pt. 19

13.6K 1.5K 96
                                    


Satu bulan memang bukan waktu yang lama. Apalagi ketika satu bulan itu disibukkan dengan aktifitas kuliah. Dan terlebih selalu ada cowok yang mengikuti kemanapun Hyeji pergi— tidak membiarkan Hyeji pergi tanpa izin darinya, ah posesif sekali memang. 

Tapi ini sedikit aneh bagi Hyeji. Seperti mengingat kembali bagaimana satu tahun lalu dia berlaku sama—mengikuti Yoongi kemana pun kakinya melangkah. Mengirimi pesan setiap detik dan berceloteh sampai mulutnya berbusa disetiap obrolannya dengan Yoongi yang pasti akan berakhir dengan pertengkaran.

Hyeji lalu tertawa dalam diam. Mengolok-ngolok dirinya sendiri karena bisa semenye itu dalam urusan percintaan.

Sebulan setelah Hyeji dipaksa berpacaran dengan Jungkook, pun tak jarang Hyeji diam-diam masih mengirimi Yoongi pesan. Alasannya karena kangen, udah nggak pernah ketemu dikampus semenjak urusan kuliah Yoongi selesai.

Terakhir ketemu pun cuma waktu Hyeji sama Yoongi nonton. Setelahnya nggak ada niat mau ngajak main lagi karena Yoongi nggak pernah ngajak duluan— well, lelaki satu itu memang punya gengsi yang sebesar gajah.

Hyeji juga udah lelah— pasrah aja kalau cinta pertamanya memang harus ditakdirkan buat berhenti sampai disitu.

Dan intinya semenjak Jungkook berani menyatakan perasaannya ke Hyeji— dia mau berusaha buka hatinya buat Jungkook. Mau gimana pun juga, nggak ada salahnya memberi kesempatan buat orang yang selalu ada buat Hyeji.

Hyeji sepenuhnya sadar, Yoongi mungkin memang bukan untuknya. Mau sekeras apapun dia berusaha mengambil hatinya, tetep aja Hyeji cuma di anggap sebagai seorang adik perempuannya aja.

"Hmm, gosong tuh yang!" Jungkook datang, memeluk dari belakang tanpa mengenakan baju karena dia habis mandi.

Hyeji kaget sendiri dibuatnya, semenjak mereka memutuskan untuk berkencan, Hyeji masih suka gugup kalau Jungkook udah bersikap manja kayak gitu ke dia. Main peluk dan gelendotan setiap ada kesempatan.

"M-mana bisa gosong, ini kan sup!"

Jungkook terkekeh kecil, dia lalu mempererat pelukannya, menaruh kepalanya di bahu kiri Hyeji. Rasanya pengen nyium pipinya, tapi Jungkook belum siap.

"Iya tau, bagus deh, tadi kan cuma ngetest konsentrasi kamu. Habisnya sebel sih, masak kok sambil ngelamun!" protes Jungkook seraya memanyunkan bibirnya disertai pipinya yang menggembung.

"Ck, berisik banget sih Kook!"

"Kan punya mulut, seksi gini padahal."

Hyeji berdecih, memukul kepala Jungkook pelan dan melepas pelukannya.

"Iya seksi, tapi lebih seksi kalo diem! Udah sana huss huss pergi, nggak usah ganggu aku masak!" 

"Sun dulu sini. Janji deh habis itu aku pergi!" kata Jungkook masih dengan wajah inosennya yang kelewat menyebalkan.

Hyeji melotot, "SUN PAKE PANCI MAU? HAA?!" 

Setelah itu Jungkook jadi takut-takut, dia lalu kabur dari dapur yang ada di dalam flatnya. Sebenarnya nggak layak juga kalau disebut flat karena ini jauh lebih seperti apartemen yang luas dan lebih bagus daripada flat Hyeji yang kelewat seadanya itu.

Ck, payah, gagal lagi!— batin Jungkook menjerit, padahal dia ngebet banget pengen nyium Hyeji atas dasar sayangnya yang semakin hari semakin besar—menggunung kalau diibaratin. Tapi ya dia pasrah, udah bisa milikin Hyeji aja udah bersyukur kok mau minta yang lebih lagi.

Dan Jungkook sekarang udah duduk di sofa depan tv, mengambil ponselnya dan bermain game online sambil nungguin si pacar selesai masakin makan malam untuknya.

✔️ Tsundere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang