Pukul 20.20 WIB
"Bagus nggak?"
Gadis itu hanya menganggukkan kepala. "Kak! Naik bianglala itu yuk?" ajaknya membara. Pasalnya ini pertama kali ia mencoba naik bianglala.
Sebuah wahana yang mirip kincir angin raksasa, bergerak memutar pelan namun konstan. Di sisinya terdapat seperti sangkar burung yang bisa ditempati oleh dua sampai tiga manusia saja.
Nevan terus menggandeng tangan Alena kemana pun ia melangkah. Takut bila Alena hilang.
"Pak ongkos naik bianglala berapa?" tanya Nevan sedikit mengeraskan suaranya karena suara bising dari mesin bianglala yang menguar.
"Sepuluh ribu per orang, Mas."
Nevan paham dengan maksud si penjaga gerbang bianglala. Ia mengeluarkan uang berwarna biru. Ketika si penjaga ingin memberikan kembalian Nevan, "Udah Pak. Kembaliannya buat Bapak aja ya." Nevan tersenyum ramah.
"Aduhh...makasih banyak ya Mas." ucapnya.
Alena yang melihatnya merasa kagum dengan Nevan. Ia begitu peduli dengan orang di sekitarnya. Kemudian, mereka berdua dipersilakan naik bianglala.
Mereka berdua duduk berhadapan. Alena dibuat heran mengapa ia baru bisa merasakan naik bianglala ketika SMA? Kalah gitu sama anak kecil?
Happ!
Bianglala berhenti. Alena dan Nevan tepat berada di titik paling atas. Ada rasa ketakutan di dalam diri Alena. Namun, ia mencoba se-tenang mungkin dan tak menunjukkan pada Nevan.
"Woy! Lo kenapa?" Alena tersentak. Lalu ia menormalkan degub jantungnya.
"Hah? Oh ini gue lagi mengamati pemandangan dari atas. Kelihatan lampu-lampu dari para pedagang. Terus banyak orang-orang yang berjalan kesana kemari seperti semut hahaha...." Alena tertawa sendiri membayangkan orang-orang itu seperti semut.
"Ngaco lo. Mana ada manusia disamaain sama semut."
Tak lama Alena mengeluarkan ponsel dan memotret pemandangan dari atas. Terlihat estetic. Lampu berwarna merah, hijau, kuning dan masih banyak lainnya menghiasi pasar malam tersebut.
Ditambah semilir angin yang sengaja menerbangkan helai demi helai rambut panjang Alena. Tadi Alena sedikit menggerai rambutnya lalu setengahnya ia ikat dengan ikat rambut berwarna hitam miliknya.
Tiba-tiba ada suara yang mengejutkan kegitan memotret ala Alena Shaquille
"Eh! Btw lo suka nggak?"
"Suka apa?" tanya balik Alena bingung. Jujur ia tak paham maksud Nevan.
"Suka akulah!" ceplos Nevan. Nevan suka sekali menggoda Alena.
Pipi Alena bersemu merah. Ia malu sekali saat ini. "Dasar gila!" ucapnya malu-malu.
"Lah? Kok pacar sendiri dikatain gila. Kalo gue gila berarti lo apa? Sinting gila miring?" pecah sudab tawa Nevan.
Alena memutar bola matanya malas. Alih-alih ia menendang tulang kering Nevan.
'Duk!'
Tawa Nevan berhenti seketika berubah menjadi ringisan. "Auwhh....Sadis banget lo. Udah main fisik nih mesti dibalas."
Nevan membalasnya dengan menggelitiki Alena hingga hampir menangis gara-gara tertawa tak henti-hentinya. Sehingga mereka tidak sadar bahwa bianglala kembali berputar.
Alena dan Nevan kembali menyisir keramaian pasar malam. Dimana semakin malam maka semakin banyak pengunjung.
"Lo mau makan paan?"
Alena nampak berpikir memilih menu makanan yang ia inginkan.
"Mie ayam! Iya mie ayam Jakarta enak tuh kak." ucapnya bersemangat sambil membayangnya lezatnya kuah dari mie ayam tersebut.
Nevan mendelikan bola matanya, terkejut.
"Gila ya lo! Mana ada malem-malem gini?" Refleks Nevan sedikit membentak Alena.
"Yahh...lo kok marah sih. Kan lo ngasih tawaran kok gue yang dimarahin." lirih Alena. Entah mengapa hatinya terasa tercubit. Sakit tapi tak berdarah mendengar bentakan Nevan.
"Khilaf gue, maaf ya?"
Inilah mereka berdua, tak ada sehari tanpa pertengakaran kecil dan tak ada se-jam mereka baikan. Baginya marahan tuh nggak enak. Hawa berasa panas. Maka dari itu setiap pertengkaran diantara mereka dianggap hanya hal sepele agar tidak monoton dalam menjalani hidup.
"Forgive accepted!" Alena menyalami tangan Nevan tanda 'deal'.
Lalu mereka melangkah bersama mencari pedagang mie ayam Jakarta. Sesekali Nevan menginjak kaki Alena agar ia marah-marah dan uring-uringan karena menurutnya hal yang menyenangkan.
Tanpa sengaja Alena melihat seorang kakek tua yang duduk di kursi roda sambil meminta-minta ke pengunjung yang melewatinya. Melihat itu membuat hati Alena terenyuh sedih, ia teringat kakeknya yang di surga.
Buru-buru ia mengeluarkan selembar kertas berwarna merah lalu sedikit memelankan langkahnya agar Nevan berjalan di depannya dan tidak melihat Alena sedang memberi selembar kertas tadi ke kakek tua itu.
"Lo lihat nggak Al dimana penjual mie ayam?" tanya Nevan tak sadar bahwa ia meninggalkan Alena jauh di belakang.
"Astagfirullah." ucap Nevan yang menoleh ke belakang menemukan Alena sedang mengantri gulali.
'Gue bawa bocah ya gini nih resikonya.' batin Nevan.
Dengan terpaksa Nevan balik kanan.
----
"Seneng kan lo?" sinis Nevan.
"Iyalah!"
Kini mereka tengah menikmati semangkok mie ayam Jakarta. Setelah Nevan berdebat dengan Alena karena masalah gulali tadi yang mengantri lama, ia sengaja bersikap acuh dam cuek dengan Alena. Maklum efek kesal.
"Kenapa diem aja Kak? Marah ya?" tanya Alena dengan polosnya.
Yang ditanya hanya mengedikkan bahunya acuh. Malas menjawab pertanyaan Alena.
"Kalo mau marah gapapa marah aja daripada dipendam ntar malah jadi penyakit kak." Alena tersenyum sekilas lalu menyendokkan kembali mie ayam ke mulutnya.
Nevan hanya diam tak menanggapi ucapan Alena. Lalu Nevan berdiri menghampiri sang penjual.
"Pak berapa semuanya?"
"50.000 Mas."
Nevan mengambil dompet yang berada di saku belakang jeans lalu menyodorkan kertas berwarna merah.
"Udah kembaliannya buat anak bapak aja ya." tolak Nevan halus ketika si penjual menyerahkan kembalian.
"Aduhh...terima kasih banyak Mas." ucapnya sopan.
"Sama-sama pak. Semoga laris terus ya pak."
"Amin...Mas."
Sedangkan Alena buru-buru menghabiskan mie ayam miliknya lalu menyeruput es jeruk hingga tandas. Kemudian ia sedikit berlari mengejar Nevan yang sepertinya masih marah.
"Ada hubungan apa mereka?" gumam lelaki yang sedari tadi mengamati Nevan dan Alena dari seberang sana.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Creatha [ON GOING]
Teen Fiction'Ia penyuka kesendirian, namun sebenarnya sangat humble bagi yang menyapa duluan. Ia pendiam, tetapi banyak teman.' Seorang gadis cantik yang sedang membutuhkan bantuan dari seseorang untuk mengubah takdir cintanya. Seseorang yang mampu menghidupkan...