[9] Wajah Cerita

112 42 111
                                    

Welcome back my story!
Enjoy the story and happy reading!!!

***

Terkadang sikap "bodo amat" sangat dibutuhkan disaat kita merasa tak sanggup menghadapi masalah yang kian mengusik kehidupan.

***

Dari usia balita hingga dewasa semuanya berkumpul menyatu disini. Suara bising dari alunan musik serta obrolan-obrolan para manusia saling bersahut-sahutan. Foodcourt, tempatnya. Penglihatan Alena mencari keberadaan para sahabat-sahabat absurdnya itu.

"Katanya tadi nungguin di foodcourt. Mana sih!" gumam Alena kesal.

Tangan Alena merogoh slingbag yang menggantung di pundaknya mencari dimana keberadaan ponselnya.

"Apa mungkin ketinggalan di mobil ya coba turun lagi deh ke parkiran," gumam Alena bernada lesu. Ia malas bila turun lagi menuju parkiran. Jauh

Alena melangkahkan kaki dengan tergesa, sedikit demi sedikit menambah tempo setiap langkahnya.

"Huh... Huh... Huh...." nafas Alena terdengar ngos-ngosan. Dengan cepat Alena membuka pintu mobilnya dan mencari dimana keberadaan ponselnya.

"Nah! Ini dia ketemu," pekik Alena senang.

Disaat Alena ingin menaiki eskalator menuju lantai dua ia terhadang oleh seorang ibu dan anak yang berumur sekitar 5 tahun membelakanginya. Samar-samar Alena mendengar bahwa anak itu tidak berani naik eskalator sendiri dengan kata lain minta gendong. Namun, ibunya sedang tidak bisa menggendongnya karena tangan kiri dan kanannya membawa banyak kantong belanjaan.

"Ayo nak! Ibu gandeng kamu ya?" tanya wanita paruh baya itu dengan anaknya.

Anak itu hanya menggelengkan kepalanya berulang kali. Hingga ibunya merasa jengah, akhirnya ibu itu memaksa anaknya dengan menggandeng tangan mungilnya.

Tanpa disangka disaat eskalator mulai berjalan anak itu menghempaskan tangan ibunya dengan tak sengaja karena ia terlalu takut.

"Dek! Tolong gendong anak saya ya. Dia nggak berani naik kalo tidak digendong. Ibu mohon ya nak bantu ibu." Alena hanya tersenyum dan mengangguk patuh kepada ibu itu.

"Ayo dek! Kakak gendong ya kamu jangan takut," ajak Alena. Alena berjongkok mensejajarkan tingginya dengan anak itu. Kemudian Alena merentangkan tangannya ingin mengangkat tubuh anak manis itu.

"Loh...." Alena kaget setengah mati bahwa anak itu sudah berada di gendongan seorang laki-laki tanpa seizinnya.

"Biar gue aja yang gendong. Dia berat nanti lo oleng lagi kan malu-maluin, " cibir laki-laki itu.

"Ya udah," balas Alena seadanya.

Mereka bertiga mulai melangkahkan kaki menaiki eskalator tersebut. Seperti pasangan muda yang sangat harmonis. Ditambah anak itu yang menyandarkan kepalanya di bahu seseorang yang menggendongnya. Mungkin ia merasa lelah diajak berbelanja ini itu dengan ibunya. Selama eskalator bergerak ke atas tidak ada percakapan diantara ketiganya. Diam membisu.

Begitu mereka sampai di lantai dua, ibu dari anak tersebut menghampirinya dan mengucapkan terima kasih kepada Alena dan laki-laki yang di sebelah Alena.

Menyisakan dua insan yang saling membisu. Hingga salah satu dari mereka memilih pergi.

☆☆☆

"Kemana aja lo?" ucap Gilsha ketika Alena menarik kursi untuk tempat duduknya.

"Kan baru ketemu doi Gil," goda Caca.

Creatha [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang