27

1.8K 148 66
                                    

Pagi ini, Nayya menghubungiku. Hari libur memang. Aku sangat bosan. Terlalu malas rasanya untuk beranjak dari tempat tidur

"Kenapa, Nay?" tanyaku

"Gilaa, lo tau gak sih?"

"Gak." jawabku singkat

Nayya terdengar menghela nafas, "Goblok! Eh masa ya, si Key ngaku-ngaku ke Rafi kalo dia yang jagain Rafi selama ini. Dih, padahal kan elo, Je." ucap Nayya

Apa katanya? Jadi Key mengaku menjaga Rafi selama ini? Oh, otaknya memang agak gesrek

"Yaudah." balasku singkat pada Nayya

"Loh, respon lo kok biasa aja sih? Lo beneran biarin Caylin sama Rafi, gitu? Sumpah ya, lo tuh jangan terlalu baik sama orang, Je."

Aku berjalan kearah balkon sambil mendengar ucapan Nayya yang tak terima dengan sikapku yang menganggap semua akan baik-baik saja

"Nay, biarin aja. Lagian kalo emang Rafi tau gue yang jagain dia selama ini, apa yang bakal dia lakuin? Mutusin Caylin dan nembak gue? Itu mustahil, Nayya." ucapku padanya

Aku lelah. Kuputuskan panggilan tersebut. Aku muak. Biarlah Rafi berfikir aku tak peduli dengannya. Ini semua untuk kebaikkan Rafi

Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu. Kulihat pria bertubuh jangkung yang berdiri didepan kamarku

"Boleh masuk gak, nih?" tanya pria berkacamata tersebut

"Diat? Lo ngapain disini?" tanyaku yang sangat kaget

"Mungga nyuruh gua kesini. Dia ada nitip ini ke gue. Katanya suruh kasih lo." ucap Diat

Diat memang membawa kotak berukuran kecil berwarna biru. Dia menghampiriku di balkon dan berdiri disampingku.

"Lo lagi ada masalah?" tanya Diat

Aku tak menggubris ucapannya. Aku memandangi kotak pemberian Mungga dan terus berpikir, apa isi kotak ini?

"Buka aja kalo penasaran." ucap Diat seakan tau apa yang aku pikirkan

Aku menggeleng menandakan bahwa tak ingin membuka kotak itu sekarang.

"Lo tau gak? Mungga itu anaknya baik. Syahdan juga. Bedanya, Mungga lebih pendiem. Gue juga gak tau tu anak kenapa jadi pendiem gitu. Padahal diantara kita semua, dulu dia yang paling humoris." tutur Diat membuatku menoleh

"Kalo Syahdan, dia sebenernya emang baik. Dia kayak gitu sekarang cuma karna gak terima aja. Dia ngerasa Rafi ambil semuanya dari dia. Padahal kenyataannya gak gitu kok." lanjutnya

Aku mengangguk pelan mencoba menyimpan baik-baik apa yang disampaikan Diat.

"Danis, lo tau sendiri lah. Dia orang yang gak mau berpihak sama siapa-siapa. Tapi, karna dari kecil bokapnya dia sama bokapnya Syahdan sering bisnis bareng, dia jadinya sahabatan sama Syahdan."

"Kalo gue sih, satu sekolah sama Mungga pas SMP dulu. Dan pas Mungga ikutan basket, gue sering nemenin dia latihan. Makanya gue sering dibilang pacarnya Mungga. Padahal, liat ekspresi dia aja gue jijik." lanjut Diat

"Gak boleh gitu, Diat. Temen lo tuh." ucapku ketika mendengar Diat bergurau tentang Mungga

"Lo tau Diva kan? Pastinya lo tau banget dia siapa."

"Iya. Nayya udah cerita ke gue siapa dia. Temennya Caylin juga kan?"

"Yup! Dia baik. Gak kayak mereka. Entah kenapa, dia betah banget temenan sama squad kutil badak kayak mereka. Gue suka liat dia. Pendiem banget sih."

"Kayak Mungga?" tanyaku

"Ya, mirip lah." balas Diat

"Lo suka sama Diva?" tanyaku memberanikan diri

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cold But I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang