#11

6 2 0
                                    

#jof_kemal

Momen wisuda merupakan momen yang paling ditunggu setiap mahasiswa. Kenapa? Karena momen itu merupakan sebuah ceremony untuk seorang mahasiswa yang akhirnya officially bergelar sarjana. Perasaan bahagia pasti menyelimuti semua calon wisudawan. Tapi tidak dengan Janee. Mood Janee mendadak menurun setelah mengetahui Kemal tidak akan hadir di acara wisudanya, Kemal tidak dapat pulang ke Bandung hari itu. Janee sudah cantik, badannya dibalut kebaya berwarna pastel yang ditutupi sementara oleh pakaian toga untuk acara ceremonialnya. Ada rasa kecewa karena ia tidak dapat memamerkan kebahagiaannya, tidak dapat memamerkan kebaya cantik yang ia kenakan pada kekasihnya. Janee sangat memimpikan dirinya dapat disambut oleh orang-orang tercintanya; papa, mama, dan Kemal tentunya.

Apa daya, Kemal sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya di acara wisuda Janee. Banyak pertanyaan terlintas di pikiran Janee melihat Kemal tidak hadir di acara pentingnya. Kenapa Kemal sama sekali tidak mengusahakan untuk datang? Oh, mungkin situasi di Bali belum memungkinkan untuk terbang. Tapi kan kejadian gunung meletus itu sudah lama, dan berdasarkan berita pun semua bandara sudah bekerja seperti sebelumnya. Oh, mungkin pekerjaan Kemal sedang menumpuk di sana. Terus saja begitu. Percakapan seperti itu yang terus menerus ada di pikiran Janee. Pertanyaan dari dirinya yang lalu dijawab sendiri oleh Janee.

"Kak, kok temen-temen kamu yang suka kumpul itu gak ada? Tumben." Tanya mamanya. Memang geng kacang pun sama sekali belum menunjukkan batang hidung mereka. Termasuk Azam dan Aurel, teman terdekat Janee yang biasanya tidak pernah absen di acara-acara semacam ini.

"Gak tau. Males kali ke wisudaan aku." Jawab Janee sebal.

Janee sempat berpikir negatif pada teman-temannya. Janee merasa tidak adil. Janee yang selalu ada untuk teman-temannya, selalu hadir di acara mereka, baik itu acara yang berkaitan dengan suka maupun duka. Namun apa yang ia dapatkan sekarang? Teman-temannya itu justru sama sekali tidak hadir di acara bahagianya. Termasuk kekasihnya sendiri. Di momen bahagia begini saja mereka tidak hadir, bagaimana di momen yang tidak membahagiakan, pikirnya kesal. Sepertinya Janee memang betul-betul dikuasai pikiran negatifnya.

Untunglah masih banyak teman-temannya yang lain yang datang menemuinya. Jadinya rasa kecewa Janee sekarang sedikit teralihkan oleh teman-temannya yang memberinya selamat. Tapi tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya, membuat Janee seketika menolehkan kepalanya ke arah pundak yang ditepuk. Ternyata itu Aurel. Aurel memperlihatkan cengirannya pada Janee, yang akhirnya hanya dibalas tatapan tajam dan dengusan kesal Janee.

"Dih dih dih, jutek amat anjir. Selamat dulu dong sini. Jangan ngambeeeeeeek. Sorry sorry gue kejebak macet tadi. Di kasur. Hehehe." Jawaban Aurel ini membuat Janee kembali mendengus kesal. Aurel yang merasa temannya itu benar-benar sedang kesal padanya, ia lalu memeluk Janee layaknya memeluk sebuah boneka beruang besar.

Akhirnya geng kacang muncul secara terpisah. Awalnya hanya Gian, Farhan, Tama, dan Azam. Lalu disusul Galih, Naya, Naufal, dan Anis. Kekasihnya memang benar-benar tidak datang. Janee hanya melihat pasrah ke arah teman-temannya, membuat mereka bingung sendiri dengan sikap Janee.

"Teh, selamat yaaaa. Akhirnyaaaaaaa. Nanti aku nyusul, teh." Ucap Naya, yang tak lain adalah adik tingkatnya sendiri.

"Maaci, Naaaay." Janee hanya tersenyum kecut, membuat Anis yang berada di sampingnya menyikut Janee, "Heh, yang wisuda mah harus seneng, sumringah, senyum. Lo dari tadi senyum kepaksa. Kenapa sih kenapaaaa?"

"Pengen ketemu Kemal. Kenapa dia gak peduli sama gue. Kenapa dia gak dateng ke wisudaan gue. Ya kalau pun dia sibuk, seenggaknya kabarin gue bisa kan. Ini ngilang banget dia. Kan gue bete."

Aurel hanya tersenyum kecil, "Kok lo malah ketawa sih?" Tanya Janee heran dengan sahabatnya itu.

Naufal yang mendengar percakapan mereka, lalu membalikkan badan Janee ke arah orang tua Janee yang tengah beristirahat di gazebo fakultasnya. Pupil Janee membesar, ia sangat tidak percaya dengan pemandangan yang tengah ia lihat. Ada Kemal yang tengah duduk bersama kedua orang tua Janee, ia terlihat asyik berbincang dengan orang tua Janee. Janee yang masih memakai pakaian toga pun berlari kecil menghampiri tiga orang yang paling ia sayang di dunia ini.

Janee berhenti berlari, berdiri terdiam di samping Kemal yang terduduk di depan orang tuanya. Kemal yang menyadari kehadiran Janee di situ, hanya menolehkan kepalanya sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Janee menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan ke arah Kemal, dan... bukk! Sebuah pukulan mendarat di punggung Kemal. Hanya pukulan kecil memang. Janee memukul Kemal menggunakan sling bagnya, tapi sukses membuat Kemal terkejut dan sedikit meringis.

"Eh, eh. Kok malah dipukul pacarnya? Katanya kemarin kangen, sekarang udah ada kok malah dipukul?"

"Nyebelin dia, maaaaaaa." Janee kembali memukul-mukul Kemal menggunakan sling bagnya. Kemal hanya tertawa, lalu berdiri menatap kekasihnya itu.

Kemal tersenyum, senang akhirnya bisa melihat kesayangannya secara langsung di hadapannya. Senang, akhirnya ia bisa hadir di acara penting si kesayangannya. Kemal meraih tangan kiri Janee, "Congraduation, Ajanee, sayang." Kemal tidak ragu memanggil sayang pada Janee di depan orang tua Janee. Janee masih merasa kesal karena Kemal sama sekali tidak memberi kabar padanya, tapi ia juga senang, akhirnya si gingsulnya kini benar-benar nyata ada di hadapannya.

Tanpa Janee sadari, air mata menetes di pipinya. Kemal terkejut melihat Janee menangis. Ada sebuah tangan yang menyodorkan selembar tissue padanya. Itu mama Janee. Kemal dengan sigap menghapus air mata Janee tanpa merusak riasannya. "Jangan nangis dong, cantik, kan ada aku di sini. Make up-nya luntur loh nanti." Kemal menarik Janee ke dalam pelukannya. Rasa rindu mereka seakan tersalurkan diantara pelukan mereka. Rasa rindu yang sudah dipendam selama dua bulan, kini terbayarkan sudah.

"Masih kesel nih?" Ledek Aurel yang tiba-tiba muncul di belakang Janee. Janee melepas pelukan Kemal, lalu berbalik menendang Aurel. Anis yang gemas melihat tingkah Janee akhirnya protes, "Heh, udah cantik itu pake kebaya. Jaga image ih, Jan!"

***

Kedua orang tua Janee sudah pulang ke rumah. Meninggalkan Janee, Kemal, dan yang lainnya di sekitaran gedung fakultas Janee. Kemal memanfaatkan waktu ini untuk melepas rindu bersama kesayangannya. Karena ternyata Kemal sudah lebih dulu menghabiskan waktunya dengan Azam dan yang lainnya sejak beberapa hari yang lalu.

"Masih bete?"

"Menurut L?" Jawab Janee kesal sambil memutar kedua bola matanya.

"Udah atuh, kan aku udah di sini,"

Janee menghela napasnya,"Iya iyaaaa, dari pada entar tiba-tiba ngilang lagi. Kamu kapan nyampe di Bandung, yang?"

"Dua hari yang lalu." Jawab Kemal dingin. Janee kembali memukul Kemal, "Ah! Apaan sih? Sakit tau."

"Pake nanya apaan. Kenapa gak bilang sama aku? Dua hari tuh lama loh. Kamu tega banget gak nyamperin aku, gak ngabarin aku. Aku kira kamu lagi sibuk."

"Iya aku emang sibuk. Sibuk cari ini..." Kemal menyodorkan sebuah kotak kecil yang diikat pita di atasnya. Janee terdiam. Kemal lalu membukakan kotak kecil itu untuknya, mengeluarkan isinya dan memperlihatkannya pada Janee.

Sebuah jam tangan. Jam tangan berwarna hijau tosca dengan desain gambar sepeda di dalamnya, kesukaan Janee.

"Kamu waktu itu bilang jam kamu rusak, terus kemarin aku liat ini dan aku langsung inget kamu. Maaf isinya cuman jam,

yang isinya cincin..... nanti ya." Kemal memamerkan cengiran khasnya. Janee tertawa kecil, lalu memeluk erat kekasihnya itu.

"Makasih gingsulkuuuuuuuu. Amicuuuuuu."

"Amicu-" Kalimat Kemal terpotong oleh Janee yang tiba-tiba melepas pelukannya, "Mana oleh-oleh?"

Kemal memutar bola matanya yang selanjutnya beberapa pukulan menyerang Kemal. Naufal dan yang lain hanya tertawa kecil melihat tingkah mereka. Sudah lama juga mereka tidak melihat Janee dan Kemal seperti itu.

Kemal's StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang