kotor Rico.

"Ngomong apaan sih kamu, Kemarin malem kan udah diobatin, manja banget nih, om-om." Protes Lyra yang risih dengan ocehan Aldi, bahkan tiap ocehannya Lyra sangat risih.

"Ngobatin aja mulutnya cemberut mulu, kalo masih cemburu bilang." Ejeknya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Siapa nih yang cemburu, sok iye banget."

"Serah, mandi sana, hus... huss." Aldi menyibakkan tangannya bagai menggusur ayam.

"Lo kira gue anak ayam apa? Bentar ih mandinya!!" Ketus Lyra yang tak terima karena Aldi mengusirnya seperti mengusir anak ayam yang kelayapan.

"Mandi sekarang atau nanti, Cil? Kalau sekarang, mandi sendiri. Kalau nanti, Om mandiin!"

Mendengar ocehan Aldi yang membuat telinga Lyra gelo seketika. "Dasar Om-Om mesum, sialan!" ucapnya sembari sedikit berlari.

Aldi melipat kedua tangannya si depan dada, matanya tertuju pada Lyra yang berjalan ke kamar mandi sambil komat-kamit gak jelas,
"Jangan ngoceh aja kamu, Dek, kalau 15 menit belum selesai, aku tinggal!"

Lyra berhenti. "Emangnya gue adek lo!" Ketus Lyra tak terima.

***

Mobil silver milik Aldi mulai memasuki area sekolah. Hari ini Lyra tidak diturunkan di halte seperti biasanya. Lyra turun bersama Aldi di parkiran guru.

Semua mata tertuju pada pasangan suami-istri antara Guru dan Siswinya itu, entah apa yang mereka pikirkan, mungkin saja mereka berpikir kalo kedua pasangan itu hanya mengikat hubungannya dengan pacaran, namun tidak, mereka sudah saling mengucap janji suci pernikahan.

Lyra seperti merasa aneh dan canggung. "Al kenapa semua liatin kita?" Tanyanya kepada Aldi yang merasa tidak enak.

"Karena mereka punya mata." Jawab singkat Aldi seenaknya.

"Serius nih Al, aku gak bercanda." Kata Lyra sambil menyenggol lengan Aldi dengan perlahan, sempat kesal karena bertanya serius namun hanya dijawab sebatas bercanda.

"Aku juga serius, kalo gak punya mata, mereka gak bakalan liatin kita!" Jawabnya dengan wajah yang masih sedikit cengengesan.

Lyra mengerucutkan bibirnya, "Serah, aku ke kelas dulu."

Aldi mengangguk seraya tersenyum, "Yaudah, belajar yang rajin, jangan nakal, ya, Cil." Ucapnya mengacak rambut Lyra pelan.

"Ih, apaan sih, ntar ada yang liat." Lyra semakin salah tingkah, karena Aldi memperlakukannya seperti itu walau hanya hal kecil apalagi dilihat oleh banyak orang.

"Mana? Udah sepi, gak ada orang, makannya jangan ngelamun mulu, gitu aja udah ngelamun." Ejek Aldi.

Memang saat ini di parkiran sudah sepi, karena bel tanda masuk baru saja dibunyikan.
Lyra melihat sekeliling. Dan yang benar saja, memang sekarang sudah sepi.

"Yaudah sana cepetan masuk, nanti telat. See you, and love you!"

"Me too," ujar Lyra melambaikan tangannya sambil lari. Tak biasanya dia menghiraukan telat atau tidaknya, tapi entah mengapa dia sekarang berlari begitu mengetahui bahwa sudah terlambat.

***

Saat Lyra memasuki kelas, semua pandangan menatapnya tajam, terutama para kaum hawa.
"Apa?!" Ketus Lyra yang risih karena sedari tadi mereka memandanginya.

Lyra duduk di sebelah Siska yang sedang memainkan ponselnya. "Siskaa, kenapa sih mereka?" Tanya nya yang langsung pada intinya tanpa basa - basi.

Siska memalingkan pandangan dari ponsel ke Lyra, "Lyra ya ampun, lo kemaren dari mana aja, gue khawatir."

"Dari rumah mama, ada apa sih sekarang ini Sis?" Tanyanya yang masih merasa heran.

"Lo nggak tau?" Tanya Siska sambil mengangkat sebelah alis tebalnya.

"Nggak!" Jawab Lyra santai.

"Dengerin dulu kalo orang bicara ih!"

"Lo kan tadi nanya, ya gue jawab dong. Hehe.." Cengir Lyra.

"Yaudah dengerin, jadi gini, berita pernikahan lo sama pak Aldi udah nyebar." Jelas Siska, kali ini ekspresinya serius, tidak nyengir seperti biasa.

Lyra terbelalak kaget, "Serius lo?"

Gadis yang duduk bersamanya mengangguk dengan pasti, tidak ada keraguan.
Lyra mengepalkan kedua tangannya, sampai jari-jari kukunya terlihat putih pucat.

Lyra berusaha tetap tenang, lalu
Ia segera mengambil ponselnya, dan mengetikkan pesan whatsapp kepada Aldi.

Setelah duduk, Lyra menulis pesan di Aplikasi berwarja hijau yang bertuliskan WhatsApp itu, ia menulis "Masih ngajar ya?" Lalu tanpa basa basi langsung saja dikirim ke Aldi.

15 menit belum ada jawaban.
Lalu Andre sang ketua kelas terhormat, dan yang tak lupa suami sahabat karibnya itu berlari ke dalam kelas.

Biasanya kalau ada anak yang berlari terbirit-birit macam Andre, ada guru yang datang ke kelas.

"Ngapain lo, Cuk?" Teriak Adit dari bangkunya yang paling belakang.

"Bu..bu..Su-si.." Jawab Andre terengah menarik nafasnya yang masih tidak beraturan.

"Mana mana?" Tanya Luki, Rafa dan Fais bersama karena mereka tengah bermain poker.

"Hahaha..ngapain lo panik gitu? Dengerin dulu kalo orang ngomong, belum selesai juga." Oceh Andre dengan muka gila nya.

"Bu susi tuh gak masuk, sakit katanya, jadi hari ini kita jamkos." Lanjutnya.

"Horeeee..." Teriakan riuh seluruh kelas itu sangat kacau dan ramai, selain Lyra, ia tak bersemangat untuk apapun itu juga.

Lyra mendengus kesal melihat teman-temannya itu, "Ngajak ribut lo, Ndre." ketusnya.

Andre menggeleng sambil nyengir kuda lumping.

Lyra melihat notif pesannya, belum ada jawaban dari Aldi. Dia kembali mengetik pesan.

Lyra mengecek WhatsApp nya lagi, karena ingin mengetahui Aldi sudah membalasnya atau belum. Dan ternyata, belun terjawab, masih Delive. Lyra tau jika Aldi masih mengajar, lalu ia mengirimkan pesan lagi "Siapa si yang nyebarin kalo kita udah nikah? Malu kan aku nya Astaga." Lalu mengklik tombol Send.

*****

Selesai revisi untuk bab ini❤

Five Years Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang