Dua puluh satu.

55.1K 1.8K 36
                                    

Lyra segera pergi meninggalkan kantin kemudian diikuti oleh Siska yang sedari tadi cengengesan melihat kemarahan Lyra. Siska pasti sudah tau kalau sahabatnya itu sedang dilanda api cemburu.

Kedua gadis itu kembali ke kelas tanpa permisi, Bu Susi yang mendengar Lyra dan Siska masuk kedalam kelas melirik dengan matanya yang tajam.

"Kalian berdua!" Teriak Bu Susi yang menggema saat Lyra dan Siska sampai di dalam kelas.

Lyra memutar bola matanya malas, "Sekarang apa lagi salah kita?" Tanyanya dengan sangat santai.

"Udah salah banyak nanya, kamu itu, udah lama banget izinnya, eh, datang-datang gak permisi. Sekarang juga kalian lari keliling lapangan basket 10 kali!" Emosi Guru itu sudah mulai memuncak.

Siska mengernyitkan dahinya, "Lah kok gitu, Bu. Kita kan ga bolos, udah izin juga tadi lagian di toilet antri!" Elak Siska yang tak terima dihukum

Bu Susi menggelengkan kepalanya, "Haduh, dipikir Ibu tidak mengenal kalian? Dipikir ini saya bisa kalian bodohi? Saya ini sudah mengajar kalian dari kelas 11!" Bu Susi mengeluarkan ceramahnya.

Sekarang Lyra tidak ingin berdebat pada siapapun, ia mengangguk lalu pergi keluar kelas hendak melaksanakan hukuman dari Bu Susi bersama Siska, "Udah ah ayo Sis, lagian gue juga pengap di kelas!" Ajak Lyra.

Lyra dan Siska berjalan keluar lalu mulai berlari keliling lapangan.

5 putaran..

6 putaran..

7 putaran..

Lyra merasakan badannya lemas, kepala nya sangat pusing, ia berhenti ditengah-tengah putaran ke delapan nya.

Ia langsung terbaring jatuh, matanya gelap, ia tidak bisa melihat apapun.

Lyra jatuh tersungkur ke lantai lapangan basket begitu saja.
Siska yang mengetahui itu langsung menghampiri Lyra, dia panik.
Siska berteriak minta tolong, dan tak lama kemudian para siswa-siswi berkerumunan melihat seorang Lyra yang biasanya terlihat sangat kuat, malah jatuh pingsan.

Aldi datang dengan wajah paniknya, "Lyra kenapa Sis?"

"Pingsan."

"Kok bisa?"

"Ih bapak jangan banyak nanya, cepetan bawa Lyra ke UKS!" Ketus Siska yang sebal karena terus ditanya oleh Aldi.

Aldi mengangguk lalu menggendong tubuh Lyra untuk membawanya ke uks.

"Lo! Cepet periksa Lyra sekarang!" Tunjuk Siska kepada adik kelasnya yang tak lain adalah anggota PMR.
Adik kelas yang bernama Luna itupun mengangguk dan memeriksa Lyra dengan hati-hati.

"Gimana?"

"Kak Siska sama Pak Aldi gak usah khawatir, kak Lyra baik-baik aja kok, sepertinya cuma kecapean." Katanya yang ragu untuk mendeskripsikan keadaan Lyra, karena ia juga tak tahu dunia medis.

Siska dan Aldi mengangguk, "Aku pergi dulu." Ucap Luna dengan sopan.

Tiada angin, tiada hujan yang menerpa, tiada juga badai yang menghadang, tiba-tiba saja guru BK yang sangat dibenci oleh Lyra datang begitu saja.

"Hmm, Pak gimana keadaan Lyra?" Tanya tiba-tiba Bu Intan dengan memasang raut wajah yang cemas. Ingat, hanya pura-pura cemas.

Aldi tersenyum getir, "Baik kok," Jawabnya.

Perlahan namun pasti, mata Lyra perlahan terbuka, membuat ketiga manusia yang ada dihadapan Lyra itu menatapnya secara bersama.

"Lyra, kamu nggak papa?" Tanya Aldi cemas.

Five Years Apart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang