"Itu, kan, cewek yang kemarin ke kamar rawat inap lo, Lyr! Iya, kan, Sis?" Elen menunjuk kearah Rina dengan pasti. Ya, tak mungkin Elen salah mengenali.
Siska mengangguk karena masih sangat hafal dengan wajah gadis yang masuk ke kamar Lyra itu. "Hooh, itu dia!"
Mendengar dugaannya benar bahwa itu adalah Rina, ia berusaha berdiri dari kursi rodanya, dengan sangat kesakitan karena tulang kakinya belum begitu sembuh total, "Lo!" Lyra berdiri sambil menunjuk kearah Rina.
"Lyra! Mau kemana?" teriak Siska. Namun, gadis yang dipanggil sama sekali tidak menghiraukannya.
Lyra terus berjalan, sambil menahan rasa sakit dan meyembunyikan wajahnya yang sangat kesakitan.
Bugh!
Lyra terjatuh tersungkur di lantai. Kaki nya teramat sangat sakit. "Lyra!" teriakan Siska, Elen, Rico dan Rina menggema di cafe, mereka berempat segera berdiri dari kursinya dan menolong Lyra yang tak berdaya itu.
"Lepasin tangan lo yang kotor itu! Jangan sentuh Lyra!" bentak Elen kepada Rico dan Rina.
Lyra menangis tersedu-sedu. Ia masih saja dilantai. Kakinya sakit, lemas. Tetapi, sakit kakinya tak sebanding daripada luka di hatinya.
"Lyr, maafin gue..." lirih Rina, meneteskan bulir-bulir bening yang keluar dari matanga.
Lyra berusaha berdiri lagi, dan dibantu oleh Siska dan Elen, kemudian berjalan pincang menuju Rina. "MINTA MAAF?" todongnya menggunakan jari telunjuk. "Untuk apa lo kemaren dateng ke Rumah Sakit? Mau bunuh gue, kan?" cercah Lyra. "Setelah lo mau bunuh gue, bisa-bisanya lo minta maaf sebanyak itu dan nge-spam chat gue? Biar apa? Biar kalo gue mati gak ada yang curiga sama lo, iya?!"
Terdiam. Satu kata yang tepat untuk Rina. Gadis itu sama sekali tidak bergeming, bahkan mengedipkan mata sekali pun.
Melihat Lyra yang sudah kacau, emosi Siska sudah memuncak, ia berdiri.
Plakk!
Plakk!
Tamparan mendarat di pipi Rico dan Rina. Mereka berdua memegangi pipi mereka yang memerah karena tamparan Siska.
Elen juga berdiri dan siap-siap ingin memukul mereka, tetapi tangannya dicegah oleh Lyra. "Udah, Len. Ga guna juga."
Elen mengangguk dan membantu Lyra untuk duduk di kursi rodanya lagi.
Lyra menghapus air matanya. "Kalian berdua udah puas? Mau bikin gue celaka lebih parah lagi? Nggak Gue ngga mau disakiti lagi, Ini semua udah cukup!"
"Untuk lo Rico.." Ucap Lyra menentangkan jari telunjuk nya kepada Rico,
"Gue tau mungkin gue beban bagi lo, kalo lo udah bosen sama gue kenapa lo gak bilang dari awal, ha?! Kalo lo udah gak lagi sayang sama gue, bilang, dong, jangan diem aja. Akhlak kalian berdua dimana? Pernah sekolah enggak? Pernah diajarin sopan santun atau enggak?!"
Cukup. Lyra memutuskan untuk tidak menjadi wanita lemah yang mudah ditindas.
"Gue bisa lakuin apapun termasuk mundur dari lo, asalkan orang yang gue sayang bisa bahagia. Bukan begitu? Namanya cinta gak harus memiliki. Haha... mungkin selama ini cinta gue bertepuk sebelah tangan. Gitu, ya?" Lanjutnya tersenyum miris. Meskipun begitu, air matanya tetap menetes.
"KALIAN CUMA MANFAATIN GUE!"
"Dan lo Rina! Salah gue apa sih sama lo? Kalo gue punya sa--" Ucapannya terhenti.
"Enggak! Lo nggak ada salah apapun, Lyr. Gue yang salah." ucap Rina, air matanya juga ikut meluluh membanjiri pipinya.
"Gue paling gak suka ucapan gue dipotong! Jadi, intinya gue udah relain Rico buat lo, kok, Rin, tenag aja. Meskipun dengan sangat berat hati. Apa, sih, yang enggak buat lo, Pengemis? Gembel? Tuh, gue kasih barang bekas buat lo!" Kata-kata Lyra yang tak enak didengar pun keluar dari mulutnya.
"Udah seneng?" lanjutnya.
Lyra mengusap jejak air matanya. "Seharusnya, lo bilang ke gue kalo lo suka sama Rico, gak seharusnya lo kayak gini. Demi sahabat gue, gue akan mundur dari Rico kalo ini bisa bikin lo bahagia. Makan, tuh, Rico!"
Rina menggeleng. "Enggak, Lyr. Gue bakal lepasin Rico. Tapi, kita tetap sahabatan seperti dulu, ya?"
Lyra tersenyum dengan sini. "Lucu lo. Kerja jadi pelawak aja sana," kekeh Lyra singkat.
"Lyra, dengerin gu--" Rico berusaha menggapai tangan Lyra.
"Kita putus!" Ketus Lyra sambil mengusap air matanya yang jatuh lagi.
"Gue masih cin--" Ucapan Rico terpotong lagi.
"Ayo pulang!" Siska dan Elen mengangguk dan langsung mendorong kursi rodanya.
"Dipikir kalian cakep? Kebanyakan tingkah emang," sindir Siska sebelum pergi meninggalkan Rina dan Rico. "Anak babi, anak kambing, monyet, sapi, jailangkung, belalang, anak setan!" lanjut Siska sembari berteriak.
"Jadi sejak saat itu, gue udah putus kontak sama Rina." kata Lyra yang masih mengeluarkan air mata.
Aldi sekali lagi mengusap wajah polos Lyra yang penuh air mata itu, "Yaudah itu udah lama juga, lupain. Sekarang kan ada gue." Ucapnya dengan lembut. "Btw, siapa nama sahabat lo tadi?"
"Rina." Jawab Lyra.
"Nggak, nggak. Nama panjangnya?"
"Rina Amelia Saraswati."
Aldi mengerutkan kening, seperti ada yang mengganggu pikirannya saat ini. "R-rina Amelia Saraswati?" tanya Aldi sekali lagi untuk memperjelas.
Lyra memandang Aldi. "Iya."
Aldi menghirup udara, dan mengeluarkannya kembali dengan napas panjang. "Lyr." Aldi menatap Lyra dengan penuh keseriusan.
"Apa?"
"Gue mau bicara sesuatu sama lo, tapi lo jangan sedih lagi, oke?"
Lyra mengangguk.
"Sekarang Rina itu dimana?"
"Nggak tau, denger-denger dia pindah ke Bandung."
"Lo kangen gak sama dia?"
"Hm, kangen banget. Gue sebenernya udah maafin Rina, tapi gue diem. Gue kira Rina bakalan berusaha minta maaf sama gue, taunya enggak malah ngilang gitu aja," jawab Lyra apa adanya. "Gue pengin banget bertukar kabar sama Rina. Kalo bisa, ketemu sekalian. Gue juga pengin perbaikin hubungan sama dia. Gak seharusnya kita bertengkar hanya masalah cowok."
"S..sebenernya.." Kata Aldi dengan nada yang terbata-bata.
"Kenapa sih lo, Al?"
"Rina itu sepupu gue, deh, kayaknya. Soalnya nama panjangnya sama, dia dulu juga pindah ke Bandung." Jelasnya dengan sangat cepat tanda jeda.
Lyra melotot kearah Aldi, mungkin ia salah dengar. "Ha? Sepupu lo? Siapa? Rina?"
"Iya, sekarang dia udah gak ada, Lyr." Jawab Aldi dengan lesu.
*****
Done revisi yaa:v
Bagian selanjutnya di unpublish karena masih proses revisi, masukkin cerita ini ke Reading list/Library yaa supaya kalo aku upload kalian dapet notif😳❤
Follow ig akuu @dwinastitii dan @dwnstiti
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Apart
Teen Fiction[Belum revisi] "Bapak kan guru saya, kok pake lo-gue? Dih, kayak bocah." Gadis itu tertawa kecil dengan perkataannya sendiri. "Udah diem, gue itu Guru lo sekaligus calon suami lo!" Ketus Aldi tak terima. ------ "Tapi kan umurnya beda jauh, masa Lyra...