#12

5 2 0
                                    

#jof_kemal



LDR atau Long Distance Relationship merupakan keadaan di mana seseorang menjalani hubungan dengan pasangannya yang dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh dan biasanya untuk waktu yang cukup lama. Bisa jadi pasangannya itu tengah berada di luar kota, luar negeri, atau bahkan... luar angkasa.

Keadaan ini tengah dialami Kemal dan Janee. Janee yang berada di Bandung terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh dengan Kemal yang mendapatkan pekerjaan di Bali. Meskipun dipisahkan antara Bandung dan Bali, keduanya masih tetap berhubungan baik sampai saat ini, dan mudah-mudahan untuk ke depannya, seperti doa yang selalu dipanjatkan oleh keduanya.

Permasalahan akan dialami oleh siapa saja dan kapan saja, termasuk hubungan Kemal dan Janee. Saat ini mereka tengah dalam keadaan yang baik-baik saja, tapi mereka tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Intinya adalah bagaimana sebuah pasangan menyikapi masalah yang terjadi pada mereka. Bila disikapi dengan pikiran yang jernih dan kepala yang dingin, tentu permasalahan yang menghadang hubungan mereka akan menguap begitu saja. Tapi bila disikapi dengan pikiran yang kacau dan penuh emosi, bisa saja masalah itu akan mengancam hubungan mereka.

Kata-kata itu yang selalu Kemal ucapkan pada Janee, agar keduanya dapat saling mengingatkan, dan saling mengerti satu sama lain. Sehingga hubungan yang dilalui oleh keduanya akan selalu baik-baik saja, apalagi dengan keadaan tengah menjalani hubungan jarak jauh seperti sekarang ini. Ya, mungkin ini kunci dari keharmonisan keduanya. Saling mengerti dan saling terbuka satu sama lain.

Tapi kini, Kemal dan Janee tengah berbahagia, menikmati waktu bersama. Pasalnya, Kemal mendapatkan waktu libur dari atasannya, jadi ia dapat pulang ke Bandung untuk menemui keluarga, kekasih, dan juga teman-temannya. Tentu hal ini membuat seseorang sangat excited mendengarnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Janee.

Janee dan Kemal sebisa mungkin memanfaatkan waktu libur singkatnya berdua. Bahkan agar adil, Kemal sampai mengajak Janee berlibur bersama keluarganya. Awalnya Janee menolak karena takut mengganggu waktu Kemal dan keluarganya, tapi ternyata ide ini justru diutarakan oleh ibu Kemal. Mereka berlibur ke tempat yang cukup dekat sebenarnya, masih di daerah Bandung, tepatnya di Lembang. Dalam keadaan seperti ini, tempat bukan menjadi masalah, yang penting kebersamaannya, itu yang utama.

Saking ingin betul-betul memanfaatkan waktu yang tersisa selama di Bandung, Kemal sampai membawa pekerjaannya ke tempat makan Janee. Ya, meskipun diberi hari libur, tapi pekerjaan tetap tidak mendapatkan libur. Di saat Janee tengah sibuk melayani para pengunjung yang datang ke tempat makannya, Kemal tetap menatap lekat laptop yang ada di hadapannya, tetap fokus pada pekerjaannya.

"Yang," Janee mendekati Kemal, dan duduk di samping kekasihnya itu.

"Hm?" Ada jeda beberapa detik setelah Kemal menjawab sapaan Janee, ia menyelesaikan mengetik terlebih dahulu lalu menoleh ke arah Janee.

"Kenapa ngerjainnya gak di rumah aja sih? Kan sama aja di sini juga aku dikacangin."

"Kan kamunya juga lagi kerja tadi, yang. Kamu lagi melayani para pengunjung yang datang kemari. Jadi aku ngerjain kerjaan aku."

"Tapi kan kalau kamu ngerjain di rumah, kamu nyaman, Mal. Bisa tiduran, mau ngapain juga enak."

"Eh, harusnya kamu seneng dong aku kayak gini. Jadi pelanggan kamu liat, terus mereka mikir memang tempat makan kamu ini nyaman, bahkan sampai ada orang yang ngerjain kerjaannya di sini."

Iya juga, batin Janee. Kemal melanjutkan, "Lagian ngerjain kerjaan di sini tuh bikin aku seneng tau, Jan. Bikin aku semangat, meskipun cuman liat kamu mondar-mandir sana-sini bawa makanan. Karena kamu adalah alasan di balik kegigihan aku mengerjakan semua pekerjaan aku, yang."

Janee mengernyitkan dahinya mendengar kalimat Kemal. Geli sendiri mendengarnya, "Oh iya, kamu pulang kapan? Eh kok pulang. Berangkat lagi kapan?"

"Aku kan udah pulang. Kamu tempat pulang aku, yang."

Janee memutar kedua bola matanya, and here again, Kemal dan ke-cheessy-annya. "Berangkat lagi kapan?" Janee mengulang lagi pertanyaannya.

"Kapan yaaaa. Maunya kapan?"

"Jawab."

Bisa apa Kemal kalau Janee sudah galak seperti itu. Bukan hanya ucapannya yang menyeramkan, tapi raut wajahnya pun menakutkan bagi Kemal. "Gak tau nih kapan, belum pesen tiket sih. Tapi yang pasti sebelum tanggal delapan." Cukup puas dengan jawaban Kemal, Janee hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yang, kamu tuh serem tau kalau lagi galak kayak tadi. Tapi aku kangen sih digalakin kamu."

"Emang di sana gak ada yang marahin kamu?"

"Ada, sih, si om. Tapi kan beda, kalau dimarahin kamu ada cinta yang mengalir, kalau dimarahin om ada duit yang mengalir."

Keduanya tertawa. Kemal kembali fokus pada laptopnya setelah meminta izin pada Janee untuk melanjutkan pekerjaannya. Kemal menyadari Janee sama sekali tidak bersuara, mungkin tertidur, pikirnya. Dan benar saja, Janee tengah tertidur dengan lengannya sendiri sebagai bantalan kepalanya. Kemal menatap kekasihnya itu, tak henti mengagumi sosok yang selalu mencuri hatinya. Kemal pun ikut menempatkan kepalanya di atas meja sambil menatap Janee yang ada di hadapannya.

Janee perlahan membuka matanya, dan betapa terkejutnya ia melihat Kemal dekat dengan wajahnya. Janee berniat untuk kembali ke posisi duduknya, namun saat Janee mengangkat kepalanya, tangan Kemal segera menahannya,

"Please, stay like this for a while," Kata Kemal. Janee menuruti saja, ia menempatkan kepalanya kembali di atas meja.

Kemal masih ingin menatap kekasihnya itu lebih lama lagi, lebih dekat. Kemal mengusap rambut Janee sambil tersenyum kecil. Kalau boleh dan kalau bisa, Kemal ingin menghentikan waktu sebentar, menikmati waktunya bersama Janee. Sampai-sampai ia berpikir tidak ingin kembali ke Bali. Tapi Kemal tidak boleh egois, pikirnya. Yang ia usahakan dengan sungguh-sungguh ini pun untuk kebahagiaan Janee juga.

Kemal's StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang