Dua puluh dua.

56.1K 1.8K 18
                                    

Sementara suasana di dalam ruang guru, itu masih ramai, "Bu, tolong jaga jarak ya ga enak diliat sama yang lain." Ucap Aldi karena risih Intan duduk dengan jarak yang dekat.

Intan memutar bola matanya malas, "Baik, pak. Maaf." Katanya dengan sangat tidak ikhlas.

Setelah Intan sedikit menggeserkan dirinya dari Aldi, mereka kembali bekerja dengan saling membantu satu sama lain.

Sore pun hampir berlalu hanya dengan hitungan menit, mereka berdua baru saja menyelesaikan pekerjaannya sebagai Guru.

"Saya pulang dulu bu, terima kasih kerja sama nya." Ucap Aldi seraya mengemasi barang-barang nya dan hendak akan pulang dengan tergesa-gesa, ia berpikir bahwa pasti Lyra saat ini sedang menunggunya.

"Iya sama-sama, Pak. Pak Aldi nanti malam ada acara?" Tanya Bu Intan, entah apa yang ada di pikiran Guru baru itu menanyakan akan hal itu.

Aldi menggeleng pelan.

Mata Intan langsung saja berbinar, "Kalau boleh, nanti bisa makan malam sama saya?" Tanyanya dengan penuh gembira dan harapan.

Tuhkan, Intan pasti mau menggoda laki-laki yang sudah menyandang status sebagai suami itu.
"Hm, gimana ya. Ga tau nanti saya kabarin. Yaudah ya bu saya permisi." Ucap Aldi terburu-buru karena mengira bahwa Lyra menunggu nya.

Raut wajah Intan kini berubah, yang semula sangat bersemangat untuk mengajak Aldi makan malam berubah drastis menjadi kecewa, karena telah berharap Aldi akan mau makan malam dengannya. Ingat, jangan terlalu berharap dengan hal-hal yang sangat tidak mungkin terjadi, itu hanya akan membuat kecewa.

Aldi bergegas keluar dari ruangan yang membuatnya sedikit penat itu.
Dia merogoh saku celananya dan mengambil benda persegi panjang pipih bewarna hitam itu.

Terlihat jari Aldi menari-nari di atas layar ponsel, bertanda dia sedang mengetik pesa, ia mengirim beberapa pesan kepada Lyra, menanyakan berbagai hal.

Intan yang melihat Aldi sangat sibuk menghubungi seseorang lewat ponselnya, hanya tersenyum kecut.

"Kamu dimana sih Lyr?" Ucapnya pada diri sendiri setelah melakukan beberapa panggilan. Tersambung, namun direject.

Aldi kembali mengirim pesan yang intinya menanyakan Lyra sedang apa, dan ada dimana.

Aldi menuju parkiran, dan bergegas naik ke mobil kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Setelah beberala menit mengemudi mobilnya, ia memasuki apartemennya dengan tergesa-gesa, ia ingin memastikan bahwa Lyra sudah sampai dirumah.

Pintunya masih terkunci, "Mungkinkah Lyra tidak dirumah? Lalu kemana?" Batinnya panik.

Aldi membuka pintu dengan kunci cadangan yang menyatu dengan kunci mobilnya, karena kunci yang utama dibawa oleh Lyra, "Lyra, kamu dimana?" Teriak nya mencari seluruh ruangan setelah masuk ke dalam apartemen.

"Lyra?"

"Lyra kamu dimana?"

Aldi mengambil ponselnya. Ia menghubungi Lyra lagi. Namun, hanya terdengar suara seorang perempuan yang mendominasi telinganya.

"Nomor yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi." Ucap seorang suara perempuan diseberang sana yang tak lain adalah suara dari operator.

Aldi mengubungi berkali-kali, tetapi tetap saja, hanya suara operator yang terngiang ditelinganya.

Aldi benar-benar sangat cemas. Dia tidak pernah merasakan secemas ini. Gadis kecil yang sangat di cintainya, kini dimana dia?

Aldi frustasi, "Sebenernya kamu kemanasi, Lyr? Ga biasanya begini. Biasanya marahpun tetep angkat telfon," Ucapnya dengan pelan pada dirinya sendiri.

"Arghhh.." Aldi mengacak rambutnya kasar.

Ia mengambil kembali ponsel nya dan menelepon seseorang.

"Halo?"

"Halo, Elen? Gue Aldi. Lo tau dimana Lyra sekarang?"

"Oh pak aldi, aku nggak tau, dari tadi aku ngga main sama Lyra. Pulang aja tadi dia sendiri, aku temenin juga gamau loh tadi dia, kayaknya emang lagi sedih banget dia, Pak." Kata Elen diseberang sana.

Aldi mengerutkan dahinya, "Sedih? Sedih kenapa?"

"Ya manaku tau, kalo tau udah bilang." Jawab Elen.0

"Oh gitu ya, yaudah makasih."

"Sama-sama." Aldi langsung memutus sambungan teleponnya, dengan ucapan Elen tadi, ia tambah khawatir dengan keadaan Lyra yang kini tidak diketahuinya.

Setelah diam sejenak, Aldi menelpom Siska, "Halo, Siska, Lyra lagi sama lo ya?" Ucap Aldi saat orang yang ditelepon mengangkat teleponnya.

"Nggak kok pak, tadi saya pulang duluan. Emang Lyra nya kemana?" Tanya Siska kembali.

"Ck. Kalo gue tau, ngapain gue telpon lo!" Ketus Aldi dengan gusar, sungguh kesalahan menelpon kedua teman Lyra yang idiot ini.

"Eh anjirr, sans dong namanya juga gatau. Terus gimana nih pak? Aku jadi khawatir, biasanya sih Lyra kalo lagi marah atau sedih dia pergi ke Taman Kota." Nada Siska yanh semula santai kini berubah menjadi sedikit cemas.

"Marah? Sedih? Tapi kenapa?"

"Bapak tuh gimana, Lyra tadi cemburu liat bapak sama Bu Intan. Ishh..ga peka banget. Awas aja ya kalo bapak sampe buat Lyra nangis, mampus lo pak!" Celetuk Siska yang sebenarnya cemas.

"Oh gitu, yaudah gue cari dulu. Dan lo ngomongnya yang sopan kalo sama orang yang lebih tua."

"Gue ikut ya pak, gue takut Lyra kenapa-napa."

"Gak usah, nanti gue kabarin kalo Lyra udah ketemu."

Tuttt...tutt...

Sambungan telpon terputus, Aldi langsung saja bergegas dari tempatnya dan mulai mencari Lyra.

*****

Di sebuah rumah kecil yang tampak seperti gubuk, rumah yang tak terurus sehingga banyak ditumbuhi oleh tanaman liar disekitarnya, membuat rumah kecil itu memberikan suasana yang mistis, angker, dan mengerikan untuk dikunjungi.

Seorang gadis terduduk lemah di dalam ruangan yang sempit dan gelap.
Dia tak berdaya, hanya bisa pasrah dan menangis, "Lepasin gue..." Kata gadis itu dengan suaranya yang serak dan lemas.

Lelaki itu menatap tajam Lyra, "Teriak aja teriak, emang siapa si yang denger?" Ucapnya dengan mengerikan sambil memegang dahi Lyra. Lyra sedari tadi hendak berontak, namun tak bisa, badannya diikat kencang oleh tali dengan kejamnya.

"Gue salah apa?"

*****

Done revisi yaa:v

Bagian selanjutnya di unpublish karena masih proses revisi, masukkin cerita ini ke Reading list/Library yaa supaya kalo aku upload kalian dapet notif😳❤

Follow ig akuu @dwinastitii

Five Years Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang