[3] Devian Nevan Alrescha

209 119 250
                                    

Hai..hai..hai. Jumpa lagi nih :)

Selamat membaca. Semoga suka yaa❤

☆☆☆

Kini Alena dan ketiga sahabatnya berada di kantin SMA Wijaya.

"Gilaaa! Onde-onde bu Gembrot maknyus. Ini onde-onde terenak yang pernah gue cobain Gil." onde-onde adalah makanan favorit Alena.

Alena memang jarang ke kantin. Ia selalu menolak bila diajak makan di kantin. Dan ini pertama kalinya Alena makan di kantin.

"Gue sih udah pernah nyoba. Emang sih enak banget." ujar Gilsha tak kalah heboh.

"Lo berdua makan tuh diem. Ntar keselek baru tau rasa lo." peringat Leka pada kedua sahabatnya, Alena dan Gilsha.

"Eh Ka, lo apa bedanya sama dia?" tanya Caca. Lalu sorot mata Caca menunjuk pada Alena dan Gilsha yang sibuk dengan makanannya.

"Lo juga dari tadi cerita mulu. Mirror ngapa!." sindir Caca.

"Hehehe...maap." jawab Leka sambil nyengir kuda memperlihatkan sederet gigi putihnya.

Suasana kemudian hening tidak ada lagi yang bersuara usai perdebatan tadi. Kemudian, mereka mendengar suara ricuh dari pintu kantin.

"Kak Nevan keren banget sih kak."

"Kak boleh minta foto nggak?."

"Kak follback aku dong!."

"Nevan yang itu kan?."

"Cogan mah bebas." gumam Miko disela-sela para siswi bersorak ria pada Nevan.

Itulah Nevan. Devian Nevan Alrescha. Cowok ganteng idolanya para siswi SMA Wijaya.

Nevan hanya mendengar berbagai ucapan-ucapan yang dilontarkan dari mulut para sisiwi SMA Wijaya tak berniat membalasnya. Ia hanya menganggap acuh tak acuh. Dan terus berjalan menuju bangku kosong yang biasa mereka tempati. Siapa lagi kalo bukan Nevan and the geng!

"Eh busyet itu ada Kak Nevan! Kalian tengok sono deh!." perintah Leka. Dan refleks mereka yang tengah makan menghentikan kegiatannya hanya untuk mengikuti jari telunjuk Leka.

"Cogan disini melimpah. Bingung gue milih siapa yang bakal jadi pacar gue." ujar Leka kagum.

"Mata lo tuh haus belaian bener dah. Kayak jomblo akut lo Ka." ejek Gilsha.

"Siapa sih itu? Kok gue baru liat dia?." tanya Alena polos kepada ketiga sahabatnya membuat ketiga sahabatnya membelalakkan matanya mendengar kalimat Alena.

"Lo seriusan Al? Nggak tau mereka itu siapa?" tanya balik Caca.

"Ck! Gue tau itu abang lo kan? Bang Miko?. Tapi maksud gue yang itu tuh yang pake jaket jeans. Itu siapa? Kok anak-anak pada teriak-teriak kayak liat artis aja."

"Oke sabar Ca." Caca berbicara pada dirinya sendiri.

Kemudian, ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. "Yang pake jaket jeans itu namanya Kak Nevan. Dia juga most wanted di sekolah ini. Sebelas dua belas lah sama Kak Gibran. Tapi Kak Nevan itu sikapnya cuek plus dingin. Beda sama Kak Gibran yang ramah." cecar Caca dengan segala kesabaran yang dimilikinya.

'Untung sayang Al.' batin Caca.

Alena hanya ber-oh ria. Sebagai tanda ia mengerti maksud Caca.

"Ke kelas yuk?! Bentar lagi bel nih." potong Leka.

"Yuk!." jawab mereka serempak kecuali Leka yang sudah berjalan terlebih dahulu mendahului ketiga sahabatnya.

☆☆☆

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Dan kini, tampak seorang gadis sedang bersiap-siap untuk membuka pagar rumahnya. Ya siapa lagi kalo bukan Alena. Ia memang sengaja pergi jalan-jalan di sekitar kompleks.

"Semoga malem ini gue ketemu lagi sama dia." gumam Alena.

Lanjut Alena " Yah, walaupun gue cuman bisa liat dia dari jarak jauh doang. Nggak papa lah yang penting tiap hari gue bisa liat dia." Alena melanjutkan langkahnya.

Mata Alena terbelalak melihat apa yang sedang ia lihat "Ahh gue nggak salah liat kan! Itu dia lagi di depan rumah nyuci motor." tanpa diduga Alena memyunggingkan senyumnya.

"Makasih Ya Allah engkau telah mengabulkan doa hamba." ucap syukur Alena.

Kemudian Alena bergegas untuk pulang ke rumahnya. Tak lupa ia bersenandung kecil saat berjalan menuju ke rumahnya. Begitu ia sampai di rumahnya, Alena langsung menuju ke kamarnya sambil senyum-senyum sendiri membayangkan visi dan misinya berjalan lancar. Yaitu hanya untuk bertemu dengan dia.

☆☆☆

"Nevan kamu apain adek kamu!." bentak Dian. Mama Nevan.

"Aku? Nggak aku apa-apain kok Ma." Nevan menunjukkan dirinya sendiri dan mengedikkan bahu serta nada cuek khas Nevan.

"Kamu mau ngeles dari Mama? Hmm. Liat adek kamu tuh sampe pipinya merah!." ucap Dian menunjukkan pipi Syafa yang merah bekas cubitan.

"Hehehehe. Tadi gemes aja sama Syafa. Jadi kebablasan deh" Nevan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil terkekeh pelan.

Nevan sangat menyayangi Syafa, adeknya. Syafa yang masih berumur 3 tahun itu tumbuh menjadi bocah yang sangat menggemaskan. Maka dari itu, Nevan merasa gemas terhadap adek semata wayangnya. Apalagi pipi gembulnya itu lohh. Menggoda.

Nevan berjalan mendekati Syafa yang sedang menangis karena kelakuan Kakaknya, Nevan.

"Kakak minta maaf deh. Abisnya pipi kamu kayak bakpao sih." goda Nevan menoel pipi Syafa. Syafa hanya menganggukan kepalanya saja.

"Oke. Kakak ke kamar dulu ya dek, besok kakak sekolah." Nevan mengacak-acak rambut Syafa, adeknya lalu berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya.

☆☆☆

Selamat menjalankan ibadah puasa guys! Btw puasa pertama harus semangat yaa :)

Sama mau ngingetin kalo aku butuh vote dari kalian. Gratis kok nggak dipungut biaya. Hahaha...

Dadahh ketemu next part. Oke?

Creatha [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang