"Bersamamu atau tidak, aku harus tetap baik-baik saja."
☕️☕️☕️
To : Althifa
Hei, ku harap kau menyukai kue buatan ku yang ini, walaupun belum sempurna. Jangan lupa membawa bekal lagi, seperti hari ini, kau merepotkan-ku. Beruntung bunda Alia memberi tau ku, kalau tidak kau bisa mati kelaparan, dan aku tidak mau itu terjadi. Kau ini sepertinya suka sekali membuat ku khawatir ya, besok, datang ke cafe-ku saat pulang sekolah.
Adelard.
Begitu lah isi kertas yang ada di dalam kotak milik Adelard, hanya saja yang membuat Althifa bingung adalah apa yang harus di lakukannya di cafe nanti.
Aku Althifa Farihan Wirda sedang kebingungan sekarang.
☕️☕️☕️
"Cafenya hari ini tutup ya?" Tanya Althifa sambil celingak-celinguk melihat keadaan cafe tersebut.
"Karena ayah sedang pergi, besok buka lagi" jawab Adelard sambil meletakkan tasnya di atas meja pesanan.
"Jadi, kenapa kau menyuruhku datang?" Tanya Althifa.
"Karna kau tak pernah datang kesini"
"Kau mencoba menggoda ku? Tidak mempan"
"Kau selalu percaya diri ya"
"Aku tidak percaya diri, memang itu faktanya"
"Ya terserah kau saja lah"
Adelard kembali ke dapur, memakai celemek coklat miliknya, dan mulai membuat kopi-nya. Setelah di lihat oleh Althifa begitu lama, Adelard membawakan secangkir kopi yang sepertinya tidak pernah di lihat olehnya.
"Coba kau cicipi" Adelard meletakkan cangkir itu tepat di depan Althifa.
"Kau selalu menjadikan ku percobaan, aku merasa menjadi kelinci percobaan mu"
"Tapi kau bahagia menjadi kelinci ku kan" ucap Adelard dengan penuh percaya diri.
"Yang ada aku menderita"
"Ya sudah, ku coba dulu, kau diam disitu, kalau tidak enak, akan ku muncrat kan ke wajah mu yang buruk rupa itu"
Tidak buruk rupa sih - batin Althifa.
glek...puih...
"Kau menambahkan apa? Strobery busuk? Popok bayi?" Tanya Althifa sambil tersedak-sedak.
"Sudah kuduga, lebih buruk dari yang ku perkirakan" gumam Adelard sambil mencatat sesuatu di buku catatannya.
"Kau sudah menduganya? Tapi masih menyajikannya untuk ku?"
Adelard masih mencatat di buku-nya itu, dan berhasil membuat Althifa kesal melebihi apa pun.
"Hei! K-ka-kau tidak menanyakan keadaanku? Bagaimana jika aku mati akibat minuman-mu"
"Ah, minuman-ku tidak seburuk makanan buatanmu"
"K-kau ini, kejam sekali, sudah lah aku mau pulang dari pada mencicipi minuman mematikan itu" ucap Althifa lalu melangkah keluar.
"Tunggu, apakah kau mau menjadi kelinci ku?"
Althifa melihat Adelard dengan tatapan yang tajam, membuat Adelard sedikit ketakutan, mata Althifa yang tajam itu mampu membuat orang biasa terjatuh, mungkin tidak begitu berpengaruh pada Adelard, efeknya hanya sedikit gemetaran.
"Kau bodoh? Mana ada yang mau menjadi kelinci mu" jawabnya ketus.
"Habis, cuma kau yang ku kenal"
"Nanda?"
"Nanda tidak bisa minum kopi, sangat di sayangkan, aku harus mencari kelinci lain" gumam Adelard sambil memasang wajah cemberut.
Wajah Adelard yang cemberut berhasil membuat Althifa meluluh, mungkin wajah itu menjadi kelemahannya, ya mereka memiliki senjata masing-masing, sangat menguntungkan.
"YA, YA AKU MAU, CUMA SAMPAI MINUMAN MEMATIKAN ITU SELESAI" ucap Althifa terpaksa.
"Yang benar? Terima kasih banyak Althifa, kau baik sekali" ucap Adelard dengan sangat gembira.
Adelard memeluk Althifa secara tiba-tiba membuat Althifa kaget setengah mati, jantungnya berdegup sangat kencang, seperti mau terbang, walaupun hanya untuk sesaat, rasa jengkelnya terhadap Adelard selalu ada dan mungkin tidak akan hilang, hal itulah yang membuat mereka semakin dekat.
"Wo-wo-woy, jangan asal peluk dong, kau bau tau" ucap Althifa lalu mendorong Adelard.
"Habis, aku senang sekali" gumam Adelard.
"Ya sudah, aku pulang, sampai jumpa besok" ucap Althifa lalu pergi meninggalkan cafe itu.
Adelard masih diam di tempatnya berdiri tadi, bingung harus melakukan apa, karena lelah berdiri dia memilih duduk di kursi terdekatnya.
"Ck, apa sih yang ku lakukan, kalau begitu kan perasaan itu tidak akan pernah hilang" gumam Adelard sambil menggelengkan kepalanya.
"Bersamamu atau tidak, aku harus tetap baik-baik saja" batin Adelard.
☕️☕️☕️
Adelard POV.
"Zoe, kapan kau memberi tau tentang alasanmu pindah dulu, suatu saat pasti dia tau yang sebenarnya" ucap Radi pada Adelard.
Adelard diam, tidak tau harus menjawab apa, hanya menundukkan kepala dan berpikir alasan untuk menjawab pertanyaan ayahnya yang ada di kepala nya sekarang.
"Kalo waktunya udah tepat yah, Althifa pasti dengerin ko, jadi ayah tenang aja" jawab Adelard dengan nada rendah.
"Ya sudah, jangan tidur kemalaman, tidak baik untuk matamu" ucap Radi lalu meninggalkan Adelard sendiri di kamarnya.
Kau akan mendengarkan cerita ku kan, wirda? Batin Adelard.
Note : Wirda adalah panggilan saat Althifa kecil, diambil dari nama belakangnya.
☕️☕️☕️
Maaf part yang ini pendek sekali ya, hehe.
Jangan lupa comment saran dari kalian ya...
#AsQuad
TBC
- A U R -
KAMU SEDANG MEMBACA
My Barista Boy(Friend)
Dla nastolatków[ COMPLETED ] #403 in teenlit [17-05-2018] #132 in teenlit [22-05-2018] #1 in barista [14-07-2018] "Kalau sudah jodoh, meski dari sudut yang berbeda, mereka akan bertemu." Cafe itu terbuka lagi, perasaan ini terasa bercampur aduk menjadi satu. ...