Sudah ada 3 kantong tas belanja yang ia bawa, dan Lyra pun mulai lelah setelah berkeliling mall mendapatkan apa yang ia mau.
"Punten! Makan dulu yok laper nih cape juga." Ucap Lyra mengajak Aldi untuk makan.
Aldi tersenyum lalu mengangguk. Ia menggandeng tangan Lyra, Lyra juga tak menolak.
Mereka bergegas ke lantai dua yang didominasi restoran.
Mereka duduk di salah satu meja makan dengan saling berhadapan.
"Selamat siang pak, mau pesen apa?" tanya ramah seorang pelayang muda cantik yang menurut Lyra lagi kegatelan sama Aldi.
'Dih, kok cuma Aldi sih yang di sapa, emang dia gak liat ada gue juga? Dasar pelayan gak tau diri! Godain laki orang pula' Batin Lyra.
Pelayan itu terus saja memandangi Aldi dengan senyum yang merekah.
"Kamu pesen apa yang?" tanya Aldi yang membuang muka dari pelayan tengil itu.
Lyra tak menjawab. Ada sesuatu yang dipikirkan oleh otak kecilnya.
Aldi memanggil Lyra sedikit lebih keras, "Lyra sayang!"
Lyra yang mendengar itu nyengir ga jelas.
Pelayan itu tersenyum kecut melihat Lyra yang dipanggil sayang oleh Aldi.
"Kamu pesen apa yang?" tanya Aldi sekali lagi.
Lyra cengar cengir, "Gue pesen kebab sama milkshake aja." Jawabnya dengan senyum yang tak ikhlas
"Udah itu aja?"
"Eh, sama roti bakae juga." Minta nya lagi.
Aldi mengangguk, "Mbak kebab nya 2 porsi, milkshake nya juga, roti bakarnya nya satu porsi aja." Ucapnya kepada pelayang yang hanya ramah padanya itu.
Pelayan itu tersenyum simpul kemudian mengangguk, "Baiklah, tunggu sebentar!"
Pelayan itu pergi tapi masih saja melirik Aldi.
Lyra memberikan tatapan tajamnya kepada singa betina itu. Lyra menjuluki pelayan itu dengan julukan singa betina. Karena apa?
Liat aja penampilannya, bedaknya aja hampir 5cm, alisnya? Jangan ditanya. Alisnya itu bagaikan alis singa yang siap menerkam mangsanya. Bibirnya? Selebar kuda nil.
"Tuh cewek kok ganjen mulu sama lo, Al, sebel gue liatnya. Pengen nabok mulutnya aja bmgst!" Lyra nyerocos begitu saha.
"Gue tau lo lagi cemburu." semprot Aldi tiba-tiba, namun dengan perasaan yang sedikit semang karena ia yakin bahwa Lyra sedang cemburu.
Mata Lyra memincing, "Siapa? Gue?"
Aldi mengangguk, "Iya, lo lah Lyr, siapa lagi, emak lo?"
"Dih, biasa aja kali ngomong gausah nyolot, lagian siapa yang cemburu." Elak Lyra yang juga tidak tau alasannya mengapa ia begini.
"Kalo ga cemburu kenapa marah-marah gaje kekgitu?" Tanya Aldi yang masih saja penasaran.
'Iya juga ya? Kenapa kok gue marah marah? Apa gue cemburu? Apa gue mulai suka sa ni guru yang nyebelinnya minta ampun?' gerutu Lyra dalam hatinya.
"Iyain aja deh, umur gak ada yang tau. Udah tua soalnya."
Aldi terkekeh melihat gadis kecilnya itu. Ia gemas sekali meihat gadis yang dihadapannya itu memasang wajah cemberut. Lucu, menurut Aldi.
Pesanan mereka datang. Dan yang mengantarkan makanannya? Siapa lagi kalo bukan singa betina itu.
Ia hanya tersenyum melihat Aldi lalu berkata, "Selamat menikmati, pak!"
Padahal, di sana ada Lyra juga. Tetapi, hanya Aldi yang dipersilahkan untuk menikmati pesanannya. Lalu, apa Lyra tidak boleh menikmatinya juga. Biasalah, benih-benih pekolor.
Pelayan itu pergi. Lyra tersenyum senang karena tidak lagi melihat wajah singa betina itu. "Jadi, gue gak boleh nikmatin ini?"
"Kok gitu, Cil?"
"Karena Mbaknya tadi cuma buat mempersilahkan lo, ke gue enggak!" ketusnya melirik wanita itu tajam, walaupun hanya terlihat punggungnya saja.
"Ada-ada aja lo, Cil!"
*****
Tangan Aldi yang penuh barang belanjaan Lyra. Sedangkan Lyra? Ia tak mau membawa belanjaannya.
"Ke salon dulu ya Lyr, ubah tuh rambut lo jadi hitam!" ucap Aldi sambil mengemudikan mobilnya
"Ga, gamau gua, gasuka rambut hitam." elak Lyra.
"Tapi gue mau yang terbaik buat lo, gonta-ganti warna rambut juga nggak baik, Lyr. Lo kan juga sekolah, masa dandanan lo urakan kek gini!" cerocos Aldi.
Lyra mengangguk pasrah, "Iya deh, iya serah."
Aldi tersenyum, ia mengacak rambut Lyra pelan dengan tangan kiri yang tak menyetir, "Bagus!" Pujinya.
Lyra akhirnya juga ikut tersenyum, walaupun senyuman yang kecut.
*****
Setelah sampai dirumah, Lyra hanya mengerucutkan bibirnya karena kesal dengan Aldi yang memaksa menghitamkan rambutnya, padahal menurut dia tidak pantas dengan wajahnya.
"Dahlah, jelek kali!" Gerutunya.
Aldi ingin menertawai Lyra yang sembari tadi menggerutu, "Ga kok, tetep cantik."
"Iyaudah terserah kau lah!" Lyra masuk ke kamar dan akan mencoba baju-baju yang ia beli tadi. "Heh jangan masuk!" Lyra memberi peringatan kepada aldi.
"Kenapasi orang gue suami lo." Elak Aldi.
"Bodoamat pokoknya jangan, gue masih marah sama lo."
Aldi menahan tawa lagi melihat ekspresi Lyra, "Marah ko bilang-bilang, tololnya mengalir jauh sampe ke ubun-ubun." Ucapnya dengan sangat sengit.
Lyra sudah malas menanggapi omongan Aldi yang menurutnya menyebalkan itu.
"Besok sekolah pake sepatu hitam ya sayang! Kalo ga mau gua bilangin Papa lo!" Teriak Aldi yang menyuruh Lyra pake sepatu hitam.
*****
Done revisi yaa😉
Bagian selanjutnya di unpublish karena masih dalam tahap revisi:*
Follow ig aku @dwinastitii
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Years Apart
Teen Fiction[Belum revisi] "Bapak kan guru saya, kok pake lo-gue? Dih, kayak bocah." Gadis itu tertawa kecil dengan perkataannya sendiri. "Udah diem, gue itu Guru lo sekaligus calon suami lo!" Ketus Aldi tak terima. ------ "Tapi kan umurnya beda jauh, masa Lyra...