Prolog

45.8K 1.8K 23
                                    

“Itu kak Arsen kan ya?”

“Sen dari pada bosen ngejomblo mending pacaran sama gue yuk?”

“Arsenalnya acu makin ganteng aja!”

“Eh si ganteng lewat.”

“Pagi-pagi makan lampu sen, nikah yuk Sen?”

“Selamat pagi Arsen Pradipta.”

Namun laki-laki itu tidak menanggapinya, dan bersikap acuh kepada semua perempuan yang sudah beramai-ramai mendekatinya lalu teriak-teriak histeris nggak jelas.

“Lo nggak homo kan, Sen?” celetuk Darrel sambil menatap Arsen dengan tatapan sangat curiga begitu juga heran.

Arsen melirik Darrel sinis, “Mulut lo minta disumpel pake batu nisan ya?” tanya Arsen santai namun matanya tetap melirik Darrel dengan tatapan mata yang sangat tajam.

“Abis setiap cewek yang deketin lo gak pernah direspon sedikitpun, pasti lo bakal ngejauh. Kan gue ngiranya lo udah nggak normal atau bisa dibilang lo homo.” kata Darrel jujur.

Memang benar hampir satu sekolah, perempuannya suka dengan Arsen. Bahkan guru yang belum menikah pun berusaha mendekatinya. Namun ia tidak pernah merespon satu perempuan pun yang berada disekolah ini. “Gue nggak suka cewek yang ngejar-ngejar cowok sampe segitunya. Itu bukan selera gue.” kata Arsen sambil meneguk orange juice nya. “Gue bukan tipe cowok yang suka dikejar sama cewek.” katanya lagi.

“Lah malah enak anjir dikejar-kejar sama cewek banyak kayak gitu. Kalau gue jadi lo udah gue pastiin gue gak bakal jomblo.”

“Gue gak suka dikejar, kalo gue suka sama cewek gue gak akan biarin cewek itu ngejar gue berlarut-larut.” jawab Arsen santai sambil membenarkan rambutnya yang sudah tertiup oleh angin.

“Terus kalo gak suka dikejar, mau lo apaan kambing?” tanya Darrel bingung.

“Lebih baik gue yang ngejar dari pada dia yang ngejar-ngejar gue.” ucap Arsen sambil menatap Darrel.

“Alasannya?”

“Gue nggak mau dia sakit hati karena mengejar yang nggak pasti.”

Darrel menatap Arsen tak percaya. “Terus kalo misalnya lo ngejar cewek nih, terus ceweknya suka sama orang lain atau bisa di bilang dia gak suka sama lo. Pasti lo bakal nyesekkan? Atau semacam sakit hati, gitu?”

Arsen menggeleng. “Nggak.”

Mata Darrel membulat bingung. “Kok enggak? Pasti sakit hati lah, apalagi deketnya sama kita pacarannya sama orang lain.”

“Nggak lah ngapain harus sakit hati, itu namanya dia lebih bahagia sama yang lain dibanding sama gue. Kalo dia bahagia sama yang lain, kenapa enggak?” ujar Arsen. “Gue hanya ingin dia bahagia, walaupun bukan sama gue. Masa iya dia milih yang lain, terus gue harus nahan dia buat tetep sama gue? Berarti gue jahat, sama aja gue ngancurin kebahagiaan dia. Kalau jodoh juga pasti nggak kemana-mana.”

🐼🐼🐼

Cerita ini sedang direvisi dan akan ada sedikit perubahan dalam cerita ini.

Terima kasih yang sebelumnya sudah membaca dan semoga suka.

DARSEN [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang