STRAWBERRY UNDERAGE (Chapter 10)

5.8K 505 38
                                    

Setelah memuaskan hasrat belanjanya di toko tadi, Sasuke tentu saja segera beralih. Bukan untuk pulang, tapi beralih untuk jalan-jalan ke tempat lain.
Tentu saja ini membuat Naruto sedikit kelelahan. Pasalnya, semua barang yang tadi Sasuke beli, itu Naruto yang membawa. Bukan cuma satu atau dua, ini hampir delapan tas total yang Naruto bawa.
Sekarang, daripada terlihat seperti seorang suami, Naruto malah terlihat seperti babunya Sasuke.
.
.
.
"Teme, setelah ini aku harus bicara padamu."
"Hn?"
"Ada beberapa hal yang harus aku luruskan disini."
"Really?"
"Dan aku sangat tidak suka diabaikan saat aku bicara, dattebayo."
.
.
.
Sedikit kaget, Sasuke segera meletakkan gadgetnya yang sejak tadi dia mainkan. Menjawab perkataan Naruto sembari bermain gadget, bukanlah hal yang Naruto inginkan dari Sasuke. Maka dari itu, Naruto sedikit meninggikan nada bicaranya tadi. Bukan bermaksud membentak, hanya untuk memperingatkan saja.
"Tadi kau bicara apa, Dobe?"
.
.
.
Naruto sweatdrop, tangannya menampar dahinya sendiri. Lalu turun untuk mengusap kasar wajahnya. Bisa-bisanya Sasuke tidak fokus dengan semua perkataannya, padahal tadi Sasuke jelas-jelas menjawabnya.
Untung saja, mereka saat ini sedang duduk berdua disalah satu restoran ternama di mall itu. Jadi, suasana diantara mereka sedikit tidak keruh.
.
.
.
TAK!
"Ini ramennya, Tuan."
"Mungkin aku makan ini dulu."
Setelah menghela napas panjang, Naruto segera mengambil sumpit yang ada di samping mangkuk ramennya. Ramen itu jauh lebih menggoda sekarang. Siapa tahu, setelah makan ini, Naruto jadi sedikit lebih jinak.
"Ittadakimasu!"
Sasuke hanya menatap datar Naruto yang mulai memakan ramen itu di depannya. Kemudian dengan acuhnya, Sasuke kembali memainkan gadgetnya.
.
.
.
Naruto makan semangkuk ramen dengan extra toping itu dengan begitu lahap. Ramen adalah makanan favoritenya. Di Kirigakure sekalipun, Naruto memang sering jajan ramen di kedai milik Paman Teuchi.
"Haa~ah. Aku selesai."
Naruto meletakkan kembali mangkuk ramennya setelah kuah yang tersisa dia seruput sampai habis.
.
.
.
Wajah penuh kepuasan dan nampak kekenyangan itu kini terpampang jelas.
"Harusnya kau ikut makan ini, Sasuke. Ramennya enak sekali."
Benarkan, Naruto menjadi jinak seketika. Bahkan mungkin dia sudah lupa kalau tadi dia hendak marah karena Sasuke lebih perhatian ke gadgetnya daripada dirinya.
.
.
.
Merasa sejak tadi tidak ada respond dari Sasuke. Naruto memutuskan untuk memanggil nama istrinya itu.
"Sasuke?"
"Ya?"
Naruto mengernyit, dia menegakkan kembali duduknya. Sasuke kembali mengacuhkannya dan fokus pada gadget hitam di tangannya itu.
"Sasuke bisa fokus kesini sebentar?"
Sasuke mengangguk-angguk tak jelas. Entah mengangguk untuk Naruto atau mengangguk pada gadgetnya. Entahlah. Yang jelas, Sasuke sedang tidak fokus pada Naruto sekarang.
"Sebegitukah menariknya ponselmu, sampai kau rela mengacuhkan suamimu ini, Uzumaki Sasuke?"
.
.
.
DEG!
Sasuke terdiam. Jemarinya yang sejak tadi sibuk menscroll dan mengetik beberapa balasan komentar yang ada  di akun sosial medianya, kini ikut terdiam. Semua yang di tubuh Sasuke, mendadak berhenti karena satu kalimat Naruto padanya.
Oh ya, perlu di ketahui. Sasuke itu juga merupakan selebgram. Sama seperti Itachi.
"Apa ada yang jauh lebih penting dari suamimu ini di ponselmu itu, Sasuke?"
"T-tidak."
"Baiklah. Kalau begitu, letakkan sebentar."
"Hn."
.
.
.
Dengan sedikit canggung dan gerakan yang agak patah-patah, Sasuke meletakkan ponselnya di meja. Mengunci ponsel itu lalu beralih untuk menatap Naruto yang duduk berada di depannya.
"Bagus." Puji Naruto riang.
Sasuke menghela napas. Sudah tahu, pasti Naruto akan mulai ceramah padanya.
"Baiklah, kita mulai bicara ya. Jadi begini, kau tahu kan kita sudah menikah. Dan kebutuhan kita tidak hanya sebatas shopping saja."
.
.
.
"Kita butuh perencanaan Sasuke. Semacam tabungan untuk kita di hari tua nanti atau untuk keperluan mendadak kita." Lanjut Naruto serius.
"Aku punya banyak harta." Jawab Sasuke ketus.
"Aku tahu itu. Aku bicara seperti ini, bukan maksudku aku ingin melarang hobimu itu, tidak. Tidak seperti itu dattebayo."
.
.
.
Sasuke menaikkan sebelah alisnya. Si Dobe ini bisa bicara sebagus ini belajar dari mana coba?
"Aku tidak bisa melarang hobi seseorang. Terlebih itu dirimu. Kau masih boleh shopping atau melakukan hal kaya lainnya. Tapi, bukankah lebih baik lagi jika hobi itu bisa dikendalikan?"
"Kau ingin aku berhemat?"
"Tepat sekali." Naruto menjentikkan jarinya sebagai tanda kebenaran.
.
.
.
"Aku tidak pernah melakukan itu. Bahkan hartaku tidak akan habis meski aku makan di 3 negara berbeda sekalipun dalam keseharianku."
Naruto menelan ludahnya. Susah sekali rasanya berbicara pada orang kaya raya macam Sasuke ini ya.
"Ayo kita belajar sama-sama." Ajak Naruto.
"Caranya?"
"Kita hidup sendiri. Di rumahku, di Kirigakure."
"APA!?"
.
.
.
Semua orang yang ada di restoran itu sontak melihat kearah Sasuke. Dia reflek berteriak keras saat mendengar ajakan Naruto. Hidup berdua di desa miskin dengan segala keterbatasannya. Hell no, Naruto. Sasuke itu suka yang tidak terbatas. Apalagi soal harta.
"Kau ingin aku hidup miskin denganmu di desa terpencil itu?!"
"Kita tidak hidup miskin, Sasuke. Kau bisa membawa barang-barang dan sedikit hartamu untuk tabungan kita disana. Lagipula, aku punya satu kebun stroberi yang bisa kita gunakan untuk hidup kita nanti dattebayo."
.
.
.
Sasuke semakin melotot. Mengabaikan beberapa pasang mata yang masih memperhatikannya. Ada beberapa yang mengenal Sasuke. Tentu saja karena Sasuke itu selebgram terkenal dengan segala kemewahannya, siapa orang bersmartphone yang tak kenal dirinya.
"Aku baru saja menikmati kembali hartaku yang sempat disita Ayah. Dan sekarang kau dengan seenaknya mengajakku untuk hidup susah? Ayolah Dobe, ini bukan April Mop lagi kan?"
"Apa salahnya? Disana kau juga bisa bersenang-senang. Lagipula--Hei!! Tunggu Teme!"
.
.
.
Naruto sontak berdiri. Padahal dia belum selesai berbicara. Soalnya Sasuke mendadak berdiri dan nampak hendak meninggalkannya. Sepertinya Sasuke marah.
"Aku mau pulang." Ucap Sasuke judes sambil mengemasi perkakasnya.
"Kau marah?"
"Tidak."
"Lalu kenapa tiba-tiba kau mengajak pulang dattebayo?"
Sasuke diam. Dengan wajah ketusnya dia segera meninggalkan Naruto yang masih kebingungan.
"Hei! Tunggu Sasuke!"
.
.
.
"Aargh! Sial."
Sembaru menggerutu tak jelas. Naruto memunguti tas-tas belanjaan yang ada di lantai di dekat mereka. Sementara Sasuke sudah semakin jauh meninggalkan Naruto. Langkah Sasuke saat marah cepat juga rupanya.
"Sasuke tunggu!"
Naruto segera berlari menyusul Sasuke dengan tas yang dia tenteng di tangan kanan kirinya. Benar-benar nampak kerepotan.
.
.
.
Bersyukur Naruto masih sempat mengejar Sasuke sampai ke parkiran mobil. Dimana Sasuke dengan judesnya masih mendiamkan Naruto yang ngos-ngosan menyusulnya.
"Masukkan di bagasi." Perintah Sasuke judes. Dan Naruto lebih memilih untuk menurut saja kali ini.
.
.
.
Naruto kemudian meletakkan tas-tas itu ke bagasi. Menatanya serapi mungkin. Lalu beralih untuk berjalan kesisi mobil, untuk masuk dan hendak duduk di kursi depan di samping Sasuke.
Ketika Naruto membuka pintu mobil itu, dia sedikit terkejut pasalnya Sasuke malah sudah menduduki jok yang hendak dia duduki.
"Kenapa dudukmu disini, Sasuke?"
"Kau yang menyetir."
"APA!?"
.
.
.
Sasuke diam, meski sedikit terkejut karena pekikan Naruto cukup memekikkan telinganya. Tapi Sasuke tetap stay cool saja dengan gaya andalannya. Duduk angkuh kaki bersilang dan kedua tangan dilipat di dada.
"Kau bisa menyetirkan, Dobe?" Tanya Sasuke angkuh.
"Aku hanya pernah sekali menyetir memakai mobil milik teman Ayah. Itupun saat panen dan aku dipaksa Ayah untuk melakukannya, dattebayo."
"Yasudah lakukan."
"Kau bercandakan, Teme?"
"Apa wajahku terlihat sedang bercanda?"
.
.
.
Naruto merinding. Saat Sasuke memalingkan wajah ke arahnya, rasanya begitu mencekam. Wajah Sasuke horor, membuat dirinya menelan ludah paksa karena ngeri sendiri. Walau masih tampan, tapi tetap kesan seremnya yang kelihatan.
"Oke-oke, aku yang menyetir." Kata Naruto pasrah. Lalu menutup kembali pintu mobil itu, da  beralih ke pintu disisi satunya.
.
.
.
BLAM!
'Oke, Naruto. Kau pasti bisa. Semua mobil sama saja, dattebayo.'
Sangat ragu, Naruto begitu ragu setelah duduk di balik stir. Baru kali ini Naruto merasakan duduk di jok pengemudi dengan mobil semewah ini.
"Kita pulang ya."
"Hn."
.
.
.
Naruto kemudian memasang seatbelt nya. Kemudian mulai menghidupkan mesin mobil mewah ini. Deru suara mesin yang terdengar halus namun gagah justru semakin membuat Naruto sangat grogi. Tapi bagaimanapun, Naruto harus bisa kan? Dia kan suami andalan.
.
.
.
Sementara Naruto sedikit memundurkan mobil itu, nampaknya Sasuke sangat cuek kali ini. Seperti tak peduli jika nanti Naruto akan membahayakan nyaaa bahkan mobilnya. Sasuke sama sekali tak peduli. Dia justru lebih asyik melihat keluar jendela sembari masih bersedekap.
.
.
.
Pada akhirnya, Narutp mulai bisa beradaptasi dengan mobil Sasuke. Buktinya dia sudah bisa menguasai mobil ini dengan lihai. Syukurlah, semuanya akan selamat sampai di kediaman Uchiha nanti.
"Kau marah, Sasuke?"
Suara Naruto memecah kehenibgan diantara mereka berdua. Sudah setengah perjalanan tapi Sasuke masih diam saja. Benar-benar seperti anak remaja labil, padahal usianya sudah hampir kepal empat.
.
.
.
"Tidak." Jawab Sasuke dengan selang waktu cukup lama.
"Lalu kenapa berpaling dariku, dattebayo?"
"Berisik."
Sasuke mendengus, dan mengendikkan bahunya sebagai jawaban. Sepertinya memang Sasuke sedang marah sama Naruto ya.
.
.
.
Naruto melirik Sasuke dari ekor matanya. Dia tetap harus fokus ke jalanan jika ingin sampai di rumah. Bukan di rumah sakit. Dilihatnya Sasuke sedikit merilekskan tubuhnya dengan menyandarkan punggungnya. Kepalanya juga tak setegak tadi.
'Dia mengantuk.' Batin Naruto.
.
.
.
Tebakkannya memang benar, Sasuke sedang mengantuk. Naruto mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rendah dan stabil. Membuat Sasuke serasa ingin tidur sejenak. Dan rupanya, niatnya itu telah diketahui oleh Naruto.
'Wajahnya tetap mempesona meski sedang tidur sekalipun.' Batin Naruto lagi.
.
.
.
Senyum Naruto semakin melebar saat melihat Sasuke sudah terlelap dengan posisi yang tak banyak berubah. Masih dengan kedua tangan yang terlipat dan berpaling darinya.
Tapi memang dasar Naruto itu orangnya peka meski dia bodoh, sedikit apapun gerakan Sasuke, Naruto bisa melihatnya.
"Tidurlah, Sasuke." Ucap Naruto lembut.
Salah satu tangannya juga terulur untuk mengacak sekilas rambut hitam Sasuke.
.
.
.
Naruto kemudian kembali fokua ke jalanan. Akan sangat berbahaya jika terus teralih perhatiannya pada hal lain saat menyetir. Toh sebentar lagi, Naruto akan sampai ke Kediaman Uchiha.
.
.
.
Sekitar 30 menit, Naruto sampai di kediaman Uchiha. Setelah memarkirkan mobil Sasuke ke garasi. Dan menurunkan barang bawaannya, Naruto kemudian beralih untuk menengok Sasuke yang sepertinya masih terlelap di jok depan.
Bersyukur di Kediamam Uchiha ada beberapa pelayan yang selalu siap sedia, jadi Naruto tak perlu repot untuk membawa barang belanjaan mereka tadi.
.
.
.
"Sasuke?" Panggil Naruto dengan sangat lembut.
Pintu mobil itu sudah dia buka, dan yaa.. Sasuke masih tidur dengan pulasnya. Sampai tak sadar jika mereka sudah ada di rumah.
"Masih tidur juga." Lanjut Naruto sambil geleng-geleng kepala.
.
.
.
Naruto menghela napas lagi, dilihatmya wajah Sasuke yang damai dalam tidurnya. Kelopak mata yang tertutup, bibir tipis yang mengatup, dan suara napas halus yang menenangkan. Itu semua benar-benar membuat Naruto gemas sekali.
"Astaga~ manis sekali dattebayo!!" Teriak Naruto histeris.
Dan tanpa pikir panjang, Naruto segera  mengangkat tubuh Sasuke dan menggendongnya Ala Bridal Style menuju ke kamar mereka.
.
.
.
Naruto berulang kali terkikik bahagia saat memperhatikan wajah Sasuke. Rasanya damai sekali tidurnya. Begitu damainya sampai Naruto gemas dibuatnya.
"Mmmhh.. Kau tahu Sasuke, betapa bahagianya aku memiliki pasangan hidup seperti dirimu." Ucap Naruto dengan nada gemas.
Padahaldia sedang menaiki anak tangga dengan Sasuke digendongannya. Tapi masih sempat-sempatnya Naruto menciumi pipi dan bibir Sasuke.
Bahkan beberapa pelayan yang melihat aksinya, sampai ikut bahagia saat melihat Tuan baru mereka menebar aura kebahagian di rumah ini. Naruto memang selalu bisa memberi suasana baru.
.
.
.
CEKLEK!
Naruto menutup pintu kamarnya setelah membaringkan Sasuke di ranjang. Naruto kemudian berganti baju sebantar. Dan sesegera mungkin menghampiri Sasuke yang semakin nyaman saja.
.
.
.
"Sasuke?" Panggil Naruto mesra.
Dirinya sudah tiduran disisi Sasuke, tak lupa kepala Sasuke dia sandarkan di lengannya. Agar Sasuke nyaman tidur dalam dekapannya.
"Kau tidur lelap sekali, dattebayo."
Lagi-lagi Naruto terkikik girang plus gemas. Melihat Sasuke yang tidur sepetti ini benar-benar membuat Naruto lupa akan semua hal.
.
.
.
"Hmm.. Padahal, tadi aku niat berbicara padamu tadi sesampainya di rumah. Tapi kau malah masih tidur."
Naruto mendekap Sasuke, memiringkan tubuh putih itu agar lebih leluasa dia peluk.
Naruto mengelus kepala Sasuke, memberi kesan yang begitu nyaman pada Sasuke. Terbukti dari Sasuke yang membalas dekapan Naruto dan malah semakin menyamankan dirinya. Melihat respon positif Sasuke, Narutopun tergoda untuk mengecup puncak kepala Sasukenya itu.
"Tidur nyenyak, Sasuke. Aku akan menjagamu."
.
.
.
.
.
To Be Continued.
NB : Mohon maaf apabila masih ada  typo dalam penulisan fanfiction ini. Saya akan berusaha untuk lebih teliti lagi ke depannya. Terima kasih!

STRAWBERRY UNDERAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang