19

1.7K 124 10
                                    

Setelah mengganti baju, aku turun kebawah. Saat ingin membuka pintu, ponselku berdering. Kennath. Dia menghubungiku. Aku malas untuk mengangkatnya. Biarkan saja.

Kennath menghubungiku berulang kali. Aku risih dan terpaksa harus mengangkat telfonnya

"Jeng? Maafin gua."

"Hm."

"Sumpah gua emosi aja cara Abip buat dapetin lo gak adil."

"Ya."

"Jangan singkat kek."

"Trus harus gimana? Mau durasinya kayak waktu lo berantem sm Abip?" tanyaku

"Gua minta maaf banget Jeng. Gua bener-bener gak suka."

"Gue udah sayang sama Abip. Gimana dong?"

"Lo becanda? Lo gak serius kan?" tanya Kennath yang tak percaya

"Serius."

"Oke. Gapapa. Lo harus tau satu. Gua bakal selalu ada buat lo dan gua sayang sama lo."

"Dan lo harus tau juga. Ada orang yang rasa sayangnya besar banget buat lo dibanding rasa sayangnya gue ke lo."

"Siapa?"

"Later you will know." ucapku kemudian memutuskan sambungan telefon

Aku turun kebawah untuk pergi ke minimarket dan membeli beberapa cemilan.

"Bang? Upi belom balik?"

"Gak sopan! Dia kakak kamu." ucap Bang Dika

"Iyaiya. Bang Upi belum balik?" tanyaku

"Belum tuh. Katanya masih dijalan. Kamu mau kemana?" tanya Bang Dika

"Minimarket. Mau beli cemilan. Ajeng pergi dulu yah. Bubayyy." ucapku kemudian pergi keluar rumah

Aku pergi ke minimarket sambil berjalan kaki. Jarak minimarket cukup dekat dengan rumahku. Saat di minimarket, aku bertemu dengan Rafi. Kenapa dia ada didekat sini?

Dia ada dirak yang sama. Rak tempat cemilan. Aku berpura-pura tak melihatnya. Tapi dia menyapaku lebih dulu

"Hai." sapanya padaku dan hanya kubalas dengan senyuman

"Lo kenapa?" tanyanya

Aku hanya menggeleng pelan. Ekspresi malas dapat kulihat di wajahnya. Dia pergi lebih dulu kekasir. Aku sengaja menyibukkan diri untuk memilih cemilan agar tak bertemu dengannya.

Setelah kuyakin dia sudah selesai, aku langsung menuju kasir dan membayar cemilan yang cukup banyak itu.

Aku keluar dari minimarket setelah selesai. Saat melewati taman kompleks, seseorang menarikku. Aku kaget bukan main.

Dia adalah Rafi.

"Apaan sih!" ucapku yang kesal

"Lo yang apaan? Gua negor cuma disenyumin. Ditanya kenapa malah geleng-geleng. Gagu?" tanya Rafi yang tampak kesal

"Biasa aja." balasku singkat

"Jeng, kalo gua salah, yaudah kasih tau salah gua apa. Jan kek gini. Kesannya kekanak-kanakkan banget."

"Gue cuma udah janji aja, Fi."

"Janji? Janji apa? Sama siapa?" tanya Rafi lagi

"Gue takut kasih tau sekarang. Nanti juga lo tau."

"Gua maunya sekarang! Yakin lo mau kasih taunya nanti?" ucapan Rafi terdengar menantang

"E-emangnya kenapa?" tanyaku gugup

Cold But I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang