"Baru juga bau keringat bukan sampah udah alay lo," cibir Nevan tanpa melihat wajah Alena menahan kesal.
"Gue gak suka barang-barang yang berbau kuman."
"Etdah... Lo samain gue kuman gitu maksud lo?" tanya Nevan penasaran. Refleks Nevan mematikan kran air yang sudah tidak gunakan lagi.
Alena mengibaskan tangannya ke samping agar segera mengering. "Gue nggak bilang gitu," balasnya acuh.
"Iya nggak berucap tapi menyindir," ketus Nevan dengan wajah datar.
Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya Nevan meninggalkan Alena di tempat dan Alena juga berniat kembali ke kelasnya. Membiarkan Nevan berkelana bebas dengan pikiran yang su'udzon kepadanya.
Sebelum punggung Nevan menghilang, Alena sengaja berteriak. "Terserah lo Nevan!" Tanpa memanggil Nevan dengan embel-embel 'Kak', keduanya sedang emosi. Tapi dalam lubuk hati Nevan ia senang, berhasil mengerjai Alena sampai Alena naik pitam.
☆☆☆
Nevan sedang menyusuri rak-rak yang berisi aneka coklat. Dia hendak membeli coklat tapi dia bingung dalam memilih varian aroma.
"Jeruk, strawberry atau original aja?" gumamnya. Dia nampak sedang berpikir keras. Otak cerdiknya mendapat sebuah ide cemerlang yaitu dengan membeli semua masing-masing varian.
Ketika Nevan berbalik badan ia tak sengaja menabrak seseorang hingga snack yang dipegangnya berserakan di lantai. Tentu Nevan terkejut namun sedetik kemudian ia dapat melihat siapa yang ditabraknya itu.
"Ka-kak Nevan?"
Merasa dipanggil oleh seseorang, Nevan hanya diam dan menatapnya datar. Membiarkan Alena memunguti snack yang berserakan. Tiba-tiba tangan Alena mencekal pergelangan kaki Nevan sebab sekarang ia sedang berjongkok sambil memunguti snack. Sengaja Alena mencekal kaki Nevan agar tidak bisa melangkah meninggalkannya. Karena ia merasa janggal dengan sikap Nevan.
"Lo marah?" kalimat bodoh yang keluar dari mulut Alena membuat Nevan berbalik dan menarik Alena agar berdiri di depannya.
"Apa peduli lo?" aura dingin menguasai Nevan.
"Nggak gitu. Lo masih marah gegara tadi? Gue minta maaf ya?" jujur Alena yang sedang berdiri di hadapan Nevan merasa aneh. Tiba-tiba suhu AC memanas membakar kulitnya.
Kemuadian Alena segera menetralkan suhu tubuhnya, "Sebagai tanda baikan kita, lo boleh minta apapun ke gue. Deal?" tawaran Alena sangat menggiurkan bagi Nevan.
Tanpa disangka Nevan menjabat tangan Alena sebagai tanda persetujuan. Alena tersenyum senang setelah mendapat pengampunan dari Nevan.
"Apapun nih ya?" senyuman miring tercetak di bibir Nevan membuat hati Alena mulai berdegup tak karuan takut-takut bila Nevan meminta hal-hal aneh darinya.
Alena diam-diam menggigit bibirnya was-was. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya disaat Nevan mencondongkan tubuhnya dan membisikkan sesuatu di telinganya, "Oke mulai sekarang lo harus jadi pacar gue. Titik nggak pake koma."
Setelah membisikkan kalimat sakral itu Nevan berlalu menuju ke kasir untuk membayar belanjaannya. Sedangkan Alena masih berdiam diri mencermati setiap kata yang diucapkan Nevan.
Alena buru-buru menyusul Nevan yang sudah kelaur dari minimarket. Oh jangan lupakan snack yang ia titipkan kepada kasir karena ia belum membayarnya.
"Kak Nevan!" panggilnya.
"Tunggu kak!"
Sontak Nevan menghentikan langkahnya. "Ngapain? Mau minta dibayarin?" ucap Nevan meremehkan Alena.
"Lo kira gue cewek apaan! Gue kesini cuman mau bilang. " Alena menarik nafasnya dalam lalu menghembuskan secara kasar. Ia ngos-ngosan setelah mengejar Nevan.
"Oke sekarang kita pacaran. Tapi--jika di sekolah lo sama gue tetap seperti biasanya tanpa ada hubungan khusus. Lo jangan sebarin ke siapapun. Karena gue nggak pengen jadi bulan-bulanan di sekolah. Paham?"
Nevan mengerutkan kening. Ia tidak paham jalan pikiran gadisnya ini, banyak gadis di luaran sana yang menginginkannya menjadi kekasihnya. Lah ini? Malah sebaliknya. Dasar aneh!"Ribet amat hidup lo! Iya-iya oke," putus Nevan.
"Dimana-mana orang pacaran pasti pengin diakui oleh pasangannya. Nah lo malah minta buat kekasih gelap gue," cibir Nevan menampilkan senyum khasnya. Senyum yang dapat melelehkan kaum hawa.
"Gue nggak minta buat dijadiin kekasih gelap!" bantah Alena menggebu-gebu. Emosinya mulai terpancing kali ini.
"Emang nggak minta. Tapi dengan pernyataan lo barusan buat gue mikir kalo lo pengin jadi kekasih gelap Devian Nevan Alrescha." tajam, menusuk, dan menyakitkan bagi Alena.
Bisa-bisanya Nevan berpikiran seperti itu. Padahal Alena hanya ingin hidup aman di sekolah. Andaikan seantero SMA Wijaya tau Nevan adalah kekasihnya bisa jadi Alena trending topic. Iya kalau nyebarin berita positif? Kalau negatif? Bisa hancur kehidupan damai Alena di sekolah.
"Serah lo mikirnya apaan! Capek ngomong sama batu!" Alena masuk kembali ke minimarket--membayar belanjaannya.
"Batu teriak batu," ucap Nevan yang dipastikan tidak dapat didengar oleh Alena karena suara kendaraan yang berlalu lalang disini.
"Dasar senior nyebelin. Mau-maunya aja gue dikibulin. Arghhh.... " Alena frustasi dengan kejadian yang membuat dirinya terperangkap dalam jebakan Nevan.
Sampai-sampai ia lupa bahwa ia masih berada di kasir dan ibu-ibu yang mengantri melihat ke arahnya.
Mungkin batin ibu itu Alena sedang gila karena bermonolog serta marah-marah tidak jelas.Setelah membayar semua belanjaan miliknya kini Alena hendak pulang menuju rumahnya. Ia tidak memakai kendaraan pribadi ke minimarket alhasil ia harus memesan ojek online lagi. Tanpa disangka Nevan sedang duduk di atas jok motornya sambil melambaikan tangannya ke arah Alena yang sibuk memesan ojek online. Alena pun menghampirinya.
"Batalin!"
Wajah Alena cengo seketika mendengar perintah Nevan. "Apa yang dibatalin?"
Sekali dengan lirikkan mata Nevan berhasil membuat Alena paham dengan maksud Nevan. Nevan menyuruh Alena membatalkan ojek online yang dipesan olehnya. Tetapi Alena menggeleng kuat.
"Nggak. Gue mau pulang nggak mau ngemper di toko!" ujar Alena.
Dengan cepat Nevan merebut ponsel Alena dan me-cancel pesanan ojek online Alena. Memang berbicara dengan gadis yang menjadi kekasihnya 10 menit yang lalu itu membuatnya mendidih. Cewek keras kepala itu bisa membuat Nevan kesal dan marah. Bukannya Nevan temperamen tetapi ia tidak suka dibantah. Apalagi demi kebaikan Alena.
"Tangan lo ya!" peringat Alena.
"Apa? Mau marah? Silakan," balas Nevan.
"Nggak ada peraturan buat seseorang nggak boleh marah jadi lo berhak marah ke gue jikalau gue membuat lo sakit hati."
Kalimat tersebut membentuk tanda tanya besar di dalam benak Alena. Apa maksudnya?
"Naik! Gue antar lo balik buruan!"
Alena yang sudah tertunduk lesu hanya menuruti perintah Nevan agar ia segera sampai rumah dan bisa bermain PS dengan Yayan.
Nevan pun mulai memasanag helmnya. Dibalik kaca helm yang dikenakan Nevan, ia tersenyum penuh arti melihat Alena menuruti kemauannya. Tidak ada perdebatan yang terjadi di antara mereka setelah ia mengucapkan kalimat pengundang seribu tanya tadi.
☆☆☆
Dengerin mulmednya yaa. Sumpah itu tuh lagunya enak banget. Babaysiyuu♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Creatha [ON GOING]
Teen Fiction'Ia penyuka kesendirian, namun sebenarnya sangat humble bagi yang menyapa duluan. Ia pendiam, tetapi banyak teman.' Seorang gadis cantik yang sedang membutuhkan bantuan dari seseorang untuk mengubah takdir cintanya. Seseorang yang mampu menghidupkan...