Time

12.8K 1.9K 198
                                    

Sesuai janji si pria asing malam kemarin, kali ini Jungkook sedang bersiap-siap menunggu untuk dijemput. Mau ke bakery nya bibi Lea katanya. Lumayan kan pagi makan cake atau baguette secara cuma-cuma. Pemuda itu memakai lipice di bibirnya, dibuat menjadi pink merekah agar tak kelihatan pucat dan mungkin ketika bertemu dengan si pria asing itu akan dilahap habis-habisan. Jungkook sendiri tidak munafik mengakui perbuatan pria asing itu semalam. Sampai-sampai dirinya tidur larut karena memikirkan perlakuannya.

Pria asing itu yang Jungkook saja lupa namanya adalah seorang pencium yang baik.

Merasa bahwa bibirnya dengan bibir pria asing adalah sebuah laksana yang baik. Apalagi tebalnya bibir pria itu mampu mengacak-acak nalarnya sampai akar.

Jungkook mengerjapkan matanya begitu mendengar suara klakson dari bawah. Entah otaknya terus-terusan memutar hal kemarin malam karena, sial- itu mungkin adalah ciuman pertamanya.

Atau mungkin yang kesekian kalinya.
Itu menurut perasaannya.

Jungkook menuruni tangga dengan sedikit terburu sebelum Daniel menarik tangannya erat. "Mau kemana?" Jungkook memegang tangan yang lebih besar darinya itu erat. "Jangan khawatir, aku pergi sebentar ke tempat bibi Lea. Mau ku belikan sesuatu?" Tawar Jungkook dan Daniel menggeleng menolak. Dalam hati cemburu luar biasa melihat Jungkook bakal pergi dengan orang yang semalam. "Pulang jangan larut. Hari ini Paman Han akan pulang." Jungkook mengangguk lantas mengecup ringkas pipi Daniel.

Dari tempatnya berdiri Daniel melihat semuanya.  Tangannya menggulung karena geram. Begitu mudahnya pria asing menaklukan Jungkook. Ia tak suka. Sedangkan dirinya disini yang dua puluh empat jam bersama Jungkook tidak bisa mendapatkan hatinya.

Bolehkah ia cemburu?

.
.

Jungkook masih memandang pria yang duduk disampingnya ini dengan kagum. Baru kali ini ia melihat seorang laki-laki yang begitu tampan dengan baju santainya.

"Done checking me out, sweety?" Tanya sang pria dan itu membuat Jungkook tergugup, menutup bibirnya yang sejak tadi membuka. "M-maaf l-lancang menatap Tuan." Ucapnya malu-malu. Terlihat dari pipinya yang memerah semu, kontras dengan kulit pucatnya. Taehyung hanya terkekeh menatap pemuda hybrid disebelahnya lalu menarik kepalanya, memberi kecupan kilat di kening.

Dan entah kenapa Jungkook merasa familiar dengan semua perlakuan orang asing ini. 

Seperti pernah melakukannya, tapi entah dengan siapa ia tak ingat. Hanya seperti sebuah potongan film yang melintas sekelebat.

"Hei, kenapa diam? Tak apa-apa kan?" Nada bicara Taehyung terlihat sekali khawatirnya begitu mendapati Jungkook tengah diam sambil menunduk dan sibuk meremasi tangannya.
"T-tidak apa apa. . ." Dengan lembut Taehyung menarik tangan kecil itu dalam genggaman hangatnya, mengecup sekali sembari membisikkan kata-kata manis.

"Sebentar lagi sampai, sayang."

Ingatannya makin jelas. Panggilan itu pernah disematkan kepada dirinya.

Apakah Jungkook pernah memiliki masa lalu dengan pria asing disebelahnya ini?

.
.

Aroma pancake bercampir sirup maple memenuhi indra penciuman kedua anak adam yang sedang duduk berhadap-hadapan. Yang satu sibuk memperhatikan dan yang satunya sibuk menyumpali mulutnya dengan makanan manis hingga pipinya menggembung lucu. Jungkooknya manis sekali. Taehyung yakin ini adalah Jungkooknya. Selain ekor dan rambut yang sama, mata kelabunya serta gerak gerik nya Taehyung hafal di luar kepalanya.

"Tuan tidak makan?" Taehyung menggeleng lantas memotong pancake nya lalu menyuapi pemuda manis didepannya dan tentu saja langsung diterima dengan membuka mulutnya. Siapa pula orang bodoh yang menolak makanan manis dengan disuapi pria tampan?

"Manis sekali. Berhenti memanggilku Tuan, sweetpea. Panggil saja Taehyung atau sesukamu saja. Melihatmu makan lahap begini rasanya sudah kenyang."

Nah, memerah lagi.

"A-aku lapar. Maaf terlihat rakus sekali." Ucapnya malu-malu sekali lagi. Taehyung mencubit pipi sang hybrid sedikit keras dan mengabaikan rengekan protesnya.

"Setelah ini mau ke Haeundae?" Tawar Taehyung. Jungkook langsung mengangguk cepat, menyetujui tawaran yang diberikan pria tampan di depannya.

"Bibi Lea?" Seorang wanita paruh baya berpenampilan ala Gipsy mendekat santai sambil tersenyum. "Apa favorit Jungkook disini?"

"Dia penggemar semuanya asalkan manis tapi manisnya tak mengalahkan dirinya." Jawab bibi Lea sembari terkekeh. Ia terlampau hafal dengan kesukaan si manis penjaga klinik tetangganya itu.

"Bungkuskan yang banyak untuk Jungkook."

"Baik, Taehyung-ah." Wanita itu mengambil kartu  berwarna hitam dari tangan Taehyung. Black card ciri orang yang memiliki nominal tak terhitung di rekeningnya.

"Malam ini menginap denganku mau?"

Entah kenapa Jungkook mengangguk begitu saja. Ingin menolak tetapi tubuhnya berkhianat padanya. Sial sekali.

.
.

Haeundae dengan matahari terbenamnya adalah kesukaan semua rata-rata wisatawan yang pernah berkunjung ke kota pelabuhan. Termasuk Jungkook yang terhipnotis dengan warna orange itu. Mereka berdua duduk diatas kap mobil Taehyung sembari memakan meringue buatan bibi Lea yang tadi dibeli.

Tangan Taehyung merangkul bahu sempit Jungkook erat, mengusapnya penuh afeksi. Ketika berdua begini rasanya semua beban hidupnya runtuh tak bersisa. Ditambah dengan senyuman manis Jungkook yang membuat gula darahnya meroket tajam. Taehyung merasa perlu Jungkook dalam hidupnya. Jungkook ibarat sebuah anti depresan baginya dan sebuah kokain yang menjadi candunya.

Jungkook itu candu.
Dan Taehyung menyadari itu.
Ia tak bisa hidup tanpa Jungkook.

Ingat sekali begitu Jungkook pergi meninggalkan dirinya sendirian, hidupnya kacau sekali. Ibarat sebuah rumah yang kehilangan satu pilarnya, dan itu membuat rumah menjadi tak seimbang. Hal itu terjadi pada Taehyung. Selama Jungkook tak ada hidupnya tak seimbang sama sekali. Tetapi kini entah Tuhan mentakdirkan untuk bertemu orang yang diduga sebagai Jungkook, hidupnya menjadi makin baik lagi.

"Sudah malam. Kita pulang ke hotel, ya?"

"Taehyung-ie sudah lelah ya?" Tanya Jungkook. Mereka saling bertatapan, dari sini Jungkook dapat melihat lingkaran hitam menghiasi bawah mata Taehyung. Kelihatan sekali bahwa pria itu kurang istirahat.

"Cukup lelah."

"Ayo pulang." Ajak Jungkook. Ia turun duluan dari atas kap mobil dan menarik tubuh besar Taehyung untik ikut turun. Mereka saling bersitatap satu sama lain. Taehyung memeluk pinggang ramping Jungkook erat dan memberi satu kecupan lembut di bibir.

Mereka memutuskan untuk menghabiskan malam bersama hari ini. Tanpa mereka ketahui kalau Daniel dan Profesor Han memiliki ke khawatiran yang besa terhadap Jungkook.

.
.

Hola hola tot
Last update before hiatus for one week maybe.

Tebak apa yang bakal kejadian di chapter depan?
Ayo jawabb!
Gue masih mau liat antusias nya kalian nunggu ini lho.

Little Wolfie +taekook ( ✅ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang