[4] Ketemu lagi?

192 118 228
                                    

Luka akan menghilang seiring berjalannya waktu. Tetapi bekas luka kan selalu terkenang


Alena menatap lurus seseorang yang kini berdiri di tengah lapangan.

Tiap detik tiap menit pasti akan melewati sebuah peristiwa yang terkadang sulit untuk diulangi. Sama dengan kamu. Bagi ku kamu sulit untuk ku ulangi, mengulangi sebuah kisah tawa bahagia bersama. Hanya seulas senyum pun aku tak mampu. Karena apa? Karena kamu akan melihatku dari sudut pandangmu saja. Ya, kamu memang egois. Kamu tidak pernah mau melihat latar belakangnya. Kamu hanya mau melihat apa yang ada di depanmu. Kamu tak ingin melihat pengorbanannya untukmu. Kamu juga acuh terhadapnya. Seolah kamu tidak mengenal dia. Sebab hati dan otak yang tak sejalan. Sulit untuk di logika hanya melibatkan rasa.

Terkadang orang yang paling kamu banggakan. Juga bisa menjadi orang yang sangat kamu hina. Batin Alena berteriak.

"Woy ngapain lo Al?." Suara Leka membuyarkan lamunan Alena.

"Kaget gue woy!." balas Alena tak mau kalah .

"Sttss. Santuy mbak bro. Gue cuman isengin lo doang. Biar lo terkenang terus sama gue. Dan buat lo susah lupain gue." ucap Leka mendramatisir.

"Gilandos. Hidup lo kebanyakan micin. Jadi agak gila ya lo. Pantes lo gak punya temen. Lo main juga sama kita-kita doang kan? Ngaku lo. Karena Anda telah tercyduk cyduk cyduk!." canda Alena menirukan gaya pembawa acara televisi yang paling fenomenal.

"Cyduk? Gayung maksud lo Al?." Gayung dalam bahasa Jawa adalah ciduk.

"Lala sama Adudu. Syalalalala dudududu." ejek Alena. Karena ia enggan menanggapi Leka yang sudah ngomong gak jelas.

"Tapi krik." balas Leka sengit sambil berjalan meninggalkan Alena sendiri.

Kemudian, Alena berjalan menuju bangku yang menjadi singgasananya bila ia sedang berada di kelas. Bu Marsha memasuki ruangan kelas X MIPA 2. Guru terfavorit siswa SMA Wijaya. Bu Marsha sering masuk kelas hanya 15 menit saja.

Setelah itu Bu Marsha meminta izin kepada muridnya "Anak-anak kerjakan soal halaman 132. Saya mau izin ke sebentar."
"Iya bu." kompak semua penghuni kelas X MIPA 2.

"Tuh kan apa gue bilang Bu Marsha pasti mau COD. Dia kan mbak-mbak olshop. Eh-bukan mbak-mbak tapi ibu-ibu olshop. Bener kan?" teriak Kafka ketika Bu Marsha meninggalkan kelas X MIPA 2.

"Astagfirullah Kap, mulut lo emang toa! " seru Dhafin teman sebangku Kafka. Dhafin memanggil Kafka dengan sebutan Kakap. Menurutnya nama Kakap lebih keren daripada Kafka.

Kegaduhan pun dimulai. Ada siswa yang main hp, baca novel, tidur, nyanyi-nyanyi gak jelas, serta pukul-pukul meja. Kelas IPS berotak IPA. Memang.

☆☆☆

"Gila ya tuh adek kelas bikin kuping gue sakit. Jamkos kali ya? Pantesan ramenya kebangetan. " adu Miko pada Nevan.

"Biasa. Lo juga gitu kalo lagi jamkos. Gak pernah ngaca diri deh. "

Mereka berdua memang tak sengaja melewati kelas X MIPA 2 ketika mereka hendak ke kantor guru. Kemudian, mereka mendengar suara yang sangat gaduh.

Tak terasa kini bel tanda berakhirnya pelajaran sudah berbunyi. Siswa siswi SMA Wijaya berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing. Waktu menunjukkan pukul 3 sore itu artinya sebentar lagi ekstrakulikuler paskibra akan segera dimulai. Alena dan teman seangkatannya segera keluar kelas dan berlari menuju kamar mandi.

'Bruukk'

"Aduh! Jalan hati-hati kali mbak mas. Mau pulang aja semangat giliran berangkat sekolah malas-malasan. Udah nabrak gue. Minta maaf aja gak. Buru-buru deh mlengos. Dasar senioritas!. " kesal Alena kepada kakak kelas yang menabraknya tadi. Sampai ia tak sadar waktu.

"Duh kan gue kelamaan disini. Ntar kalo gue telat kan bisa dihukum sama senior paskib." Alena segera berlari menuju kamar mandi. Ia takut dihukum oleh senior yang galak kuadrat. Senior paskib di sekolah Alena memang sangat tegas. Barang siapa yang melakukan kesalahan wajib bertanggung jawab!.

Di sisi lain.

"Sorry ya gue telat. Oke kita mulai aja latihan basket hari ini. Dibagi 2 tim ya?. " jelas Nevan pada temannya.

"Oke Van. Tapi lo sama Gibran harus pisah tim. Bisa-bisa lo menang sendiri secara lo sama Gibran kan jago basket." cecar Alfino. Sahabat Nevan dan Miko.

"Iya-iya gue bakalan pisah tim sama Gibran. " Gibran yang sedari tadi dibicarakan hanya diam saja tak berniat menggubrisnya.

Dengan cepat mereka berganti pakaian dan memulai pemanasan sebelum bermain basket. Point pertama berhasil dicetak oleh Nevan. Big bos basket nih mah.

"Van lempar bolanya kesini. " teriak Miko. Anggota tim Nevan. Nevan hanya mengacungkan jempolnya.

Tiba-tiba

Bruk

"Alena. " teriak semua anggota paskib.

Alena kenapa hayoo?

" Kak! Alena pingsan. Tolongin kak. " ucap siswi berambut pendek sebahu.

"Ayo ayo buruan bawa dia ke UKS. " pinta salah satu senior pakib perempuan.

Kemudian, Alena segera dibawa ke UKS. Semua senior paskib nampak panik. Mereka takut jika juniornya mempunyai penyakit parah tetapi ia tidak mengetahui hal itu. Bisa jadi orang tuanya marah dan menuntut mereka. Itulah beberapa pikiran yang terlintas di otak mereka.

Flash back.

Nevan mengurungkan niatnya melempar bola basket kepada Miko. Karena ia tak sengaja melihat seorang siswi jatuh pingsan yang letaknya tak jauh dari ia bermain basket.

"Eh kenapa dia kayak mau jatuh gitu?" batin Nevan.

Selang beberapa detik kemudian.

Ia melihat siswi itu terjatuh tetapi tak seorang pun tau bahwa siswi tersebut sedang sakit. Dan akhirnya ia jatuh pingsan. Komponen utama menjadi anggota paskib adalah fisik yang kuat dan mental yang sekuat baja.

Ketika Nevan hendak berlari menolong gadis itu. Namun, ia terlambat. Gadis itu sudah jatuh pingsan dan dibawa ke UKS. Nevan hanya bisa melihat dari jauh. Serta ia tidak melanjutkan permainan basketnya. Alhasil tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Alias seri.

Flashback end

☆☆☆

"Duh pegel semua badan gue. Kayaknya gue demam deh. " rintih Alena ketika ia sadar dari pingsannya 30 menit yang lalu. Kini ia sedang menungu Lia, Mama Alena. Alena mengotak-atik ponsel yang sekarang berada di genggamannya.

"Mama balas dong chat aku" Alena berharap semoga Mamanya segera membalas chatnya.

"Lo masih sakit?. " tanya seseorang yang berdiri di depan Alena.
Alena mendongakkan kepalanya.

Postur tinggi, bola mata coklat, rambut yang acak-acakan, dan peluh keringat. Itulah kondisi Nevan sekarang.
"Eh-kakak ngomong sama saya?. " tunjuk Alena.

"Ya. " balas Nevan cuek.

"Emang kita pernah ketemu ya kak? Kok tiba-tiba kakak ngajak ngomong saya. Jujur saya gak kenal sama kakak. " ucap Alena dengan polosnya.

Itulah Alena. Ia selalu bersikap sopan terhadap seseorang yang baru ia kenal.Alena selalu menggunakan bahasa formal ketika berbicara kepada orang yang belum ia kenal sekalipun itu teman seangkatannya.

Mendengar ucapan Alena membuat Nevan jadi bingung. Kenapa juga gue tanya hal yang tidak guna. Toh benar yang dikatakan si cewek itu. Batin Nevan.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Nevan berlalu pergi meninggalkan Alena yang masih bergeming di tempatnya. Merutuki kebodohannya sendiri, mood Nevan kini menjadi buruk.

☆☆☆

Duduw. Salam manis dari author :*
Jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah ya. Tengkyuu muach💋


Creatha [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang