Darsen | 21

11.6K 532 9
                                    

Hargai, selagi saya masih bertahan untuk anda.

🐼🐼🐼

Dara mengganti bajunya menggunakan dress putih yang panjangnya se-lutut. Dia mengambil high-heels miliknya juga yang berwarna putih.

Ponsel yang tergeletak diatas kasurnya langsung ia ambil, kini benda pipih itu berada ditangan kanannya. Dara membuka aplikasi yang berwarna hijau, tidak mencari kontak yang akan dihubungi karena yang ia ingin hubungkan ada dideretan paling pertama.

Arsen Pradipta

aku udah dibawah

kebawah skrg ya

iya

Tanpa mengulur waktu lagi, Dara langsung kebawah menyusul Arsen.

Sampai ditangga terakhir, dia melihat Arsen yang tengah duduk di sofa bersama Papanya. Pandangan Arsen kini terlontar pada Dara yang sedang turun dari tangga, bola mata Arsen menatap Dara dari atas sampai bawah.

"Cantiknya putri Papa." kata Ceno sambil mengusap puncak kepalanya dengan lembut.

Walaupun dia sudah berdamai dengan Papanya tetap saja perasaan canggung menjulur ditubuh Dara. Tidak tahu dia ingin sedih atau bahagia ketika berada diposisi sekarang, ia mengangkat seulas senyumnya.

"Yaudah, jangan lama-lama ya sayang perginya." katanya sambil tersenyum manis kearahnya.

Dia menatap Papanya tidak percaya, ini kedua kali Papanya tersenyum lebar seperti ini padanya.

Ia ingin sekali memeluk papanya, namun Dara munafik. Tidak berani melakukannya, Dara lagi-lagi hanya tersenyum dengan anggukan kecil. "Iya Pa."

"Tunggu ya, aku ambil kue sama kadonya dulu." kata Dara membuat Arsen mengangguk patuh.

Pandangan Ceno terlontar pada Arsen yang sedang menatap Dara. "Arsen." panggilnya sehingga yang dipanggil menoleh kearahnya.

"Iya Om?" sahutnya dengan nada bertanya.

"Jagain anak Om, jangan ada lecet sedikitpun. Kalau Om lihat ada yang lecet setitikpun, Om gantung kamu dipohon cabe." perintahnya penuh ancaman namun sambil bercanda yang disertai kekehan kecil.

Arsen ikut terkekeh pelan. "Iya Om, saya akan buktiin pada Om kalau Dara akan baik-baik aja sama saya." balas Arsen serius membuat Ceno makin terkekeh geli.

Tidak lama Dara kembali membawa kue dan sebungkus kado.

Tangan Ceno kini mengusap bahu Arsen dengan lembut. "Intinya batas sampai jam sepuluh. Kalau lebih dari jam sepuluh, jangan harap bisa deket sama anak Om lagi." katanya sehingga Arsen mengangguk patuh.

"Iya Om sayang, saya mengerti." balas Arsen membuat Ceno maupun Dara bergedik geli melihat ucapan dan tingkah Arsen sekarang.

"Gih bawa cowok kamu pergi, Papa jadi serem sendiri. Takutnya Papa digebet juga sama dia, idih." ucapnya sambil mendorong bahu Dara dan Arsen supaya menjauh darinya.

Dara menggeleng kecil sambil terkekeh, hal ini membuatnya bahagia tetapi dengan sesederhana ini. Ternyata benar, bahagia itu sederhana.

DARSEN [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang