#jof_kemal
Demi seseorang yang dicintai, seseorang rela melakukan apa saja, bukan?
Hal itu cocok sekali dengan Kemal. Yang rela melakukan apa saja demi Janee, orang yang sangat ia cintai, setelah orang tuanya pastinya. Pagi-pagi buta Kemal sudah berada di rumah Janee. Siap menemani kesayangannya itu yang sedang cemas akan menghadapi sidang akhirnya. Meskipun Kemal tidak dapat membantu apapun, setidaknya hadirnya Kemal bisa sedikitnya menenangkan kecemasan Janee. Mengantar Janee ke kampus hingga menunggu Janee di depan ruangan tempat sidangnya, Kemal lakukan demi perempuan tercintanya.
Setelah dihujani pertanyaan selama satu setengah jam, akhirnya Janee keluar dari ruangan sidang. Menghampiri Kemal dengan wajah yang hopeless dan hampir menangis. Kemal tidak pernah melihat Janee selemah ini. Janee yang selalu ia lihat adalah Janee yang ceria, kuat, dan tegar. Tidak seperti sekarang.
“Kenapa yang???”
“Aku dibilang gak akan lulus, yang. Tadi aku gak bisa jawab satu pertanyaan. Gimana kalau aku gak lulus.” Janee menundukkan kepalanya menyentuh bahu Kemal yang berada di sampingnya.
“Enggak lah. Kamu pasti lulus. Udah tenang, sayang. Itu kamu lagi dikerjain aja sama penguji kamu. Aku waktu itu juga gitu kok. Udah ya, Tarik napas coba.” Kemal menarik Janee ke dalam pelukannya, sambil menenangkan kekasihnya itu.
Setelah menunggu hampir empat jam, Janee kembali bergabung dengan teman-temannya untuk menghadiri pengumuman yudisiumnya. Kemalj mempersiapkan segala perlengkapannya untuk menyambut Janee. Sebuah buket bunga, satu buket coklat, serta selempang bertuliskan Kamidia Ajanee, S.Pd. Tidak hanya Kemal, teman-teman Kemal full team hadir juga untuk menyambut dan memberikan selamat pada Janee. Termasuk Aurel dan Mita. Aurel membawa balon berbentuk S, P, dan D serta beberapa balon berwarna ungu dan biru, warna kesukaan Janee. Membuat Azam yang membonceng Aurel mengomel sepanjang jalan karena balon-balon itu sangat mengganggunya.
“Rel, kenapa harus pake ginian sih?” Azam melakukan aksi protesnya saat keduanya sedang berjalan menuju fakultasnya Janee.
“Ih, kan buat nyambut Janee.”
“Kan udah pake balon SPD itu. Tadi tuh nutupin spion, coy. Lagian mubazir itu mahal-mahal ditusukkin jarum juga meletus.”
“Bawel ih. Kan gue yang beli ini, pake duit gue, bukan pake duit lo.”
“Bukan gitu, lo harus belajar hemat Aurelku sayang.” Begitulah Azam, sering menggoda Aurel yang sudah memiliki kekasih sejak lama. Membuat Azam sering dihujani pukulan oleh Aurel.
Janee akhirnya keluar dari ruangan diiukuti oleh teman-temannya. Saling memeluk satu sama lain, menangis haru bersama. Akhirnya usaha yang selama ini mereka lakukan berbuah manis. Tidak lupa saling mengabadikan momen bersama teman-teman seperjuangannya yang hanya akan terjadi satu kali itu. Kecuali jika nantinya mereka semua sama-sama melanjutkan studi pasca sarjana.
Janee membalikkan badannya, mencari sosok Kemal yang sejak pagi setia menunggunya. Tapi batang hidungnya sama sekali tak terlihat di sekitar ruangan. Janee melihat seseorang melambaikan tangannya dari seberang tempatnya berdiri. Itu Kemal, ditemani teman-temannya yang tengah duduk menunggu di sebuah gazebo fakultasnya. Janee menghampiri mereka. Kemal mendekati Janee dengan senyum yang mengembang sambil memegang buket bunga serta selempang untuk Janee. Kemal merebahkan tangannya, siap untuk memeluk kesayangannya itu. Janee memeluk Kemal dan menangis bahagia.
“Sssshhhh. You did well, sayang. Selamat ya, Kamidia Ajanee, S.Pd.” Kemal melepas Janee dari pelukannya. Menghapus air mata yang mengaliri pipi Janee. Kemal kemudian memasangkan selempang, dan memberikan sebuah buket bunga yang sudah ia persiapkan.
“Makasih, yang.”
“Ada banyak yang nonton nih. Udahan udahan. Malu woy malu.” Celetukan Farhan itu membuat semua teman-temannya tertawa, termasuk Janee.
Tama, Naufal, dan yang lainnya menyalami serta menguacpkan selamat pada Janee satu persatu. Termasuk Azam dan Aurel yang sekongkol berlagak marah pada Janee karena mendahului mereka untuk mendapatkan gelar sarjananya.
“Buruan kelarin makanyaaaaa. Yang satu jangan pacaran mulu, yang satu jangan ngejar cewek mulu. TA gak kelar, cewek gak dapet.”
“Eh, si Jani. Lo jangan ngedoain gitu dong elah. Parah nih temen lama macam apaan.” Protes Azam.
“Iya nih ah, teh Jani, gimana sih. Bang Ajam mah dilirik teh Gita aja enggak, gimana dapet yang baru.” Gian lagi-lagi senang menggoda Azam. Mengundang decak tawa teman-temannya yang datang.
Mereka tidak lupa berfoto bersama. Kata Naufal, siang-siang seperti ini semua temannya hadir berkumpul bersama merupakan momen yang langka. Momen seperti ini dimanfaatkan pula untuk berbincang sejenak di jam istirahat mereka, sebelum akhirnya mereka harus kembali pada rutinitas masing-masing. How a friendship goals, mau meluangkan waktu kosong demi pacar sahabatnya yang sudah mereka anggap menjadi bagian dari mereka juga.
Saat sedang saling bercanda membully Naufal atau Azam yang selalu menjadi sasaran empuk bullyan, ponsel Kemal bergetar. Kemal mengangkat teleponnya, berjalan sedikit menjauh dari teman-temannya. Tanpa Kemal sadari Janee memperhatikan Kemal yang tiba-tiba menjauh dari mereka.
“Iya, om?”
“Mal, om udah pesenin kamu tiket buat tanggal 15.” Raut wajah Kemal yang tadinya begitu ceria seketika berubah.
“Iya, om. Makasih banyak ya, om.”
“Sama-sama, Mal, ditunggu di Bali ya.” Ada jeda waktu Kemal untuk membalas kalimat omnya itu.
“Iya, om. Sampai ketemu di Bali.”
Sebuah senyuman kembali tergambar di wajah Kemal. Namun bukan senyuman manis, senyuman pahit lah yang Kemal gambarkan di wajahnya.
Terdengar suara derap langkah seseorang tengah mendekati Kemal yang masih berdiri di tempat terakhir ia menutup telepon dari omnya.
“Mal?” Kemal membalikkan badannya, memberikan senyum terbaiknya untuk kesayangannya. “Telepon dari siapa?”
“Dari ayah, Jan. Ayah bilang selamat katanya.” Kemal berbohong. Iya memang berbohong, tapi tidak sepenuhnya. Ayah Kemal memang benar mengucapkan selamat untuk Janee. Tapi tadi, saat Janee baru saja keluar dari ruangan. Itu pun mengucapkan lewat whatsapp, bukan lewat telepon.
“Oh, sampein makasih gitu ya, yang.”
“Iya siap, sayang.” Kemal mengusap lembut puncak kepala Janee. Dilema untuk memberitahukan yang sebenarnya sekarang atau nanti.
Kejujuran memang hal utama yang harus diprioritaskan dalam suatu hubungan. Kemal sendiri yang pernah berbicara seperti itu pada Janee. Tapi untuk saat ini, Kemal harus menelan ludahnya sendiri. Tidak, Kemal hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini pada Janee. Ia hanya tidak mau merusak momen bahagia kekasihnya. Jadi bukan berarti Kemal tidak akan jujur.
Mal, kamu mau ke mana?
Janee berbicara dalam hati sambil menatap kekasihnya.