Hari yang ditunggu-tunggu setiap manusia akhirnya tiba. Minggu, merupakan hari yang paling menyenangkan bagi seorang Lyra. Bukan Lyra saja, namun hampir seluruh siswa.
"Gue mau ke toilet dulu, kebelet banget ini anying." Kata Siska setelah turun dari mobil.
"Eh tunggu, gue ikut." teriak Elen yang menyusul Siska.
"Cepetan ah, lo ga ikut sekalian Lyr?" Tanya Siska dari jarak yang sedikit jauh.
Lyra menggelengkan kepalanya, "Ga ah, kalian aja gue tunggu sini!" Jawabnya dengan nada yang sedikit kencang.
Siska dan Elen meninggalkan Lyra sendiri karena akan ke toilet.
Lyra diam berdiri sambil menyender mobilnya, memperhatikan sekelilingnya sambil menunggu kedua temannya tadi. Lalu, melihat sesosok laki-laki yang sangat ia kenali, dan saat melihat dia hatinya tiba-tiba kacau.
'Kok ada dia? Duh lama amat Siska sama Elen tadi.' Kata Lyra didalam hati.
Sedikit pun, Lyra tidak bisa mengalihkan tatapannya dari cowok itu. Secuil kerinduan menyeruak di lubuk hatinya paling dalam.
Dan kini, dia kembali lagi. Untuk apa? Untuk menghancurkan hidupnya lagi? Untuk menghilangkan kepercayaan Lyra terhadap cinta? Jika bukan itu tujuan pria itu kembali mengusik kehidupan Lyra, lalu apa?
Pria itu mendekati Lyra, dan tiba-tiba memegang tangannya secara paksa. "Hey, Lyr. Gimana kabarnya? Udah ada yang gantiin posisi gue atau belum, hm?"
Berusaha menepis tangan cowok yang tak lain adalah mantannya, namun tentu saja kekuatannya kalah dengan tenaga laki-laki. "Lepasin! Kita nggak kenal lagi!"
"Nggak. Gue nggak mau lepasin. Kecuali lo mau balikan sama gue!" tukasnya mencengkeram erat tangan Lyra.
"Dipikir lo siapa ngajak balikan gue? Najis, anjing! Disentuh sama lo aja gue kudu mandi kembang tujuh hari tujuh malam!" tukas Lyra, yang sebenarnya menahan tangis.
"Gue janji bakalan berubah. Gue masih sayang sama lo, Lyr!" Elak Rico sekali lagi.
"Gue gak butuh janji lo itu, Idiot!" Ketus Lyra dengan masih sesenggukan karena tangisannya sudah mulai pecah.
Siska dan Elen yang melihat Lyra dihampiri oleh Rico buru-buru menghampiri sahabatnya itu setelah dari toilet tadi.
Plakk..
Siska menampar Rico sangat keras, hingga ia jatuh di tanah. Beberapa orang disana melihat aksi Siska yang menampar Rico. Sementara Elen, menghampiri Lyra dan memeluknya. Lyra menumpahkan air mata kesedihannya dipelukan Elen.
"Lo! Ga usah ganggu Lyra lagi. Dia gak butuh lo, Sampah masyarakat!" tegas Siska sambil mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Rico.
Sedikit merenggangkan pelukannya, Elen menatap tajam Rico. "Jangan ngarep. Lyra udah punya pendamping hidup dan gak akan pernah bisa dipisahin. Emang lo siapa sampai maksa-maksa sahabat gue? Modal tampang doang, kelakuan kek babi, gak ada aturan!"
Merasa terhina, Rico berdiri. Rahang nya mengeras, amarahnya sudah memuncak. "Lo dan lo! Gak usah ikut campur, ini urusan gue sama Lyra!" Rico menunjuk kearah Siska dan Elen secara bergantian. "Kalau kalian masih ingin selamat, tinggalin kita berdua!"
"Urusan Lyra, urusan gue juga! Jangan harap dengan lo ngancem, kita bakalan takut. Enyah lo dari sini, Sialan!" sahut Elen dengan suara yang keras dan lantang.
"Terserah kalian! Karena lo uda nampar gue, liay aja nanti!" Ancam Rico.
"Dan, gue akan lakuin apapun buat Lyra jatuh kepelukan gue lagi!" Lanjut Rico dengan geramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Apart
Teen Fiction[Belum revisi] "Bapak kan guru saya, kok pake lo-gue? Dih, kayak bocah." Gadis itu tertawa kecil dengan perkataannya sendiri. "Udah diem, gue itu Guru lo sekaligus calon suami lo!" Ketus Aldi tak terima. ------ "Tapi kan umurnya beda jauh, masa Lyra...