#3

8 1 0
                                    

#jof_kemal






Momen wisuda adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa di seluruh penjuru dunia. Momen di mana they're officially bergelar sebagai seorang sarjana. Setelah melewati rasa malas dan kantuk di setiap mata kuliah, melewati masa-masa menitipkan absen pada teman, hingga melewati perasaan cemas menunggu kata 'acc'.

Meskipun rasa kesal dan rasa benci selama kuliah lahir dari para dosen yang tak jarang turut andil di dalamnya, tidak dapat dipungkiri hal-hal menyebalkan yang telah dialami itu akan menjadi sebuah kenangan dan menjadi bahan cerita kelak. Sehingga saat momen wisuda berbagai perasaan tercampur aduk di dalamnya. Sedih, senang, terharu.

Seperti yang Kemal rasakan hari ini. Hari ini adalah hari wisudanya. Hari di mana ia akan bergelar Sarjana Pariwisata. Kemal senang kerja kerasnya menuntut ilmu selama empat tahun terbayar sudah hari ini. Namun ada rasa sedih juga yang Kemal rasakan karena harus mulai berpisah dengan teman-teman terdekatnya selama kuliah. Kemal akan merindukan rutinitas ke kampusnya, apalagi untuk bertemu travelling squad, teman sekelasnya.

Pukul 6 tepat Kemal sudah siap berada di kampusnya lengkap dengan pakaian toga beserta topinya. Didampingi oleh orang tuanya, indeed. Janee? Janee diminta untuk datang agak siang oleh Kemal, agar ia tidak terlalu lama menunggu katanya. Dengan langkah yang pasti dan penuh semangat Kemal memasuki gedung tempat acara wisudanya berlangsung.

Senyum ceria tergambar dari wajah Kemal saat keluar dari gedung. Matanya tertuju pada Janee yang sudah berdiri tegak di depan gedung menanti kekasihnya itu. Gigi gingsulnya mulai menampakkan diri saat Janee memberikan Kemal sebuah buket bunga berwarna peach buatan tangan Janee sendiri.

"Selamat ya, sayang. Akhirnyaaaaaa," Janee memberikan selamat pada kekasihnya itu sambil memeluknya singkat.

"Alhamdulillah. Makasih, Jay."

"Idih! Gak jadi ah! Sini balikin bunganya!"

"Ih, kan singkatan itu. Janee ay." Kemal mencubit gemas hidung Janee.

"Alay ih Kemaaaal,"

Pertengkaran kecil Janee dan Kemal sedikit terinterupsi oleh kehadiran orang tua Kemal yang muncul dari belakang Kemal. Janee lalu menyalami orang tua Kemal.

"Selamat ya, tante, om. Akhirnya Kemal wisuda juga hehe."

"Makasih neng Jani. Neng Jani kapan atuh? Udah beres kan?" Tanya Ayah Kemal

"Udah kok, om, bulan depan Jani insyaa Allah sidang. Mau ngejar yang Desember. Doain ya, om."

"Pasti atuh. Nanti kalau wisuda undang ibu ya, biar bisa ketemu sama mamanya neng Jani." Mendengar ucapan ibu Kemal tadi membuat Janee sedikit melirikkan matanya pada Kemal. Janee sedikit salah tingkah dibuatnya.

"Mau kenalan ya, bu. Kan belum kenalan sama ibu. Masa Kemal sama Jani doang yang kenal ya, bu, ya?"

"Iya, neng. Ibu pengen kenal aja sama mamanya neng Jani. Tak kenal maka tak sayang, neng, kata pepatah juga."

"Tuh denger, neng." Janee diam-diam menginjak kaki Kemal membuat Kemal sedikit meringis kesakitan.

“Hehe iya, tante, nanti Jani undang tante sama om.”

"Akunya enggak?"

"Iyaaaa kamu juga hehe."

Kemal kemudian dijemput oleh para juniornya di depan gedung untuk nantinya diarak bersama menuju gedung fakultasnya. Janee berjalan mendahului rombongan Kemal mendampingi ibu Kemal dengan Ayah Kemal berjalan di belakang mereka seperti seorang bodyguard. Janee setia menunggu Kemal mulai dari penyambutan acara jurusan, foto bersama, hingga foto bersama orang tua. Orang tua Kemal kembali ke mobil, dan Kemal menghampiri Jani setia duduk manis di ruangan yang telah disediakan untuk para pendamping wisuda.

“Maafin ya, Jani, kamu jadi nunggu lama.”

“Gapapa sih, sayang. Kamu kayak ke siapa aja. Sebel deh. By the way, anak-anak pada ke mana deh, Mal. Belom keliatan batang idungnya.”

“Iya nih tumben—“ Baru saja Kemal dan Janee membicarakan teman-temannya, keriuhan Farhan cs mulai terdengar mendekati mereka.

"Brooooo! Congrats bro! Mamen! Wisuda juga lo!" Azam menyalami boy friend ala-ala. Azam tahu bahwa ucapan selamatnya itu akan menjadi boomerang beberapa saat kemudian, bahkan dalam hitungan detik.

"Lo kapan, A?" Ternyata Gian yang mengarahkan boomerang tadi untuk berbalik pada Azam.

"Kalo gak senin ya selasa kalo gak ya rabu,"

"Kalo gak, gak usah wisuda sekalian." Kali ini Farhan yang menjadi pamungkas boomerang Azam.

"Ehem." Janee cleared her throat, "Gak boleh gitu lo, Han, masih ada yang belom wisuda."

"Lah teh Jani mah aku percaya bentar lagi bakal nyusul wisuda,"

"Akuuuuuuu. Mana aku teh mana?" Sela Gian. Yang ditanya hanya menepuk-nepukkan dadanya mengisyaratkan inilah 'aku'.

Farhan melanjutkan perkataannya yang tadi terpotong, "Si abang itu mah kan belom tentu, teh." Sebuah bekas minuman gelas kemasan melayang di depan wajah Farhan, itu dari Azam. Farhan balik membalasnya diikuti oleh Gian yang hanya ikut-ikutan meramaikan saja.

"Udah woy elah nyapu lu entar beresin sampah lu pada. Eh, ada yang kurang deh. Bang Opal kemana?"

"Tau nih, Gian aja yang teh Anisnya wisuda udah standby di sini." Kali ini Naya angkat bicara, karena memang aneh juga Naufal biasanya paling semangat kalau sudah ada acara berkumpul bersama, kali ini bahkan ia telat hadir. Bahkan mungkin tidak akan hadir, karena tidak ada kabar sama sekali dari Naufal.

Saat Kemal dan teman-temannya sedang asyik bercanda saling melempar ledekan, muncullah Naufal sedikit dengan nafas terengah.

"Sorry guys gue telat. Mal, congrats ya, Malbro!"

"Dari mana dulu, bang, tumbenan telat?" Tanya Tama pada Naufal.

"Abis jadi pendamping wisuda gue, Tam."

"Wisuda siapaaaaaaaaa????" Semua menyerbu Naufal dengan pertanyaan yang sama membuat suara mereka terdengar seperti sebuah harmonisasi.

Kemal's StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang