Darsen | 27

9.2K 426 11
                                    

Kalau perasaan sudah tumbuh, jangan pernah menyia-nyiakan waktu karena kesempatan tidak datang berulang kali.

🐼🐼🐼

Tepat di Seminggunya Arsen dan Dara berpacaran, saat Arsen menjemput ke Rumahnya dia langsung menanyakan apa jawaban yang akan Dara jawab. Tetapi Dara belum juga menjawab pertanyaan Arsen, dia meminta Arsen untuk menunggu jawabannya ketika jam istirahat.

Bel istirahat akan berbunyi dua menit lagi, dia masih bingung dengan jawabannya.

KRINGGGGGG! Suara bel istirahat akhirnya berbunyi nyaring, rasa deg-degan datang menghampiri dadanya.

"Ra, cowok lo nyariin nih!" kata salah satu laki-laki yang menjabat menjadi Ketua Kelas di Kelas 10 AP 1.

Pandangan Dara menjadi teralih kepada ketua kelas yang tengah berdiri didepan pintu kelasnya, kini laki-laki yang mengingatkannya keluar meninggalkan kelas. Mau tidak mau Dara berjalan melangkah keluar menyusul Arsen yang sedang menunggu didepan kelasnya.

"Hai." sapa Arsen sambil tersenyum manis kearahnya.

Senyuman itu tanpa diketahui telah memikat hatinya, dan debaran jantung Dara sangat tidak diperkirakan sekarang. Dia malah makin deg-degan untuk menjawabnya.

"I-iya." jawab Dara gugup.

"Iya apa?" tanya Arsen tidak mengerti.

"I-iya hai ju-juga." balas Dara tambah gugup.

"Kirain aku, kamu iyain pertanyaan aku dirumah kamu pagi tadi."

Tadi pagi laki-laki ini berkata. "Aku nggak maksa untuk kamu nerima aku, kalau suka ya terima. Kalau nggak suka, yakin nggak mau sama aku? Pertimbangin dulu deh."

Dara menggigit bibir bawahnya ketika mengingat jelas perkataan Arsen dalam benaknya. "Kita makan dulu, yuk!" ajak Dara antusias sambil mengalihkan topik pembicaraan.

Arsen mengangguk mengikuti permintaan Dara.

Sesampainya dikantin, seperti biasa dia selalu memesan siomay tanpa saus secara bersamaan.

"Mengulur waktu untuk menjawab, bukan berarti lo menolak secara haluskan?" tanya Arsen tiba-tiba membuat Dara terbatuk.

Laki-laki itu langsung memberikan air mineral kepada Dara, dan gadis itupun meneguknya secara tidak kira-kira. Yang tadinya masih utuh, kini tinggal setengah. Dia juga sedikit kaget ketika Arsen mengubah gaya bicaranya kembali dengan lo-gue.

"Kak—"

"Gue mau ngomong,.." ucap Arsen sambil menegakkan tubuhnya, pandangannya kini menatap mata Dara sangat serius. "Makasih." ucap Arsen tidak jelas sehingga Dara mengernyitkan dahinya bingung.

"Makasih untuk apa?"

"Udah nemenin keseharian gue."

"Aku juga ma—"

"Lo nggak perlu jawab, gue udah tau jawabannya."

"Kak aku mau ngom—"

Lagi-lagi ketika Dara belum selesai bicara, laki-laki itu selalu memotong perkataannya. "Sepertinya nggak ada kisah baru yang akan kita jalani, Ra."

DARSEN [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang