STRAWBERRY UNDERAGE (Chapter 16)

5.7K 518 152
                                    

Yang namanya sudah menikah, sudah menjadi hal yang wajar jika saling merawat satu sama lain. Ketika salah satu sakit, maka satunya harus merawat. Saling menjaga satu sama lain. Karena pernikahan, walau memang di dasari cinta, tapi juga butuh bumbu lainnya untuk mempertahankannya.

"Aku buatkan teh untukmu."
"Terima kasih."
Naruto terlihat sedang membantu Sasuke yang hendak bangun dari tidurannya. Lalu Naruto juga membantu Sasuke untuk minum teh hangat buatannya itu.

"Kenapa rasa tehnya berbeda?"
"Itu karena ini teh yang sudah aku beri obat herbal untuk meredakan demam mu, Sasuke."
"Oh."
Naruto lalu dengan sangat hati-hati kembali membantu Sasuke untuk duduk selonjoran di atas tempat tidurnya.
"Hati-hati."
"Hn."

Akhirnya, Sasuke bisa duduk dengan tegap. Namun, itu bukan berarti Naruto segera menyingkirkan tangannya dari punggung Sasuke. Tangan Naruto masih setia disana. Berjaga jika saja tubuh itu mendadak butuh sandaran lain.
"Mau ku buatakan sesuatu, Sasuke?" Tawar Naruto ramah.
"Bubur. Seperti yang tadi pagi."
"Baiklah. Kebetulan aku sudah membuat itu saat kau tidur tadi. Hanya tinggal memanasinya saja."

Naruto kemudian berdiri, mengambil nampan kecil yang tadi ia letakkan di atas nakas di samping ranjangnya. Lalu dengan segera, ia melesak ke dapur.
"Tunggu sebentar, dattebayo."

Sasuke mengangguk. Di lihatnya Naruto sudah meninggalkannya untuk pergi ke dapur. Mengambilkan makanan sesuai kemauannya.
Sasuke hanya menghela napasnya. Sedikit heran, kenapa Naruto bisa sesayang ini padanya. Padahal, mereka tidak lebih dari dua orang yang di jodohkan.

Sasuke melamun, iris hitamnya menatap lurus ke arah dinding kayu di depannya. Dimana sebuah bingkai foto terpajang disana. Itu adalah foto pernikahannya dengan Naruto. Sendirinya sampai saat ini, juga masih belum percaya bahwa ia sudah menikah. Ini seperti mimpi bagi Sasuke.

"Sasuke?"
"Uh!?
Tanpa Sasuke sadari, Naruto sudah kembali berdiri di ambang pintu. Dengan membawa semangkuk bubur kacang hijau dengan asap yang masih mengepul diatasnya.

Naruto lantas berjalan menghampiri Sasuke. Dan berdiri di tepi ranjang yang kini jadi milik mereka berdua itu. Sedikit cemas, Naruto tahu Sasuke sedang melamun tadi.

"Kau melamun? Apa yang kau pikirkan?" Ucap Naruto sambil meletakkan mangkuk itu di atas nakas. Ia kemudian duduk di tepi ranjang di tepi Sasuke.
"Tidak."
"Sasuke.." Kata Naruto menjeda kalimatnya.
"...jangan bohongi aku. Jika ada yang mengganggu pikiranmu. Katakan saja padaku, Sayang."

Sasuke hanya terdiam. Saat ini ia sedang berada dalam pelukan hangat suaminya. Kepalanya juga tengah di belai lembut penuh sayang. Rasa-rasanya, Sasuke sampai bisa merasakan kekhawatiran Naruto di dalam dada bidang suaminya itu.

"Aku baik-baik saja. Hanya, aku merasa tidak berguna disini."

Sontak, Naruto pun menjauhkan Sasuke dari dadanya. Memegang kedua lengan itu sambil memberikan tayapan tajam pada istrinya.
"Benarkan?" Tanya Sasuke dengan beraninya.
"Bodoh. Bicara apa kau ini?!"
"Aku hanya bicara fakta."
"Fakta apa? Jangan bicara seperti seolah-olah kau hanya merepotkanku saja, Teme! Kau itu berguna. Kau sangat berguna bagi ku melebihi apapun."

Sasuke mengernyit. Ia berpikir Naruto sedang berusaha menggombalinya sekarang.
"Oh ya? Kenapa bisa begitu?" Tanya Sasuke lagi dengan angkuhnya. Ia sengaja memancing Naruto.
Narutopun menghela napas. Bisa-bisanya ia mendengar kalimat pertanyaan seperti itu dari mulut istrinya sendiri.

"Karena hadirmu, aku bisa terus hidup. Karena kau ada disini sekarang bersama ku, aku jadi bisa terus berjuang untuk sampai di tujuanku.." Naruto sejenak menjeda kalimatnya.
"..untuk membahagiakan dirimu."

BLUSH!
Seketika Sasuke memalingkan wajahnya dari Naruto. Suhu tubuhnya mendadak semakin meningkat karena ia menahan gejolak rasa di hatinya. Naruto memang selalu membuatnya merona. Bahkan dalam keadaan seperti ini sekalipun.

STRAWBERRY UNDERAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang