Messed up

13.7K 2K 79
                                    

Terhitung dua minggu pasca kepergian Jungkook dari hidupnya. Kini Taehyung tak ubahnya seperti orang setengah waras. Dia tidak pergi ke kantor, jarang mengisi perut, dan nyaris tak pernah keluar dari kamarnya. Pria itu kacau- sangat kacau. Menjadi pendiam dan ketika ditanya oleh Jimin atau para pengawalnya ia hanya mengangguk atau sekedar menjawab ya dan tidak. Tampuk kepemimpinan perusahaan sementara di pegang oleh Jimin dahulu. Tapi tetap untuk berkas berkas penting perusahaan pasti dikerjakan oleh pemimpin Kim di ruang kerjanya.

Beranjak dari singgasananya, Taehyung melangkahkan kaki untuk mengambil sekaleng bir dalam lemari pendingin. Pria itu meneguknya rakus, sama sekali tak peduli rasa pahit dan panas terasa di kerongkongannya. Ini sudah kaleng ke enam omong-omong. Setumpuk berkas yang sudah dua hari ini menggunung di mejanya sekarang sudah habis. Taehyung kembali menjadi sosok yang gila kerja setelah di tinggal Jungkook. Tak ada lagi acara bermain-main dalam hidupnya. Bahkan rencana manis yang sudah disusunnya untuk Jungkook seakan ditarik sampai habis ke dasar begitu Jungkook memutuskan untuk pergi selama-lamanya dari pria itu.

Taehyung berdiri di depan cermin, menatapi duplikat dirinya yang seperti tak terurus. Surai yang semakin panjang dan tebal, bulu-bulu halus yang kini tumbuh di sebagian wajahnya. Ia ingin tertawa melihat tampangnya yang seperti Kapten Jack Sparrow dalam Pirattes of The Carribean. Pantas saja Jimin selalu menyuruhnya untuk membersihkan diri.

Eh, begini seperti ini saja masih tampan.
Bicara apa kau Kim.

Pria itu lantas masuk ke dalam shower cabin setelah sebelumnya melepas pakaian di luar. Rasa air hangat membuat tubuhnya rileks setelah sebelumnya terasa berat sekali. Pikirannya masih penuh dengan tingkah manis Jungkook selama ini. Rasanya hidup tanpa melihat realita lebih baik. Taehyung masih belum bisa menerima kenyataan bahwa hybrid manis yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anaknya telah pergi.

Keran dimatikan, Taehyung berhenti membayangkan Jungkook sejenak. Handuk tebal melilit di pinggang kurusnya sebagai tanda kalau acara mandi sore nya sudah selesai. Wangi aftershave membuat siapapun bisa buta sejenak. Ini adalah wangi favorit Jungkook. Selalu setiap habis mandi, pasti Jungkook akan memeluk dan mengusal di dadanya tanpa peduli kalau dirinya turn on.

Dasar mesum sialan.

Tidak ada Jungkook rasa hidupnya hampa. Ada perasaan ingin mencari seseorang yang baru, tapu nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Jungkook berhasil mengambil hatinya sampai tidak bersisa. Ketika Jungkook tiada itu berarti hatinya ikut tiada pula. Pilihannya saat ini hanyalah sendiri, tidak ingin mencintai siapa siapa lagi.

Berpakaian santai- kemeja dengan celana bahan pendek berwarna cokelat susu senada, tampannya seorang Kim Taehyung tidak luntur. Ia kembali memegang salah satu berkas perusahaan, mencoba kembali menggarap walaupun rasa tubuh sudah tak karuan. Ini adalah salah satu cara supaya dirinya tak terus menerus terbayang soal rasa bersalah karena telat menyelamatkan Jungkook waktu itu.

TOK TOK

"Masuk." Ucapnya acuh. Jimin, teman sekaligus wakilnya masuk membawa sekotak dunkin dan americano starbuck. "Kubawakan makanan agar kau tidak mati." Jimin berucap santai dan Taehyung rasanya ingin menenggelamkan lelaki itu dalam tower air. Ini sudah terjadi dalam beberapa hari. Jimin mendadak memperhatikan dirinya, membawakan banyak makanan dengan banyak alasan. Dirinya menjadi prioritas ke tiga setelah orang tua dan kepala pelayan mansionnya omong-omong.

"Yoongi bilang, kau tak ingin keluar kamar dan banyak melewatkan makanmu. Benar, Kim?" Tanya Jimin dan dijawab dengan anggukan acuh. Pria Kim memakan donuts berperisa cokelat hazelnut dan sesekali menyesap americano dinginnya. "Jangan terus terusan merasa bersalah soal Jungkook."

"Andai saat itu kita datang lebih cepat. Mungkin Jungkook masih denganku sampai detik ini."

Payah.

Kim Taehyung bukan orang yang cepat melupakan seseorang. Apalagi kalau orang tersebut yang ia cintai. Sejujurnya, ia hanya butuh waktu untuk menghapus semua rasa bersalahnya.

"Yoongi juga merasakan hal yang sama denganmu sampai sekarang. Tapi dia pintar menutupinya dariku." Jimin mengehala nafasnya berat. Pasalnya Yoongi juga sama dengan Taehyung. Hanya saja Yoongi lebih pandai menyembunyikan dan paling-paling Jimin menemukan Yoongi menangis sendirian sambil memukul dadanya di kamar dengan nama Jungkook terselip di sela tangisnya.

"Yoongi sama dekatnya dengan Jungkook. Itu pasti terjadi, apalagi saat itu Yoongi ikut disekap dengan Jungkook ku." Atmosfer di kamar besar itu mendadak senyap. Jimin terdiam dan Taehyung pun juga.

"Hei, Kim? Cepat makan. Susah susah aku mengantri dunkin untukmu." Taehyung memutar bola matanya malas mendengar ocehan wakilnya. Ia lantas memakan satu donuts berperisa mocca dengan lahap. "Berisik sekali. Pergi sana kalau tidak ada lagi perlu." Jimin sudah biasa dibegitukan. Semuanya hanya karena sudah biasa. Begitu pun soal rasa bersalah. Itu semua hanya butuh waktu hanya untuk terbiasa.

Kembali merasa kosong,
Kembali merasa sendirian, lagi.

Semoga ini untuk pertama dan terakhir kalinya. Karena Taehyung bukan orang yang pandai menahan rasa sakit dan bersalahnya.

.
.
.
.

Halo!
Kalian masih nunggu ngga nih??
Coba mau komen sama vote banyak biar semangat nyelesainnya eheheq

Little Wolfie +taekook ( ✅ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang