Tetaplah menjadi matahari yang selalu memberikan penghangatan, karena tanpamu aku akan kembali membeku.
🐼🐼🐼
Laki-laki yang baru saja membolos satu jam pelajaran, kini ia berjalan kearah rooftop sekolahnya. Sebelum naik ke rooftop, dia melihat satu perempuan yang sedang hormat didepan tiang bendera dengan wajah yang penuh dengan air keringatnya. Sesekali perempuan itu menyeka keringatnya dengan telapak tangannya.
Dia mengalihkan langkahnya kearah lapangan sekolah, menghampiri perempuan itu dari sisi lapangan sebelah kiri. "Hey?" ucapnya sambil menepuk bahu perempuan itu sampai dia kaget setengah melompat, perempuan itu langsung memegang dadanya yang sudah berdegup cepat karena tiba-tiba ada satu laki-laki yang tak diketahui sudah berada disampingnya.
"Kamu ngapain kesini?" tanya perempuan itu sambil memandangi wajah Arsen dengan mata yang menyipit kepanasan.
"Kamu sendiri ngapain disini?" Arsen malah berbalik tanya kepada Dara.
"Dihukum sama guru kearsipan." jawabnya dengan wajah yang membete dan bibirnya sudah maju-maju layak orang kesal atau sebal.
Arsen menyapu air keringat Dara yang bercucuran dipelipis mata Dara, dan ia juga menghapus air yang sudah basah dibawah mata Dara atau bisa dibilang kantong matanya. "Kantin yuk?" tanya Arsen dengan nada mengajak.
Kepala Dara sontak langsung menggeleng, "Enggak ah. Nanti bisa-bisa ditambah hukumannya."
"Nanti aku yang tanggung jawab," kata Arsen namun Dara tetap kekeuh menggeleng.
"Nggak mau." balasnya sambil menatap Arsen sekilas dan kembali hormat menghadap tiang bendera.
"Yaudah, aku ke kantin dulu ya." ucap Arsen setengah nada bertanya pada Dara, dan gadis itu menyetujuinya dengan anggukan lalu laki-laki itu pergi meninggalkannya sendiri dibawah terik matahari.
Saat itu Dara hanya bisa memandangi kepergian Arsen yang sudah membelok untuk ke Kantin, dia melanjutkan untuk kembali hormat dibelakang tiang bendera, dan menatap bendera dengan mata yang sedikit menyipit karena terik matahari pagi sangat menyengat matanya.
Walaupun panas matahari pagi itu sehat, tetap saja dia tidak suka. Karena tidak ada bedanya sama siang, sama-sama panas.
Tak lama ada anak kelas sepuluh pemasaran satu datang ramai-ramai ketengah lapangan yang disertai kompak memakai seragam olahraga khas sekolah dan jurusannya.
Satu laki-laki yang bermata sipit datang menghampirinya. "Lo ngapain, Ra?" tanyanya sambil memandangi wajah Dara dari sisi kanannya. "Dihukum?" tanyanya lagi.
Dara tetap fokus pada pendiriannya menatap bendera merah putih yang sedang berkibar diatas tiang bendera. "Kalo udah tau harusnya nggak perlu tanya lagi." balas Dara membuat senyum laki-laki itu terangkat.
Laki-laki itu menyodorkan air mineral yang dingin membuat imannya runtuh saat melihat air dingin yang menyegarkan itu didepan matanya. "Buat lo," ucapnya membuat Dara menoleh sekilas. "Jangan lupa jaga kesehatan." lanjutnya membuat Dara menjadi salah tingkah sendiri.
Bagaimana mau move-on, kalau masa lalu selalu berdiri didepan mata. Bisa-bisa kekuatan untuk melupakannya bisa hancur, dan lenyap begitu saja.
Belum sempat mengambil pemberian dari Lana, botol air minum yang berada didepan matanya disingkirkan oleh tangan yang putih membuat Dara menoleh kepada seseorang yang berani menyingkirkan air dingin itu dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARSEN [Proses Revisi]
Teen Fiction[Sedang direvisi] Perasaan tidak ada yang tahu, kapan ia datang dan pergi. Rasa nyaman akan datang secara perlahan, saat dimana ia merasa lebih baik dari sebelumnya. Cinta pun sama, ia bisa datang dengan sendirinya seiring waktu berjalan. Kisah kami...