#15

6 3 0
                                    

#jof_kemal




“Teh Jani rumahnya di mana?” Tanya seseorang yang tengah membantu Janee mengangkat-angkat kursi, membereskan Dicha yang akan segera ditutup karena sudah larut malam.

“Di deket flat, pak. By the way, gak usah manggil ‘teh’ deh. Jani mah lebih muda dari pak Azka.” Ternyata Azka yang tengah membantu Janee membereskan Dicha.

“Oh.. iya.. Hehe.” Timpal Azka sambil mengangkat kursi terakhirnya dan menangkupkannya di atas meja. “Ya udah, yuk, saya anter sekalian.” Azka menawarkan jasanya untuk mengantar Janee pulang ke rumah karena memang saat itu sudah larut malam, dan tidak ada sosok laki-laki yang dapat dimintai pertolongan untuk mengantar Janee pulang.

“Gak usah, pak. Jani pake ojek online aja, udah biasa kok.”

“Udah malem loh ini. Lagian saya gak akan nyulik Jani kok, saya anak baik-baik.” Kata Azka sambil tersenyum.

Janee tertawa kecil, “Alhamdulillah ya masih baik.” Keduanya tertawa, “Emang pak Azka pulang ke arah mana?”

“Hmmm, Dago sih.” Azka sedikit ragu menjawab pertanyaan Janee.

“Tuh, kan, gak searah. Udah gak apa-apa, Jani sendiri aja. Jani tadi udah ngerepotin pak Azka.”

“Saya gak ngerasa direpotin, kok. Mau, ya?”

Akhirnya Janee menyerah, mengiyakan ajakan Azka karena dipikir-pikir memang sudah terlalu malam. Ya, itung-itung hemat ongkos ojek lah, pikirnya. Dan keduanya berakhir di sini, di mobil Azka, hanya berdua.

Janee sempat berpikir orang seperti Azka ini akan membosankan. Selain karena Azka terlihat pendiam, Janee berpikir Azka merupakan tipikal laki-laki pintar yang biasanya secara tidak langsung memamerkan kepintarannya di sela-sela perbincangan. Tapi Janee salah besar. Azka justru sangat friendly, tidak sekalipun menunjukkan dirinya lebih tua dan tahu segalanya, terbukti dari cara bicaranya yang luwes, fleksibel dan asik. Oh, mungkin ini yang membuat adiknya amat sangat mengagumi sosok dosennya ini, batin Janee sambil mendengarkan Azka yang tengah berbicara padanya.

“Makasih banyak ya, pak. Udah bantuin Jani, malah nganterin Janee sampai depan rumah.” Ujar Janee sesaat setelah mobil Azka berhenti di depan pagar rumahnya.

“Iya, gak apa-apa. Ada bayarannya tapi, ya?” Jawab Azka dengan diakhiri hehe-nya.

“Boleh. Nanti Jani bayar pake voucher makan gratis di Dicha. Tapi sekali doang dan jangan ajak temen.” Jawab Janee sambil menggerakkan telunjuk kanannya mengisyaratkan sebuah larangan.

“Hahaha, ternyata Jani pelit, ya.” Keduanya tertawa.

Azka menurunkan kaca mobilnya sesaat setelah Janee turun dan menutup pintu mobilnya, “Saya pulang dulu, ya. Salam buat Lani.”

“Makasih banyak ya, pak. Iya nanti Jani sampein ke Lani. Dia pasti seneng banget tuh, soalnya Lani ngefans banget sama pak Azka.” Jawab Janee sambil mendekatkan kepalanya ke arah jendela agar mudah menjawab Azka.

Azka hanya tertawa dan memasang wajah tidak percaya. “Hati-hati, ya, pak.” Lanjutnya lagi.

***

“Assalamualaikum,”

Lani yang sedari tadi memperhatikan Janee melalui kaca jendela rumahnya, segera menginterogasi kakaknya, “Kak Jani dianter kak Ajam? Tapi kok mobilnya kayak bukan mobil dia deh. Mobil siapa ya, aku kayak pernah liat di mana gitu.”

“Menjawab salam itu hukumnya wajib, Kallani Fasya.”

Lani memberikan cengiran pada kakaknya, “Hehe, iya, waalaikumussalam. Nah, jawab pertanyaan aku juga wajib, kakak Jani. Tadi itu siapa?”

Kemal's StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang