STRAWBERRY UNDERAGE (Chapter 11)

5.8K 513 72
                                    

Naruto itu tipikal orang yang sebenarnya pemaaf. Untuk beberapa hal, Naruto memang terlihat seperti itu.
Tapi, beda cerita lagi kalau menyangkut dengan keluarga dan orang-orang tersayangnya. Sedikit saja kalian melukai mereka, maka Naruto akan meliar dan mengamuk habis-habisan.
.
.
.
Tadi, seharusnya Naruto pulang dan mulai berbicara serius pada Sasuke. Bukan malah tidur mesra berdua sampai malam seperti ini.
.
.
.
TOK! TOK!
"Tuan, ini sudah saatnya makan malam."
Terdengar suara halus khas wanita dari arah luar pintu kamar Sasuke. Itu salah satu pelayan yang ada di kediaman Uchiha.
"Tuan!?" Panggilnya lagi.
Ini sudah hampir jam 7 malam, sejak kepulangan kedua Tuannya tadi, kedua Tuannya itu hanya di kamar dan tak bersuara sampai detik ini.
Sudah dapat dipastikan, kalau mereka pasti tidur.
.
.
.
TOK! TOK! TOK!
"Tuan Sasuke? Tuan Naruto?"
Pelayan itu sedikit meninggikan nada panggilannya karena sejak tadi, tidak ada yang menyahut dari dalam sana.
Pelayan itu nampak kecewa. Sepertinya masakan mereka akan sia-sia malam ini. Tuan mereka sudah terlanjur tidur nyenyak.
"Hufh, padahal kami sudah masak ramen spesial."
.
.
.
CEKLEK!
"Kyaa!"
Pelayan itu memekik kaget. Dia baru saja hendak beranjak pergi tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan menampakkan sosok Naruto dengan wajah bantalnya.
"Ada apa, hooammm?!"
"Ah, maaf mengganggu kegiatan Anda, Tuan Naruto. Saya hanya ingin menyampaikan. Makan malam sudah siap."
.
.
.
Pelayan itu berucap seramah mungkin. Tak lupa dengan senyuman manisnya juga ia persembahkan. Yapi sayang, respon Naruto hanya bengong dengan mata setengah terbuka. Sepertinya Naruto masih mengantuk.
"Kami memasak ramen spesial malam ini, Tuan."
"RAMEN!??"
.
.
.
Lagi-lagi, pelayan itu berjengit. Naruto memekik tepat di depan wajahnya. Seakan pelayan itu baru saja menekan tombol on di kepala Naruto, yang menyebabkan si empunya mendadak sadar dan auto konek dengan perkataannya.
"I-iya, Tuan." Jawab pelayan itu sedikit takut.
"Baiklah! Kami akan segera turun, dattebayo!!"
.
.
.
CEKLEK!
Pintu itu ditutup secepat mungkin oleh Naruto. Menyisakan ekspresi bingung di wajah di pelayan sebelum akhirnya pelayan itu memutuskan untuk segera menyingkir dari sana. Tuan nya yang pirang satu ini memang memiliki mood swing yang luar biasa.
.
.
.
"Sasuke? Sasuke bangun, dattebayo."
"Nggh.."
"Hei, cepat bangun, Teme. Saatnya makan malam."
Sasuke hanya menggeliat tak niat saat Naruto membangunkannya dengan sangat semangat. Lebih tepatnya dengan terburu-buru.
.
.
.
"Sasuke, sayangku. Bangunlah. Atau Pangeran ini akan menciummu~"
Naruto memonyongkan bibirnya. Menggelikan, ekspresinya sudah seperti lelaki hidung belang yang suka jajan sembarang di pinggir jalan.
.
.
.
PLAK!
"AARGHH!!"
Naruto meraung keras, Sasuke menamparnya sekeras ini. Sasuke tadi kan tidur. Tapi jangan salah, meski Sasuke sedang tidur lelap, radarnya masih aktif untuk menjaga diri dari orang napsuan macam Naruto ini.
"Jangan coba-coba memperdayaiku saat aku tidur, Dobe." Ancam Sasuke sadis.
.
.
.
Sedangkan korban pengancaman, hanya terduduk lesu di lantai sambil mengelus-elus pipinya yang panas karena tamparan Sasuke luar biasa kerasnya. Bahkan, Naruto sampai terjungkal dari atas kasur empuk itu. Mungkin Naruto harus selalu mengingat bahwa secantik apapun wajah Sasuke, dia tetap laki-laki dengan tenaga yang mungkin sama besarnya dengan dirinya.
"Jika kau berani melakukan hal aneh saat aku tidur, aku tak segan-segan untuk mengusirmu dari kamarku, Dobe."
"Iya-iya, Teme. Maafkan aku. Habisnya kau tak bangun-bangun sih."
.
.
.
Sasuke menaikkan sebelah alisnya, Naruto sudah berdiri di depannya dan berkata bahwa makan malam sudah disiapkan di bawah.
Sasuke mengangguk, lalu memutiskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum makan malam. Sementara Naruto, dia sudah berjalan keliar kamar, menuruni anak tangga. Dan menuju ke ruang makan.
.
.
.
Naruto kini duduk manis disalah satu kursi yang ada di sana. Beberapa pelayan sedang sibuk menyiapkan makan malam kedua tuan mereka. Sedikit terkejut, karena disini semua kebutuhan Naruto serasa disiapkan. Sangat berbeda jauh dengan kehidupannya di Kirigakure yang serba mandiri.
.
.
.
Secepat mungkin Sasuke menyelesaikan mandinya. Yang biasanya satu jam, kinu hanya 15 menit saja. Wow, rekor baru untuk Sasuke. Tentu saja Sasuke belum merasa puas karena mandi kilatnya. Bagi Sasuke, mandi kilat itu tidak bersih. Memangnya dia piring kotor, yang hanya perlu dibasuh dan dicuci dengan sekali sabun saja?
.
.
.
DRRT!!
"Hm?"
Ketika Sasuke baru saja keluar dari kamar mandi, dan sedang bercermin. Ponsel pintarnya bergetar. Ada sebuah pesan masuk.
Sasuke kemudian meraoh ponselnya dan membuka pesan itu.
"Neji?" Gumamnya saat membaca nama pengirim pesan itu.
.
.
.
KLIK!
Kedua mata Sasuke membaca isi pesan itu. Pesan dari Neji, yang isinya bahwa Neji sudah menunggu Sasuke di bar yang biasanya.
Sasuke bimbang, sudah lama dia tidak clubbing. Bukan karena Sasuke kangen Neji ya. Sasuke kangen clubbing dan suasana riuh di diskotik mahal.
"Pergi tidak ya?"
.
.
.
Sejujurnya Sasuke ingin sekali mengiyakan ajakan Neji. Sasuke sudah kangen clubbing setengah mati. Tapi Sasuke bimbang, dia kan sudah menikah sekarang. Tentu jika mau kemana-mana harus seijin suami. Itu artinya, Sasuke bisa pergi atas ijin Naruto.
"Aku yakin Dobe tidak akan mengijinkanku. Dia kan orang kampung. Mindsetnya pasti jelek jika aku bilang kalau aku ingin clubbing."
.
.
.
Dalam benak Sasuke, sudah terbayang adegan dimana dia meminta ijin pada Naruto bahwa dia ingin clubbing. Dan tentu saja Naruto melarangnya dengan bacot no jutsu nya. Dimana Sasuke diceramahi habis-habisan oleh Naruto karena Sasuke berfoya-foya lagi.
"Aarghh! Kenapa aku bisa cinta padanya sih!" Erang Sasuke pusing.
.
.
.
"Ah masa bodoh. Aku akan tetap pergi. Dengan atau tanpa ijinnya."
Ibu jari Sasuke lalu mengetik beberapa huruf hingga membentuk sebuah kata "Ya." lalu mengirimkannya pada Neji. Sasuke mengiyakan ajakan Neji untuk minum dan clubbing bersama malam ini.
.
.
.
Ponsel itu lalu Sasuke lempar ke kasurnya. Dia dengan sedikit tergesa kemudian memakai baju dan bercermin sejenak.
Lalu Sasuke keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni anak tangga untuk menemui Naruto yang sudah menunggunya di meja makan.
.
.
.
"Maaf lama, Dobe."
"Tidak ada kata lama untuk ku menunggumu, Teme."
Sasuke yang sudah duduk disamping Naruto itu pun sontak menengok ke arah Naruto. Apa ini semacam gombalan? Atau sejenis rayuan? Jika bukan keduanya, kenapa bisa membuat wajah Sasuke merona saat mendengarnya. Ah dasar Naruto
bocah ingusan tukang rayu.
.
.
.
Setelah sedikit bergurau. Eh, lebih tepatnya Naruto yang mengguraui Sasuke. Mereka berdua pun makan bersama. Naruto yang sejak lahir memang ditakdirkan untuk menjadi pecinta ramen itupun makan dengan sangat lahap. Apalagi, ramen kali ini ramen buatan rumah dengan cita rasa yang luar biasa enak menggoyang lidahnya.
.
.
.
"Ah, aku selesai!" Seru Naruto kekenyangan. Tak lupa, dia bersandar dipunggung kursi sambil mengelus perutnya.
"Aku juga." Kata Sasuke.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Sasuke segera berdiri dan berjalan meninggalkan ruang makan dan Naruto disana.
"Hei, Sasuke! Kenapa langsung pergi?"
"Aku buru-buru, aku ada urusan."
"Urusan?" Ulang Naruto tak paham.
.
.
.
Karena melihat Sasuke sama sekali tak berniat kembali padanya dan justru semakin jauh, Naruto dengan segera menyusul Sasuke nya. Menanyakan urusan apa yang membuat Sasuke menjadi setergesa ini dan harus pergi malam ini juga.
.
.
.
Naruto menyusul Sasuke sampai ke kamar mereka. Dengan cueknya Sasuke hanya menjawab sesekali dari pertanyaan Naruto. Sasuke sendiri sibuk mengganti bajunya. Merubah penampilannya menjadi semahal biasanya. Menunjukkan status sosialnya melalui gaya berpakaiannya.
.
.
.
"Tunggu!"
Naruto meraih salah satu tangan Sasuke. Mereka kini berada di ambang pintu utama. Karena selepas berganti baju, Sasuke segera melesak meninggalkan Naruto yang tentu sja mengejarnya. Semua jawaban Sasuke benar-benar belum memuaskan rasa  penasaran Naruto.
"Jangan bicara padaku sambil berusaha meninggalkanku, Sasuke. Aku tidak menyukai itu."
.
.
.
Tidak ada candaan, aura disini mendadak mencekam. Bahkan seorang maid yang membawakan coat milik Sasuke sampai merinding merasakan aura mencekam dari kedua tuannya.
Sasuke berbalik, tanpa berusaha melepas genggaman tangan Naruto yang menahan kepergiannya.
"Kau tidak suka? Lalu?"
.
.
.
Naruto sedikit terkejut. Tatapan Sasuke seakan meremehkannya. Tak sadarkah bahwa Sasuke sedang bicara pada suaminya sekarang?
"Jangan tatap aku dengan tatapan seperti itu, Sasuke." Peringat Naruto.
"Memangnya kenapa?"
"Karena aku suamimu sekarang, Uzumaki Sasuke." Jawab Naruto penuh penekanan.
.
.
.
Sasuke diam. Dia diam, tidak kaget sih. Sasuke memang sudah memperkirakan Naruto akan berkata seperti itu padanya. Walau sebenarnya Sasuke jadi sedikit tidak enak dan merasa durhaka, tapi apa daya, keinginan untuk clubbing bersama teman-teman jauh lebih besar sekarang.
.
.
.
"Baiklah, aku akan bicara baik-baik. Naruto, aku akan pergi ke club dengan teman-temanku. Jangan khawatir, aku tidak menjual diri disana."
"Apa-apaan perkataanmu itu, dattebayo!?"
Sasuke mengendikkan kedua bahunya. Itu bukan permohonan ijin, tapi sebuah pemberitahuan pada Naruto.
"Tolong coatku."
"I-ini, Tuan."
.
.
.
Sasuke menerima coat hitamnya. Lalu mengenakan coat itu di tubuhnya. Dengan begini, otomatis genggaman tangan Naruto dia lepaskan.
"Aku permisi. Aku tidak akan pulang terlalu malam."
.
.
.
CEKLEK! BLAM!
Pintu itu baru saja dibuka Sasuke. Dan Sasuke juga yang menutupnya. Meninggalkan Naruto yang masih terpaku di balik pintu.
Ingin rasanya Naruto menarik Sasuke kembali. Menyeretnya dan menguncinya di kamar mungkin lebih baik. Tapi Naruto tahu, Sasuke tak akan menurut dengan cara seperti itu.
.
.
.
"Haa~aah.." Naruto menghela napas panjang. Tak lupa, dia juga memijit pangkal hidungnya. Tingkah Sasuke barusan membuatnya pusing.
"Apa dia selalu seperti ini?" Tanya Naruto pada maid yang masih berdiri di tempatnya.
"Tuan Sasuke memang sering keluar malam, Tuan. Dan dia kadang menjadi sedikit tempramen jika sudah lama tak pergi ke club bersama rekan-rekannya." Jawab si maid.
"Apa itu sejenis refreshing baginya?"
"Ya kurang lebih seperti itu, Tuan Naruto."
.
.
.
Naruto menggut-manggut. Memdengar penjelasan dari maid ini membuatnya sedikit lebih mengenal Sasuke. Itu cukup membantunya. Bagaimanapun, Naruto tentu harus belajar banyak soal Sasuke. Mereka kan menikah dalam waktu yang singkat. Jadi, masih perlu lah yang namanya mengenal satu sama lain lebih dalam.
.
.
.
"Aku akan ke kamar. Terima kasih atas jawabannya."
"Sama-sama, Tuan." Jawab maid itu sambil membungkuk hormat pada Naruto.
.
.
.
Sementara itu, Sasuke sejak tadi sudah duduk diantara dua pria. Suigetsu dan Neji. Dua orang pria yang sudah menikah, dan satu pria tak tahu diri yang selalu mengejar Sasuke.
"Jadi, bagaimana malam pertamamu dengan Naruto?" Tanya Suigetsu frontal. Dia memang tak suka basa-basi dan berkonotasi.
"Naruto perkasa."
"Ohoogh!!"
.
.
.
Neji tersedak alkohol yang baru saja dia tenggak karena jawaban tak terduga Sasuke. Sejak kapan si bungsu Uchiha ini jadi sefrontal Suigetsu?
"Wow! Aku yakin kau jadi sangat mencintai barang suamimu itu. Dan kau selalu meminta lebih saat sedang bercinta." Kata Suigetsu lagi.
"Tak perlu ku jelaskan lagi kan. Sudah jelas. Miliknya terlalu nikmat untuk di lewatkan."
"OHOGH!!"
.
.
.
Neji kembali tersedak. Kali ini lebih keras. Sasuke benar-benar menerañgkan malam pertama nya dengan penuh nafsu. Itu membuat Neji semakin patah hati.
"Hahaha! Sesekali mintalah permainan baru padanya, Sasuke. Anggap saja kode jika kau menginginkannya. Kau tahu? Seperti memakai tali." Timpal Suigetsu dengan wajah mesumnya.
"Tidak perlu. Jika aku ingin bercinta dengannya, aku cukup membuka kaki ku lebar-lebar di depannya."
"Bruuhh!!"
.
.
.
Melihat Neji menyemburkan alkoholnya. Suigetsu dan Sasuke otomatis menengok ke arah Neji. Pemuda itu nampak kacau dan syok.
"Ada apa denganmu?" Tanya Suigetsu yang heran dengan tingkah Neji.
"Aku tersedak gara-gara perbincangan kalian. Bisakah membicarakan hal lain?" Jawab Neji sambil mengelap bibirnya dengan selembar tissue.
.
.
.
Suigetsu mengendikkan bahu, dan Sasuke hanya memandang datar wajah Neji sekilas. Lalu beralih lagi untuk memandang gelas sloki yang ada di tangannya.
'Kira-kira apa yang dilakukan Naruto di rumah ya?' Batin Sasuke.
.
.
.
Di saat Suigetsu dan Neji sedang berbincang satu sama lain, Sasuke justru melamunkan Naruto yang ada di rumah. Sedikit rasa bersalah muncul di benaknya. Dia sudah tidak patuh pada suaminya sendiri. Bukankah itu keterlaluan? Deidara yang tetgolong pembangkang saja tidak berani melawan Itachi, kenapa dirinya yang terhormat ini malah berani melawan suaminya sendiri? Jujur saja, Sasuke sedikit menyesal.
.
.
.
"Hei Sasuke, aku isikan gelasmu sini." Ucap Neji. Dia melihat gelas yang Sasuke genggam sudah kosong sejak tadi. Neji tahu, Sasuke sedang melamun.
"Hn."
Sasuke mengulurkan gelas kosongnya pada Neji. Dan tentu saja Neji segera menuangkan alkohol mahal itu ke dalam gelas milik Sasuke.
.
.
.
Setelah sloki itu penuh, Sasuke segera menenggaknya dalam sekali teguk. Suigetsu dan Neji yang melihat hal itu tentu saja menyoraki Sasuke segirang mungkin sambil bertepuk tangan.
"Malam ini kita akan minum sampai pagi!" Seru Suigetsu riang.
"Ayo kita bersulang!" Ajak Suigetsu sambil mengangkat gelasnya.
"Cheers!!"
Mereka bertiga bersulang dengan penuh kesenangan, malam ini mereka bertiga akan berpesta pora. Tak peduli jika malam semakin larut dan bahkan mungkin pagi akan segera tiba menyapa mereka.
.
.
.
"Ini sudah jam 12.30 malam."
Naruto mulai gelisah. Baru saja dia melihat jam dinding di kamarnya dan  jam itu menunjukkan pukul 12.30 malam. Artinya ini sudah lewat tengah malam dan Sasuke belum juga pulang.
"Aku bisa mentoleransi jika Sasuke pulang pukul 11 malam tadi. Tapi tidak untuk lewat tengah malam seperti ini dattebayo!"
.
.
.
Naruto segera berbalik dari jendela di kamarnya. Membuka lemari dan mengganti bajunya. Sebuah kemeja putih, dasi, celana kain, dan jas. Naruto dengan terburu-buru memakai setelan formalnya itu.
"Aku akan menjemputnya." Gumam Naruto.
.
.
.
Bukannya apa-apa, Naruto tahu Sasuke sangat tidak suka di permalukan di depan umum. Tentu saja Naruto melakukan ini agar Sasuke tidak merasa malu karena penampilannya. Ini semua demi Sasuke.
"Mau jadi apa dia jika jam segini belum pulang juga?" Tanya Naruto pada entah siapa. Dirinya sudah selesai mengganti baju, kini sedang merapikam rambut pirangnya. Naruto menyisirnya kebelakang.
"Baiklah, selesai."
.
.
.
Naruto bangga pada dirinya sendiri. Dengan setelan jas seperti ini dan rambut yang disisir ke belakang, membuatnya semakin terlihat tampan dan berkharisma. Ditambah postur tubuhnya yang gagah, semakin menunjang penampilannya yang ini seperti CEO muda sebuah perusahaan.
.
.
.
Naruto lalu berjalan menuruni anak tangga, beberapa pelayan tentu saja di buat terkejut akan tingkah Naruto. Mereka melihat tuannya serapi itu tengah malam begini, sudah dapat dipastikan, Naruto akan pergi keluar. Dam salah satu dari maid itu menghampiri Naruto setelah dengam buru-buru meraih sebuah coat.
.
.
.
"Tunggu, Tuan Naruto."
Naruto reflek menoleh, padahal dia sudah hampir membuka pintu utama.
"Ada apa?"
"Anda mau kemana?" Tanya salah seorang maid. Itu maid yang sama yang membawakan coat Sasuke tadi.
"Aku akan menyusul Sasuke. Sudah lewat tengah malam, dia harus segera ku bawa pulang dattebayo."
"Pakailah ini, Tuan. Cuaca disini sangat dingin saat malam hari. Kami tidak ingin kena marah Tuan Fugaku jika Anda sampai sakit kerena keluar malam tanpa coat ini."
.
.
.
Naruto tersenyum tipis pada maidnya. Maid itu membawakan coat yang hampir sama dengan coat milik Sasuke tadi.
"Baiklah. Terima kasih." Kata Naruto sambil menerima coat itu dan memakainya.
"Tuan, Anda mau kesana naik apa?" Tanya maid itu.
"Hmm, mungkin aku akan naik bus saja."
.
.
.
Maid itu terkejut bukan main. Apa? Naik bus? Yang benar saja. Salah satu Tuan nya naik bus? Jika Fugaku tahu, sudah dapat dipastikan gajinya akan di poting karena membiarkan menantu tuan Besarnya pergi dengan bus umum.
"Maaf, Tuan Naruto. Saya ada saran, Anda bisa menggunakan mobil sedan yang ada di garasi untuk menjemput Tuan Sasuke."
"Mobil?" Ulang Naruto.
"Mari saya tunjukkan."
.
.
.
Maid itu membuka pintu, lalu keluar bersama Naruto yang mengekorinya menuju ke garasi. Maid itu tidak akan membiarkan Naruto menjemput Sasuke dengan bus umum saat ada sebuah sedan mewah nganggur di garasi Kediaman Uchiha.
Mereka lalu menuju ke garasi lain yang ada di belakang Kediaman Uchiha, selama mereka berjalan kaki menuju kesana Naruto bertanya pada maid itu ada di bar yang mana Sasuke. Dan tentu saja maid itu memberi jawaban yang sangat jelas pada Naruto.
.
.
.
GRAK!
"Nah ini dia Tuan, ini mobil kebanggan Tuan Fugaku yang sengaja dia beli untuk Anda sebelum Anda tiba disini."
"Wow!" Naruto terpana akan mobil itu.
Saat pintu garasi itu terbuka, nampaklah sebuah sedan mewah berwarna putih berjenis Cadillac CT6 3.0L Twin Turbo Platinum AWD. Sebuah sedan mewah dengan kedinamisan peforma yang luar biasa yang memang sesuai dengan karakter Naruto yang selalu terlihat luar biasa.
.
.
.
Maid itu pun tersenyum manis saat Naruto terlihat sangat menyukai mobil mewah ini.
.
.
.
