"Harus selalu ingat bahwa setiap orang bisa berubah kapanpun."
----Suara genjrang-genjreng terdengar di telinga Alena padahal ia sedang berada di kamar membaca novel barunya. Mood Alena benar-benar ambyar sejak pulang sekolah tadi. Sebab kunci motor Alena dibawa oleh Nevan dan ia harus mencari keliling sekolahan sendirian. Pulang sekolah pastinya capek pengen pulang ke rumah cepat malah Nevan mengerjai dirinya.
"Si Yayan bener-bener minta gue sleding beneran, awas lo Yan!" kesal Alena.
Kemudian ia keluar dari kamar sambil membawa novel barunya.
"Nggak bisa main nggak usah main!" bentak Alena."Gue bisa kok," ucap Nevan yang berada di samping Aldian. Sesuai janji Nevan jika ia bersedia mengajarkan Aldian bermain gitar beberapa hari lalu.
Alena berjalan mendekati mereka berdua berniat merampas gitar yang di pegang oleh Aldian. Namun, dicegah kuat oleh Aldian yang tak ingin Alena merampas gitarnya. Sontak ia menyembunyikan gitar itu dibalik punggungnya.
"Udahlah Al. Lo baca novel gih di kamar atau lo mau gabung disini sama gue?" usul Nevan yang tak kuasa menahan lidahnya untuk berucap ketika melihat Alena yang masih marah terhadapnya sampai-sampai Aldian yang kena imbasnya.
Alena hanya diam saja tak berniat merespons perkataan Nevan. Dirinya masih berusaha meraih gitar yang Aldian sembunyikan.
"Maaf buat lo marah seharian ini dengan sikap gue yang bikin lo sakit hati. Gue juga nggak ada niatan buat lo marah kok jujur gue," perkataan Nevan barusan membuat hati Alena terenyuh. Terpaksa juga ia merebut gitar Aldian yang sejak tadi ia perebutkan dengan Aldian.
Alena menyerahkan gitar itu pada Nevan. Menyodorkannya tepat di hadapan Nevan seolah memintanya untuk memainkan gitar itu. Meski dalam hatinya ia masih marah kepadanya. Merasa mendapat maaf dari Alena jujur hati Nevan lega sebab ia tak tahan melihat Alena yang uring-uringan seperti tadi.
"Mau apa?" tanya Nevan pura-pura tak tahu.
"Nyanyi."
"Oh nyanyi. Nyanyi apa?" tanyanya lagi.
"Terserah."
"Terserah kali ini. Sungguh aku tak peduli. Ku tak sanggup lagi jalani-" nyanyian Nevan terhenti seketika.
Mata Alena menatap Nevan tajam. Kenapa nyanyi lagu ini?"Gue banting juga ya gitar lo lama-lama! Stop it! Pulang! Gue males sama lo semua!" Alena berteriak kesal membuang sembarang gitar milik Aldian.
"Salah gue apa lagi?" batin Nevan bingung.
☆☆☆
"Kenapa lo putusin si Elsa? Dia udah sayang banget sama lo Gib." lelaki itu merangkul pundak Gibran lalu duduk di sampingnya.
"Gue rasa gue udah nggak cocok lagi sama Elsa. Maybe?" Gibran mengendikkan bahunya acuh.
Semalam ia menyudahi hubungan spesialnya dengan Elsa, teman satu angkatan Gibran. Alvino yang tak rela atas kandasnya hubungan keduanya merasa iba terhadap Elsa terutama. Jika diingat-ingat Elsa orangnya cantik, lemah lembut dan cocoklah bersanding dengan Gibran.
"Lo nggak sayang gitu? Emm...maksudnya lo kan udah pacaran 2 tahunan sama Elsa ya kali lo se-gampang itu ngelupain dia." Alvino kembali berbicara menasihati Gibran untuk memikirkan keputusan memutusnya Elsa adalah cara yang benar atau tidak.
Kaki Gibran dinaikkan satu diatas paha kirinya. Tangan kanannya menumpu pada paha kanan. Ia nampak gundah memikirkannya. Alvino juga diam tak ingin bersua lagi. Mereka berdua termenung menatap para manusia berlalu lalang di depannya hingga bola mata Gibran menangkap satu titik yang berhasil membuat dirinya beranjak lalu memasuki kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Creatha [ON GOING]
Teen Fiction'Ia penyuka kesendirian, namun sebenarnya sangat humble bagi yang menyapa duluan. Ia pendiam, tetapi banyak teman.' Seorang gadis cantik yang sedang membutuhkan bantuan dari seseorang untuk mengubah takdir cintanya. Seseorang yang mampu menghidupkan...