Lelaki itu menatap tajam Lyra, "Teriak aja teriak, emang siapa si yang denger?" Ucapnya dengan mengerikan sambil memegang dahi Lyra. Lyra sedari tadi hendak berontak, namun tak bisa, badannya diikat kencang oleh tali dengan kejamnya.
"Gue salah apa?"
"Tolongggg..le-lepasin..g-gue..hiks.." Teriak gadis malang itu yang terisak dengan tangisnya.
Gadis itu terus saja meronta, namun tidak bisa, badannya diikat dengan sangat kuat.
Suara pijakan kaki seseorang melangkah semakin mendekati gadis yang tergeletak di lantai dengan tubuh yang tak berdayabitu itu.
"Selamat datang sayang, apa kabar?" Ucap pria dengan lembut namun terdengar menakutkan."Jadi..lo..lo yang nyulik gue? Hiks..le-lepasin..hiks."
"Kamu sudah tau Lyra? Bagus kalo begitu." Ucap Rico sembari tersenyum kecil dengan sangat mengerikan.
"Se..sebenernya..mau lo apa ha?" Teriak Lyra akan tetapi masih sesenggukan.
Rico mengerutkan dahinya, "Masih belum ngerti juga mau ku apa ha?!" Rico meninggikan suaranya, ia sudah mulai emosi dengan Lyra yang tak tahu apa keinginannya.
Lyra semakin menangis.
"Kalo lo masih sayang sama gue, mana tega lo giniin gue? Seharusnya lo bahagia kalo liat gue bahagia!" Teriak Lyra namun suaranya terdengar pelan.
"Diem! Jangan berisik! Gue gasuka sama orang yang ngebantah dan ga nurut sama gue!" Bentak Rico.
"Gue bilang diem ya diem! Masih mending lo engga gue apa-apain!" Rico membentak sekali lagi dengan suara yang lebih keras dan lantang.
Lyra semakin menangis menjadi-jadi, Rico yang geram akhirnya pun langsung menutup mulut Lyra dengan lakban.
Laki-laki itu merogoh sesuatu di dalam saku nya, dan menelepon sesorang.
"Halo, ini siapa ya?" Tanya orang diseberang sana sesudah mengangkat telepon dari Rico."Gak usah bacot, lo harus tinggalin Lyra, jangan deketin dia lagi." Ketus Rico yang mengomel dengan seseorang yang menghubungi di ponsek yang ia pegang.
"Kenapa lo suruh gue jauhin Lyra ha?! Dan lo siapa, Dia dimana?"
"Santai. Dia aman sama gue. Kalo lo berani-berani deketin Lyra lagi, lo bakal liat jenazah nya sekarang atau mungkin esok."
Tutt...tutt..
Sambungan telepon terputus.
Rico menghela nafas kasar dan menatap tajam Lyra, "Lyra, gue akan buat lo nyesel karena yang pertama, lo ninggalin gue, yang kedua, kedua sahabat lo itu udah berani-beraninya nampar gue."
Pria itu berhenti sejenak hendak menarik napasnya lagi, "Dan ya, yang ketiga karena lo juga Rina meninggal bunuh diri, lo tau? Dia itu sampai stres karena lo nya yang nggak mau maafin dia. Dan yang terakhir, suami lo itu udah ngehajar gue sampe babak belur. Itu semua dosa lo sama gue, gue gak terima. Gue akan buat perhitungan sama lo sampai lo mau tunduk dan balik sama gue lagi."
Lyra menatap Rico dengan datar akan tetapi air matanya masih jatuh.
Dia tidak bisa bicara karena mulutnya masih terbungkam oleh benda lengket berwarna hitam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Apart
Teen Fiction[Belum revisi] "Bapak kan guru saya, kok pake lo-gue? Dih, kayak bocah." Gadis itu tertawa kecil dengan perkataannya sendiri. "Udah diem, gue itu Guru lo sekaligus calon suami lo!" Ketus Aldi tak terima. ------ "Tapi kan umurnya beda jauh, masa Lyra...