Dulu, saat Fugaku mendapat kabar bahwa Minato dan Kushina meninggal. Selang sehari, Fugaku segera membeli sebuah mobil sedan mewah berwarna putih yang memang akan dia berikan sebagai hadiah untuk Naruto nanti. Pembelian mobil ini tentu saja Fugaku sembunyikan dari Sasuke tapi tidak untuk semua orang yang ada di rumah Uchiha. Dia menyembunyikam mobil ini digarasi lain yang ada di rumahnya yang memang terpisah dari garasi yang biasa Sasuke gunakan untuk memarkirkan mobilnya.
Dan Fugaku berpesan pada maid yang kini sedang menemani Naruto itu untuk memberikan mobil itu di saat yang tepat. Dan inilah waktunya.
.
.
.
"Kenapa Tuan Fugaku sampai membelikan ini untukku?" Tanya Naruto heran pada maid itu.
"Tentu saja sebagai rasa terima kasih karena Anda menerima pernikahan ini."
"Bagaimana dia tahu bahwa aku akan menerima pernikahan ini sebelumnya?"
"Tuan Fugaku tahu, Anda tidak akan menolak. Karena Tuan Fugaku yakin, Anda akan benar-benar bertanggung jawab pada kedua orang tua Anda."
.
.
.
Naruto melongo. Jawaban maid ini selalu tepat sasaran. Disisi lain Naruto juga kagum pada sosok Fugaku yang bisa memperkirakan tindakan seseorang hanya dalam kurun waktu yang sangat singkat. Otak seorang pebisnis memang selalu bekerja dengan baik.
"Ini kunci mobilnya, Tuan."
Maid itu memberikan sebuah kunci pada Naruto. Naruto pun menerimanya walau sedikit ragu.
"Hati-hati di jalan." Pesan maid itu dalam senyumannya.
.
.
.
"Um! Terima kasih dattebayo!!" Seru Naruto semangat.
Naruto kemudian masuk dam duduk di balik kemudi stir mobil sedannya. Naruto mulai menyalaka  mobil mewah itu. Dan membuat sebuah suara deru mesin mulai terdengar.
"Ini hebat sekali." Puji Naruto pada mobil barunya.
"Baiklah. Saatnya menjemput Tuan Muda Sasuke, dattebayo."
.
.
.
Setelah sekali mengklakson maid yang masih setia menungguinya, Naruto pun segera melesak keluar dari garasi dan meninggalkan kediaman Uchiha. Memacu laju mobilnya menuju ke bar dimana Sasuke berada.
.
.
.
Sementara itu, Sasuke masih sibuk minum dan bergurau dengan Suigetsu dan Neji. Mereka sudah agak mabuk karena terus menerus minum.  Sesekali mereka tertawa satu sama lain sambil mengangkat gelas mereka. Mereka bertiga kaya raya, hidup bergelimang harta dan selalu foya-foya.
.
.
.
Tak butuh waktu lama, Naruto tiba di bar. Setelah memarkirkan mobilnya, Naruto segera turun dari mobil itu dan langsung disambut oleh beberapa wanita berpakaian sexy dan bertubuh montok yang menggelayutinya.
.
.
.
Naruto tentu merasa jijik dan segera menepis perempuan-perempuan itu, seleranya bukan yang seperti ini. Dia hanya napsu pada Sasuke seorang. Dan tujuannya kesini untuk membawa pulang sumber hawa napsunya itu sebelum si pembawa napsunya membuat napsu lelaki hidung belang yang ada di tempat ini.
.
.
.
"Dimana dia?" Gumam Naruto.
Matanya memicing karena cahaya yang minim dan suasana yang sangt berisik. Bar ini memang mewah, sepertinya memabg untuk kalangan kelas atas.
.
.
.
Setelah sekian menit menelusuri setiap sudut, akhirnya mata Naruto menemukan sosok yang ia cari sedang duduk bersama dua pria lain sambil minum-minum.
"Itu dia."
.
.
.
Naruto dengan segera berjalan menembus beberapa manusia yang sibuk bergoyang sambil bercumbu bahkan ada yang sambil berhubungan badan di tempat. Dia harus segera membawa Sasuke keluar dari tempat laknat ini.
.
.
.
"Hahaha! Sudah botol yang keberapa ini ya?" Tanya Suigetsu.
"Entahlah, kita sudah minum bergelas-gelas." Timpal Sasuke yang mulai pusing.
"Mau tambah lagi?" Tawar Neji.
"Tentu saja! Hahaha!" Jawab Suigetsu dan Sasuke kompak.
.
.
.
TAP!
"Sasuke, ikut aku pulang sekarang."
Ketiga pria itu diam seketika saat Naruto sudah berdiri di depan mereka. Dengan wajah yang serius, Naruto memerintahkan pada Sasuke agar dia segera pulang bersamanya.
"Siapa kau?" Tanya Neji sewot.
"Sasuke, ayo pulang." Kata Naruto yang mengabaikan pertanyaan Neji. Naruto hanya fokus pada Sasuke.
.
.
.
"Ayo." Ucap Naruto lagi. Kali ini, dia sambil meraih tangan kanan Sasuke. Karena hal ini, otomatis Sasuke berdiri karena ditarik Naruto.
"Wow wow, lepaskan dia. Apa hakmu menariknya pulang?" Tanya Neji sambil berdiri. Dia tidak terima Sasuke yang sedang bersenang-senang, tiba-tiba di tarik seorang pria pirang tampan untuk pulang.
Satu kesalahan Neji, dia tidak tahu kalau pria pirang tampan ini adalah Uzumaki Naruto, suami Sasuke.
.
.
.
TWICH!
Sebuah perempatan muncul di pelipis Naruto. Dia tidak kenal pria berambut panjang ini, nyolot sekali dia.
"Lepaskan Sasuke." Perintah Neji.
"Siapa kau?" Tanya Naruto.
"Hyuuga Neji. Rekan bisnis, Tuan Fugaku." Jawab Neji dengan bangganya.
"Cih!" Naruto mendecih tak suka. Sombong sekali anak ini.
.
.
.
"Ayo, Sasuke. Kita pulang."
Naruto menarik Sasuke. Dan yang ditarik hanya menurut saja. Sasuke tidak ingin ribut disini. Itu memalukan.
"Hei, siapa kau ini!? Berani sekali menyentuh Putra Bungsu Tuan Fugaku!!"
.
.
.
TEP!
Langkah Naruto terhenti. Padahal dia sudah berjalan beberapa langkah meninggalkan meja itu. Tapi Neji terus saja meneriakinya.
Naruto pun berbalik, dengan sebuah seringai rubah, dia memandang tajam Neji.
"Siapa aku? Aku suaminya! Dia istriku, Uzumaki Sasuke! Dan namaku adalah Uzumaki Naruto, dattebayo!" Seru Naruto pada Neji.
.
.
.
Neji tersentak mendengar hal itu. Bahkan dia sampai terdiam dalam ekspresi kagetnya. Jadi itu yang namanýa Naruto. Suami dari Sasuke Uchiha yang selama ini disukainya.
"Ayo Sasuke. Kita pulang." Naruto pun kembali menarik tangan Sasuke dan membawanya keluar dari bar itu.
.
.
.
Neji masih terdiam dalam syoknya. Benar-benar tak disangka, suami Sasuke setampan itu. Dari keluarga konglomerat mana Naruto itu?
"Bagaimana bisa kau tidak tahu kalau itu Naruto?" Tanya Suigetsu enteng.
"Aku tidak datang ke pernikahannya." Jawab Neji dengan tatapan hampa ke depan sana.
"Kenapa?"
"Aku tak sanggup melihat Sasuke di pelaminan dengan pria lain."
.
.
.
.
.
To Be Continued.
NB : Mohon maaf apabila masih ada typo dalam penulisan fanfiction ini  saya akan berusaha untuk lebih teliti lagi ke depannya. Terima kasih!

STRAWBERRY UNDERAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang