14

1.8K 138 2
                                    

Esoknya, mereka menyapaku seperti biasa dengan senyuman. Aku pun membalas sapaan mereka. Tapi tidak dengan Kennath. Ada apa dengannya? Apa dia sudah tau Abip sekarang berpacaran denganku?

"Kirey? Gimana sama Danis?" tanyaku

"Gatau. Gak usah dibahas. Males." ucap Kirey dengan wajah datar

"Jan gitu. Gitu-gitu juga lu masih sayang kan?" tanya Nayya

"Pejoy diem ya!"

"Ganas banget mbanya." ucap Nayya disertai kekehannya

"Neth? Lo kenapa? Kok tumben gak nyapa Ajeng? Biasanya juga lo nyapa." tegur Salma membuat semua menoleh pada Kennath tapi tidak denganku

"Gapapa. Jeng? Gua mau ngomong. Ikut gua." ucap Kennath lalu menarik tanganku untuk menjauh

———

"Semalem kenapa gak bales chat gua?" tanya Kennath padaku. Oh aku lupa!

"Sorry neth. Semalem gue ketiduran. Emang mau ngomong apa sih? Ngomongnya sekarang aja." ucapku pada Kennath

"Pacaran lo sama Abip?" tanya Kennath dengan ekspresi dan nada yang datar

"Eum itu..."

"Jawab aja kenapa sih?"

"Iya. Gue pacaran sama Abip." ya. Mau tidak mau aku harus jujur

"Abip itu gak baik. Lo gak inget waktu dia sama Upi mau berantem sama anak sekolah lain? Dia ngusir kita kan? Dan milih biarin Upi berantem. Dan lo mau sama dia?!" ucap Kennath

Ya Tuhan rasanya aku ingin pergi jauh sekali! Andai saja Kennath tau bahwa aku hanya ingin dia baik-baik saja.

"Maafin gue neth. Gu-gue sayang sama Abip." ucapku. Oh ayolah maafkan aku Tuhan

"Oh." ucap Kennath lalu pergi

Aku mulai menitikan air mata. Maafkan aku Tuhan. Aku membohongi orang yang selama ini menghapus kesedihanku. Seketika Kennath berbalik dan mengatakan

"Jangan nangis jeng. Gua pengen hapus air mata lo. Tapi gua sadar. Gua udah gak bisa lagi ngelakuin itu karna lo udah jadi pacar kakak gua. Inget jeng. Gua akan selalu ada buat lo. Kapanpun dan dimanapun." ujar Kennath kemudian berlalu

Aku terus menangis dan tak peduli lagi dengan sekitarku. Aku menuju taman belakang sekolah. Menangis sejadi-jadinya. Aku berbohong! Tapi mau bagaimana lagi? Ini semua demi kebaikan Kennath.

Kurasakan ada yang menyentuh bahuku. Segera ku bersihkan airmata yang ada dipipiku. Aku menoleh dan ternyata orang itu

"Hendri?" Ya. Dia adalah Hendri

"Lo kenapa? Kok nangis?" tanya Hendri kemudian duduk disampingku

"Gapapa Hen." alibiku kemudian tersenyum

"Kok abis ngomong sama Kennath gak balik lagi? Trus kenapa lo malah nangis disini?" tanya Hendri

"Gu-gue gapapa. Cuma capek aja Hen." alibiku

"Yaudah. Gua temenin lo disini sampe mood  lo baik lagi." ucap Hendri. Dia begitu baik

"Lo gak masuk?" tanyaku pada Hendri

"Gak. Yaa paling juga jamkos. Gapapa lah demi mood lo baik." ujar Hendri tersenyum

"Makasih Hen." balasku dengan senyum manis

"Jeng, elo sayang sama Rafi atau Kennath sih?" tanya Hendri membuatku kaget

"Hen, gue sayang kalian semua. Rafi selalu bisa bikin mood gue naik lagi dan dia selalu temenin gue kalo dia sedih. Kennath selalu hapus airmata gue dan selalu ada buat gue. Lo juga gitu. Lo selalu bisa bikin gue ketawa bahagia karna lelucon lo itu. Gue suka sama orang yang sering bikin lelucon kok." jelasku pada Hendri

Cold But I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang