Chapter 8

1.7K 125 2
                                    

Rahasiakan

Pagi-pagi sekali Winny dan Emily telah bersiap-siap. Mereka berdua tak ingin terlambat di hari pertama bekerja. Keduanya sibuk menata diri dan pakean yang mereka gunakan.

" Ayo Win, kita pergi sekarang.. " seru Emily

" Ayo... "

Keduanya berjalan beriringan di koridor dengan canda tawa, hingga pada saat berbelok arah mereka berdua bertemu dengan Elena. Di tanganya ia membawa banyak buku dan kantongan berukuran sedang

" Hey, kalian berdua syukurlah aku bertemu kalian... " serunya

" Nona Elena, sini kami bantu " ujar Emily menawarkan diri

"terima kasih, ini Emily kau bawa saja Buku-buku ini  dan kau Winny bawalah Kantong ini ke tempat pembuangan, kau bisa bertanya pada Prajurit yang berjaga mereka akan menuntumu.." kata Elena memberikan barang bawaan nya. Ia tampak lega beban yang di bawanya hilang

" Apa aku pergi sendiri..? " tanya Winny

" hehe, kau tak perlu takut tempatnya ada di ujung sana  " tunjuk Elena

" Oh, baiklah, aku akan melakukannya.." jawab Winny

" kami akan menunggumu di ruang  pengobatan, sampai jumpa " ujar Elena sembari mengajak Emily berjalan bersamanya.

Elena dan Emily berjalan menuju ruang pengobatan. Hingga keduanya tercengang melihat Pangeran Zayn berada di dalam

" Hormat kami Pangeran... " ujar Elena dan Emily dengan sedikit membungkuk.

" bangunlah, kau tak perlu seperti itu Elena " kata Pangeran Zayn

" apa yang kau lakukan pagi-pagi di sini? " tanya Elena dengan nada bicara berbeda

" Hey,, Heyy kau tak merindukan sahabatmu ini, nada bicaramu sudah berubah.. " kata Pangeran Zayn dengan terkekeh

"Kau jangan mengangguku bekerja,, " tukas Elena

Emily bingung mengapa Nona Elena bisa berbicara begitu kepada Pangeran Zayn.

" Emily, bisakah kau keluar sebentar.. " pinta Nyonya Lucy

" baik Nyonya Lucy.. " ucap Emily dengan sopan. Lalau memohon diri pada Pangeran Zayn dan Nona Elena.

Ia berjalan keluar dan menutup pintu. Tapi ia tak pergi dari ruangan itu. Emily memasang telinganya di dekat daun pintu untuk mendengar.

" Jadi pangeran Zayn, apa tujuanmu ? " tanya Elena

" aku ingin kau merahasiakan jati diriku di depan Winny... "

" Hahh,,, apa yang bocah ini katakan... " tanya Elena dengan Heran

" Elena.. " kata Nyonya Lucy dengan pelan. Elena berusaha mengontrol amarahnya.

" aku hanya ingin kau merahasiakan jati diriku sebagai Pangeran di depan Winny.. itu saja.." kata Pangeran Zayn

" Tapi kenapa...? " tanya Elena

" dia tidak mengetahui kalau aku adalah Pangeran, kami pernah berjumpa sebelumnya, aku ingin lebih mengenalnya jika ia tahu aku seorang Pangeran, Winny pasti menghindariku..."

" jadi kau ingin aku dan Nyonya Lucy memainkan sandiwara ini? " tanya Elena dengan kesal. Ia tak menyangka sahabatnya datang pagi-pagi hanya mengatakan omong kosong seperti ini.

" INI PERINTAH DARI SEORANG PANGERAN..." kata Pangeran Zayn dengan mimik wajah serius
Siapapun itu, tidak ada yang bisa melawan titiah seorang pangeran termaksud Elena.

Walau dia dan Pangeran Zayn berteman sejak kecil jika Zayn sudah mengucapkan kata-kata itu. Elena tak bisa berkutik.

" baiklah, Pangeran " jawab Elena pelan

"  bagus.." ujar Zayn denga tersenyum puas pada Elena.

" Apa kau menyukainya..? " tanya Nyonya Lucy

Mendengar hal itu raut wajah Zayn berubah menjadi merah, ia menjadi sedikit kikuk dengan menggaruk-garuk  kepalanya walau kepalanya tidak gatal

" sudah kuduga.. " ucap Nyonya Lucy dengan helaan nafas.

" Kau menyukainya...? " tanya Elena kaget

" kau tak punya hak mengetahui perasaanku.." jawab Pangeran Zayn enteng

" aku pikir kita berteman... " keluh Elena dengan ekspresi sedih. Berpura-pura menarik simpati Zayn.

" tentu saja, dan jangan membuat ekspresi aneh seperti itu kau nampak Jelek " ledek Pangeran Zayn

" Ok, aku tak pandai berakting di depanmu, jadi pergilah dan lakukan tugasmu sebagai Pangeran.. "

" baiklah, tolong jaga adik iparmu ya Elenaa..  " seru Pangeran Zayn berjalan keluar.

Elena benar-benar gemes melihat tingkah Zayn, Zayn benar-benar senang mempermainkannya. Tapi walau begitu, Elena menyukai sikap Zayn yang apa adanya walaupun ia seorang Pangeran. Zayn pun membuka pintu dan melihat Eva sedang berdiri bersandar didinding.
" apa aku lama? " tanya Pangeran Zayn

" tidak Yang Mulia..." jawab Eva

" baiklah, aku akan kembali ke ruang kerjaku ayo... " pinta Pangeran Zayn pada pengawal pribadinya.

Emily yang diam-diam memperhatikan mereka dari jauh, ia benar-benar sakit hati setelah mendengar apa yang di katakan Pangeran Zayn di ruang pengobatan.

Iri hatinya pada Winny semakin kuat. Emily pun berusaha mengontrol emosinya dan berjalan masuk ke dalam ruang pengobatan.

Emily kembali ke sifatnya yang biasa, mulai membantu Elena membuat obat-obatan sambil di ajari oleh Nyonya Lucy. Semuanya tampak serius mengerjakannya.

" Maaf, aku lama.. " ujar Winny dari balik pintu. Semunya langsung menoleh. Mereka bertiga kembali mengingat perkataan Pangeran Zayn yang kembali tergiang di kepala.

" masuklah... " ujar Nyonya Lucy. Winny pun mendekat menghampiri mereka.

" lakukulah seperti yang di lakukan Elena dan Emily.. " pinta Nyonya Lucy.

Winny menggangguk dan melakukannya tanpa banyak bicara
Emily hanya memandang Winny dengan pandangan yang tak bisa di artikan, ia mencoba menyembunyikan perasaan sebenarnya. Agar semua orang tak curiga padanya.

If You Love Me  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang