5

2.3K 129 1
                                    

Aku segera membersihkan diri. Duduk dibalkon sambil memegang cokelat panas yang sesekali aku minum. Kenapa? Bang Lutfi berubah. Dulu dia care. Tapi sekarang dia sering tidak pulang. Bahkan mungkin dia lupa dia punya adik.

Aku penasaran bagaimana keadaan Rafi. Aku memilih untuk menghubunginya.

"Halo?"

"Kenapa?" tanya Rafi

"Gimana keadaan lo? Maaf. Gara-gara gue lo jadi lebam." ucapku meminta maaf

"Gapapa. Bukan salah lo kok. Gua cuma gak suka ngeliat cewek nangis." suara Rafi terdengar begitu lembut.

"Bisa dijenguk?" tanyaku

"Gak perlu. Gua gapapa. Cuma lebam dikit." ucap Rafi

"Perlu. Pokoknya gue kesana nanti malem." ucapku pada Rafi dengan nada sedikit manja

"Iyaiya. Emang lo tau rumah gua?"

"Yaa nanti gue nanya sama Nayya."

"Oke terserah." ucap Rafi lalu memutuskan sambungan panggilan

———

Aku tersenyum sambil meminum cokelat panasku. Tiba-tiba saja muncul hal gila. Aku membayangkan mengobati luka lebam Rafi. Benarkah? Oh ini gila!

Aku menerima line dari Kennath. Segera aku buka.

kenathh_: hai

Benarkah? Kennath menyapaku seperti sapaan ramah!

ajengfazhh: tumben nyapa?

kenathh_: yaudah sih

ajengfazhh: tau rumah Rafi kan?

kenathh_: iya. kenapa emang?

ajengfazhh: bisa minta tolong anter nanti malam?

kenathh_: ngapain?

ajengfazhh: jengukin

kenathh_: oke. jam 8

———

Aku dijemput Kennath pukul 19.25. Aku mengenakan kaus putih yang dibalut jaket crop warna pink. Celana jeans warna hitam dan sneakers warna putih. Dengan sedikit polesan liptint untuk menyempurnakan tampilanku.

Aku segera keluar karena Kennath memang menghubungiku memberi tahu bahwa dia sudah ada didepan rumah. Aku bertanya penampilanku pada Kennath

"Gimana? Cocok gak?" tanyaku pada Kennath. Kennath hanya tersenyum

"Lo pake apa aja cocok kok." sambung Kennath membuatku tersipu. Benarkah? Aku dipuji!

"Bisa aja lo. Yaudah yuk berangkat. Eh tapi nanti berenti bentar ya didepan. Mau beli bubur." ucapku pada Kennath sambil memasuki mobil. Langit yang tampak mendung membuat Kennath tak mungkin mengenakan motor

"Hm." ucap Kennath santai

———

Sesampainya dirumah Rafi, aku melihat ada 2 mobil dihalaman. Kata Kennath, itu mobil Putra dan Sasa. Sasa? Dia adalah teman sekelasku. Dia tak pernah suka denganku. Selalu menatapku sinis. Semoga saja kali ini dia baik.

Kami disambut oleh Hendri. Kata Kennath (lagi) dia adalah sepupu Rafi. Dia tersenyum melihatku dan Kennath

"Eh ada kenet." ucapnya membuatku terkekeh pelan

"Eanjir nama gua Kennath!" ucap Kennath yang sepertinya kesal.

"Hehehe. Ini siapa? Doi lo?" tanya Hendri membuatku membulatkan mata. Terlebih mendengar balasan Kennath

Cold But I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang