23

1.8K 129 10
                                    

Pagi. Entah hanya halusinasi atau apapun itu, kurasa sang mentari sedang tersenyum bahagia. Aku yang sudah bersiap dari pukul 05.21 duduk didepan teras. Kenapa sepagi itu? Karna kami tak akan kesekolah. Melainkan ke museum lebih dulu.

Aku beranjak dan berdiri dihalaman rumahku. Memandang keatas, merentangkan tangan dan memejamkan mata. Aku mencoba menghayati lagu yang sedang kudengarkan melalui earphone. Lagu I Think I'm In Love membawaku hanyut dalam setiap liriknya.

Sampai kudengar bunyi klakson motor. Mungga. Yah dia menepati ucapannya. Dia berteriak padaku

"Masih mau disitu? Ayok buruan." teriak Mungga

"Eh iya bentar."

Aku berniat masuk kedalam rumah untuk pamit pada Mama. Kebetulan, Mama baru saja ingin keluar.

"Mah? Ajeng duluan ya? Udah dijemput sama temen." ucapku menyodorkan tangan berniat ingin salim

Mama tak menghiraukanku. Dia berjalan sampai kedepan pagar. Aku menggerutu. Mau apa mama?

"Kamu pacarnya?" tanya Mama pada Mungga

Nampak Mungga kaget

"Eh enggak mah. Dia temen sekelas Ajeng. Dia bareng Ajeng." ucapku

"Yah mama kira kalian pacaran." ucap Mama

"Hehe Mungga tante." ucap Mungga sembari melepas helmnya dan menyalami tangan Mama

"Dia sopan loh Jeng." bisik Mama

"Mama apaan sih. Yaudah ya Ma? Ajeng sama Mungga berangkat dulu." ucapku yang mulai risih dengan Mama

"Iyaiya."

"Kita berangkat, tan. Assalamualaikum." ucap Mungga dan Aku bergantian

"Waalaikumsalam."

...

Aku dan Mungga pun pergi. Dijalan, tak ada sepatah katapun yang kami ucapkan. Hanya saja sesekali terdengar nyanyian kecil Mungga.

"Lo udah gak sama Abip lagi?" tanya Mungga dengan suara sedikit keras

"Iya. Udah putus." balasku dengan suara yang sama kerasnya

Mungga hanya mengangguk

"Mama lo baik. Perhatian ya dia sama lo?" ucap Mungga lagi

Oh dia tidak tau yang sebenarnya. Aku hanya diam menanggapi ucapan Mungga hingga kami sampai di museum.

Kami turun dari motor. Mungga melepas helmnya lalu melangkah pergi.

"Munggaaa!" panggilku

"Ini bukain helmnyaaa. Susah nih." rengekku

Mungga berbalik dan tertawa kecil.

"Ngomong kek." ucap Mungga sambil melepas helmku sementara aku mengerucutkan bibirku dan menoleh pada arah lain.

"Ya gimana mau ngomong orang lo langsung ninggalin." balasku

"Yaudah nih udah dilepasin. Yuk masuk. Tuh semuanya juga baru aja masuk." ajak Mungga lalu menarik tanganku

...

"Ajeng? Beneran jadi pergi sama lo ternyata." ucap Rafi

"Ya trus kenapa emang?" tanya Mungga

"Haha." Rafi tertawa malas lalu masuk kedalam museum

———

"Jadi, ini adalah miniatur dari kejadian proklamasi pada masanya." jelas Bu Kurni, guru sejarah yang membimbing Siswa-Siswi kelas X IPS

Cold But I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang