#9

4 2 0
                                    

#jof_kemal



Ting.


Sebuah pesan muncul di notifikasi ponsel Janee saat ia sedang mengambil cucian kotor di kamarnya. Ia sempat bergumam 'entar dulu deh' dan melanjutkan mengambil baju-baju dalam laundry basketnya. Tapi Janee cukup penasaran, siapa yang mengirim pesan sepagi ini. Sambil berjalan ke arah tempat tidur, Janee sedikit melihat layar ponsel yang ada di atas tempat tidurnya. Tiba-tiba Janee melempar semua baju-bajunya setelah ia melihat dari jauh nama Kemal lah yang muncul pada ponselnya. Baju-baju yang tadi Janee pegang kini berserakan di atas lantai. Itu karena Janee sangat mengharapkan pesan-pesan dari Kemal beberapa hari ini.

Sudah dua hari ini Kemal tidak mengabarinya. Terakhir Kemal mengabari Janee tiga hari yang lalu. Memang saat itu Kemal memberi tahu Janee banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, jadi mungkin Kemal akan sulit menghubungi Janee.

Kemal mengirimkan foto terbarunya pada Janee, dan sebuah pesan yang membuat paginya Janee secerah Bandung pagi ini.

"Pagi cantik♥"

Begitulah isi pesan dari Kemal. Singkat, sederhana, tapi sampai membuat Janee berguling-guling di atas tempat tidurnya. Layaknya orang yang tengah kasmaran pada gebetan.

Baru saja Janee membalas pesan Kemal, ponsel Janee bergetar lagi. Layar ponselnya menampilkan nama Kemal beserta fotonya. Sebuah telepon masuk dari Kemal. Tentu dengan sigap Janee slide the green button dan mengangkat telepon Kemal.

"Yaaaaaaaaaang. Ke mana ajaaaaaaa." Belum juga Kemal mengucapkan salam, ia sudah diserang oleh Janee.

Terdengar suara tawa kecil dari Kemal di balik teleponnya. "Jan, assalamualaikum dulu gitu."

"Ehehe. Iya lupa maap. Assalamualaikum gemeeees."

"Hahaha. Waalaikumussalam geulis."

"Gingsulnya aku apa kabaaaaar? Ke mana ajaaaa? Sehat kaan? Aku kangeeen."

"Gingsulnya kamu sedang tidak baik, sayang. Sedang rindu berat sama kesayangannya yang di Bandung." Janee can't help but smiling. Smiling from ear to ear.

"Suara kamu kok beda? Lagi sakit ya?"

"Flu doang kok, yang."

"Banyak banget ya kerjaannya? Capek ya kamu?"

Kemal tertawa kecil, "Kamu lagi ngeinterogasi aku ya, Jan?"

"Ih kan aku pengen tau, yaaaaang."

"Hahahaha. Iya iya. Kerjaan aku? Baaaaanyaaaaaak. Capek sih. Tapi ini kan demi kita, yang." The cheesy Kemal is back. Janee tersenyum sambil menahan geli. Kalau Kemal sedang di sampingnya, mungkin Janee akan mencubit perut Kemal.

"Jangan telat makan pokoknya. Gak apa-apa kamu gak ngehubungin aku karena kerjaan kamu yang banyak. Tapi plis banget aku minta ke kamu, jangan telat makan, ya. Jaga kesehatan kamu. Biar pas balik ke Bandung kamu sehat, bisa ketemu aku. Ketemu kacang-kacangan."

"Iyaaaaa, siap Ajanee sayang. Oiya apa kabar mereka? Ada kabar baru apa? Udah lama juga aku gak nyaut di grup jadi ketinggalan gosip deh."

"Mereka baik-baik aja. Mereka nanyain kamu terus tau. Hm kabar barunya, Gian lagi deket sama Mita, Farhan kemarin abis lunch date gitu sama gebetannya, Ajam makin deket sama Vera. Terus.... apalagi ya. Udah itu aja sih. Belum ada lagi."

"Gian lagi deket sama Mita? Bukannya emang udah deket dari dulu? Gebetan Farhan yang temennya Tama itu? Gaya bet si Farhan udah ngedate lagi aja."

"Gian sama Mita deket mau jadi ehem ih, yang, masa gak ngerti. Iya gebetan Farhan yang itu, abis yang mana lagi. Hebat ya, Farhan gercep abis."

"Ooooh. Iya iya. Iya sih Gian sama Mita aja. Udah pas banget. Udah saling tau sifat satu sama lain juga kan. Keluarga mereka juga kayaknya oke oke aja. Oh iya, Aurel sidang ya kemarin? Aku belum ngucapin deh."

"Iya, Mal. Aurel sidang tapi ditemeninnya sama Ajam coba. Bintangnya gak ada."

"Bintang sesibuk itu ya? Tapi harusnya sesibuk apa pun kerjaannya, at least dia ngabarin Aurel. Itu sih Bintangnya udah gak niat sama Aurel."

"Gak ngerti deh aku sama Bintang, Mal. Aurel juga aku suruh udahan aja sama Bintang, dia tetep gak mau. Dia pasti bilang 'Gak ah, jan. Gue sama Bintang tuh udah empat tahun. Masa udahan gitu aja."

"Ya kalau si Bintangnya gak pernah ngabarin mah sama aja jadi jomblo. Bilangin mending sama Tama aja gitu, yang."

"Gila. Sama Tama."

"Kenapa emang?"

"Perfect bangeeeettttttt. Tama tinggi, ganteng, kalem, model looks. Aurelnya cantik, anak hits sekolah sama kampus. Kalau mereka jadian, bisa jadi the best couple masa kini. Eh, yang, udah telepon ibu?"

"Udah. Sebelum ngehubungin kamu, aku ngehubungin orang rumah dulu." Janee mengangguk-anggukkan kepalanya.

Terdengar suara seseorang memanggil Kemal di balik teleponnya. "Iya, om, bentar. Mmm.. Yang." Belum apa-apa Janee sudah mengerucutkan bibirnya.

"Mau kerja ya?"

"Iya." Suara Kemal terdengar lesu, "Nanti malem kalau sempet aku telepon ya."

"Iya, yang. Tapi kalau kamu capek banget gak usah sih, gak apa-apa. Aku ngerti kok."

"Makasih ya, sayang. Padahal aku masih kangen suara kamu." Sama seperti Janee, Kemal pun mengerucutkan bibirnya. Kalau Janee melihat Kemal seperti ini, ia pasti akan mencubit-cubit pipi Kemal karena gemas melihat kekasihnya seperti itu.

"Sama, yang. Aku juga. Tapi mau gimana lagi kan. Udah sana, nanti dipanggil lagi loh."

"Ya udah. Aku tutup ya. Kamu jaga diri, jaga kesehatan, jangan lupain aku. Hehe. Love you sayang, assalamualaikum.."

"Kamu juga. Jaga kesehatan, jaga diri, udah pasti sih gak bakal lupa sama aku. Hahaha. Love you too, gingsulkuuuuu cintakuuu. Waalaikumussalam.." Janee sengaja membalas pamitnya Kemal seceria mungkin, agar kekasihnya itu bisa bersemangat di sana tanpa mengkhawatirkan keadaan Janee.






"Yang,"

"Hm?"

"Aku dibisikin George Benson. Katanya, the world may change my whole life through, but nothing's gonna change my love for you. Hahaha. Assalamualaikum."

"Hahaha. Apa sih, Kemal. Waalaikumussalam."

Kemal's StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang