15

1.7K 125 4
                                    

———

Esoknya, Sasa menghampiriku yang tengah istirahat setelah bermain basket. Dia menyodorkan sebotol air mineral padaku. Kenapa dia tiba-tiba baik?

"Ma-makasih Sa." ucapku sambil menerima air mineral yang diberikannya

"Iya. Santai aja. Gue kesini bukan mau gangguin lo kok. Gue cuma mau nanya aja." ucap Sasa

"Nanya apa?" tanyaku sembari meneguk air tersebut

"Lo udah pacaran sama Abip ya?" tanya Sasa berhati-hati

"Iya. Kenapa emang? Trus lo tau darimana?" balasku

"Dari Rafi." balas Sasa padaku dan aku hanya mengangguk

"Longlast ya. Tapi bukannya lo deketnya sama Kennath ya?" tanya Sasa lagi

"Makasih sebelumnya Sa. Tapi gue sama Kennath temenan aja kok." balasku

"Pasti ada alesannya lo nerima Abip. Ya kan? Gue ngomong kek gitu yaa karna setau gue, lo gak pernah deket sama yang namanya Abip." ucap Sasa. Rupanya dia mengerti

"Bisa dibilang gitu sih Sa."

"Lo gak perlu maksain perasaan lo Jeng. Kalo yang selalu ada udah didepan mata, buat apa terima yang baru kenal?" tanya Sasa. Iya Sa. Yang selalu ada itu pacar lo

"Yah apa kata lo bener juga sih. Tapi mau gimana lagi? Gue punya alasan buat nerima Abip. Dan gue gak bisa ninggalin dia gitu aja. Apalagi kan kita baru jadian." ucapku membuat Sasa mengangguk

"Yaudah. Mudah-mudahan lo bisa nemuin jalan keluarnya ya Jeng. Gue pergi dulu. Daaah." ucap Sasa kemudian beranjak dari duduknya

"Iya Sa." balasku pada Sasa

Setelah Sasa pergi, Salma menghampiriku. Dan bertanya tentang Sasa. Sudah pasti Salma heran mengapa Sasa tiba-tiba berbincang denganku.

"Hey jeng." sapa Salma

"Eh iya Sal." balasku

"Itu si Sasa ngapain? Gak ngegangguin lo lagi kan?" tanya Salma

"Enggak Salmaaaa. Justru dia ngasih gue air mineral." balasku

"Kok tumben dia baik?" tanya Salma yang heran

"Gue juga gak tau." balasku. Seketika terjadi keheningan diantara kami dan

"Sal? Gue capek deh. Rasanya gue pen pergi dari semua ini. Gue pengen pergi jaaaauuh banget." keluhku pada Salma. Dengan cepat, Salma menoleh padaku

"Lo kok gitu sih?!" tanya Salma dengan nada kesal membuatku cukup kaget

"Yaa bukannya gue nyalahin sekolah ini. Tapi gue rasa semenjak gue pindah kesini, masalah gue tambah banyak." ucapku dan entah sejak kapan Nayya menyimak percakapanku dan Salma hingga dia pun membalas perkataanku

"Trus mau lo apa?" tanya Nayya

"Yaa kayaknya gue bakal pindah sekolah lagi. Gue udah ngerepotin lo semua. Gue udah bikin susah lo semua. Lo Sal, gara-gara gue lo disiram es teh sama Gisela. Lo Nay, pas lo lagi badmood, gue banyak nanya sama lo. Trus juga karna Sasa gak suka sama gue, dia bikin hubungan Kirey sama Danis ancur. Sasa juga waktu itu nyuruh Gisela buat deketin Putra kan? Gue gak mau itu semua terjadi lagi Sal, Nay. Gue udah bikin lo semua susah." jelasku

"Lo tuh udah gila ya? Lo gak pernah bikin susah kita! Kalo lo pindah, gue bakal benci lo selamanya!" ucap Salma

"Tapi Sal, gue capek. Gue udah gak kuat nanggung semua masalah ini. Gue juga gak mau bikin lo semua susah." ucapku pada Salma

"Lo bukan temen gue lagi!" ucap Salma kemudian meninggalkan Aku dan Nayya sambil menangis

"Loh Sal?" ucapku berdiri kemudian berniat ingin mengejar Salma. Tapi Nayya menahan tanganku

"Percuma. Kasih Salma waktu jeng." ucap Nayya membuatku duduk kembali

"Salma kenapa sih?" tanyaku

"Gue udah pernah bilang ke elo du dia periang?" tanya Nayya kemudian aku mengangguk

"Dulu kita punya sahabat. Namanya Diva. Dia baik. Kemana-mana selalu bareng Salma. Apa-apa sama Salma. Sampe akhirnya, Diva harus menjauh dari kita bertiga. Dia sepupu Sasa. Ayahnya juga kerja sama sama papanya Sasa. Dia terpaksa menjauh karena Ayahnya yang minta. Salma kecewa banget. Makanya dia jadi pendiem. Please lo gak usah pindah. Salma gak mau kehilangan sahabat untuk kedua kalinya lagi." jelas Nayya

"Gue usahain ya Nay." ucapku kemudian Nayya mengangguk

"Dan gw tau lo deket sama Hendri, Kennath dan Rafi. Lo boleh pilih salah satu diantara mereka. Asal jangan Kennath ya Jeng? Salma udah lamaaa banget suka sama Kennath. Dan yang tau itu cuma Rafi. Gue tau juga dari Rafi." ucap Nayya kemudian aku mengangguk

"Yaudah kita kekelas yuk." ajak Nayya

———

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku bingung. Apa aku memang harus menjauh dari mereka semua? Pindah sekolah?

Malam ini malam yang sangat indah. Banyaknya bintang dapat kulihat jelas dari balkon kamarku. Saat sedang memandangi bintang, kulihat ponselku yang berbunyi. Tertera nama Kennath disana. Aku tak langsung mengangkatnya. Berfikir akan menjawab apa

"Halo?" panggilku

"Lo lagi dimana?" tanya Kennath

"Dirumah."

"Ngapain?"

"Ngeliatin bintang dibalkon."

"Gua cuma mau satu."

"Apa?"

"Kasih tau alesan lo nerima Abip." ucap Kennath membuatku diam mematung dan tak mengeluarkan suara

"Halo jeng?" suara Kennath dari seberang membuatku tersadar

"Eh i-iya?" balasku gugup

"Kasih tau gua alesan lo nerima Abip!" ucap Kennath dengan nada yang diperjelas

"Gu-gue gak punya alesan apa-apa. Gue sa-sayang sama dia." balasku terbata-bata

"Kurang deket apa gua sama lo? Kenapa lo harus boong sama gua jeng?" tanya Kennath. Apa maksudnya? Aku tak mengerti

"Maksudnya?"

"Waktu lo ngomong sama Sasa dilapangan basket pas lo selesai main gua liat lo. Sasa ngobrol sama lo. Pas selesai ngomong, gua nyamperin Sasa dan nanya kalo kalian mgebahas apa. Kata Sasa dia cuma nanya hubungan lo sama Abip. Dan katanya lo nerima Abip karna punya alesan. Kasih tau alesannya jeng. Lo jujur sama gua." jelas Kennath

"Gabisa neth." balasku singkat

"Oke kalo lo gak bisa kasih tau sekarang. Besok, gua harus ngomong sama lo dan lo harus jelasin semuanya. Gua tutup dulu telfonnya. Selamat malam jeng." ucap Kennath kemudian memutuskan sambungan

"Selamat malam Kennath." gumamku

Apa yang harus aku katakan pada Kennath? Kalau besok aku tak masuk, aku sangat bodoh. Mengapa lari hanya karna tak ingin menjawab pertanyaan dari Kennath?



Tbc...

See you in next part❤️

Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak❣️

Cold But I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang