7

2.1K 131 0
                                    

Saat makanan datang, hanya ada bunyi yang dihasilkan oleh pisau dan garpu yang saling beradu diatas piring. Keheningan. Itu yang terjadi. Hendri pun membuka suara membuat semua terfokus padanya

"Jeng? Maksud lo sekali-kali makan banyak temennya apa? Emang selama ini lo selalu makan sendiri?" tanya Hendri. Seketika jantungku seperti berhenti. Harus kujawab apa?

"Em iya. Makan selalu sendiri." balasku pada Hendri

"Dirumah segede ini makannya sendiri? Gaada orang lain?" tanya Hendri lagi. Mau tidak mau, aku harus menceritakan semua

"Gue berlima."

"Nyokap, Bokap, Elo, Pembantu lo?" tanya Putra

"Salah. Gue, Sodara gue, 2 pembantu gue sama 1 supir gue." ucapku tersenyum

"Orang tua lo kemana emang?" tanya Hendri lagi. Oh ayolah dia bercanda? Kenapa membahas orangtua? Aku menghela nafas kemudian menjawab

"Nyokap gue gak ada. Perginya pagi banget, dan pulangnya pas gue udah tidur. Kadang juga suka lembur. Jadi gak pulang. Bokap? Kerja disalah satu negara besar dunia. Pulang cuma sebulan 2 kali. Di minggu kedua sama akhir bulan pasti pulang. Gue juga heran, padahal gajinya udah cukup banget buat menghidupi keluarga gue." jelasku membuat mereka berhenti memakan makanan

"Maaf Jeng." ucap Hendri. Aku tersenyum

"Udah biasa."

———

Seusai makan, kami bercanda ria diruang tamu. Tak lama kemudian mereka pamit untuk pulang

"Makasih ya udah jengukin." ucapku

"It's okey lah. Makasih juga nih udah ngajak makan siang bareng." ucap Hendri

"Malu-maluin bgt lo Hen." ucap Kennath membuatku terkekeh pelan

"Yee Rafi aja sepupu gua diem aja. Yakan Pi?" ucap Hendri bertanya pada Rafi. Rafi hanya menampilkan ekspresi datar

"Lo sama Rafi sepupuan?" tanyaku pada Hendri. Baru saja Hendri ingin menjawab pertanyaanku, Rafi membuka suaranya lebih dulu

"Gak." ucap Rafi singkat

"Tuh sepupu lo aja gak ngakuin elo Hen. Mungkin Rafi nahan malu kali hahaha." ucap Putra lalu tertawa

"Jahat lu Pi." ucap Hendri dengan wajah polos dan sok imutnya

"Najong idih." ucap Rafi

"Yaudah kita pulang ya? Besok masuk gak?" tanya Salma

"Masuk." ucapku

"Baaayy." ucap Nayya disertai senyuman yang lain

———

Siang pun berganti malam. Bang Lutfi belum juga pulang. Aku mencoba menghubunginya berulang kali tapi tetap saja tak ada respon darinya. Aku khawatir. Segala cara sudah kucoba agar aku bisa mengetahui dimana dia sekarang.

Selama berjam-jam aku menunggu Bang Lutfi. Dia tak kunjung datang. Hingga pukul 23.42 dapat kudengar mobil sport yang biasa dia kendarai masuk kedalam garasi. Aku segera turun kebawah. Aku kaget bukan main. Dia berjalan sempoyongan

"Bang? Lo kenapa? Muka lo kok lebam?" tanyaku padanya sambil merangkulnya dan membawanya duduk dikursi sofa ruang tamu. Dia menoleh sebentar dan menjawab

"Gua berantem." ucapnya singkat. Bagaimana bisa dia setenang itu sedangkan aku mengkhawatirkannya dari tadi?

"Lo gak tau apa? Gue khawatir! Kalo mama sama papa tau mereka juga bak..." ucapanku terpotong oleh bentakkan Bang Lutfi

Cold But I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang