STRAWBERRY UNDERAGE (Chapter 17)

5.2K 476 122
                                    

BUAGH!

"Brengsek! Ngajak ribut, hah!?" Geram Naruto pada kedua pria tak beradab yang memukulinya ini.
"Ceh, Si Bodoh ini keras kepala ya." Tandas si rambut silver.
"Kita habisi saja." Timpal yang satunya.
"Kalian pikir aku takut!? Aku sama sekali tidak takut, dattebayo!"

Setelah kalimat itu selesai terucap, mereka bertiga kembali beradu pukul. Dua lawan satu.
Kakuzu bersama Hidan dan Naruto sendirian.

Saat Naruto masih bersekolah beberapa bulan lalu, ia memang sering beradu pukul dengan dua preman tak tahu diri yang sukanya memalak anak-anak disekolahnya.

Kala itu, Naruto juga menjadi incaran mereka. Tapi berhubung Naruto melawan, mereka pun lantas saling adu pukul dan kedua preman itu menyimpan dendam tersendiri pada Naruto.

Kenapa demikian? Itu karena Naruto mengalahkan mereka berdua sendirian. Dan sejak kejadian itu, mereka berdua memutuskan untuk menetapkan Naruto sebagai target mereka untuk balas dendam atas kekalahan mereka waktu itu.

Namun sayang, saat Kakuzu dan Hidan hendak kembali mencari Naruto, Naruto sudah tidak ada lagi di sekolah itu. Naruto seakan menghilang begitu saja. Mereka berdua pun tidak ada yang tahu, kemana Naruto pergi. Selama kepergian Naruto itu, mereka masih mencarinya terus menerus. Dan hanya mendapatkan beberapa rumor saja yang yang beredar.
Tapi walau begitu, mereka tidak akan semudah itu melupakan dendam mereka. Mereka akan tetap membalas kekalahan mereka.

SET!
"Huh!?"
Naruto tiba-tiba membuka matanya. Dia terkejut. Padahal ia sedang istirahat tadi di bawah pohon. Dan mungkin ketiduran. Lalu tiba-tiba ia bermimpi bertemu Hidan dan Kakuzu. Lebih tepatnya ia teringat perkelahiannya dengan dua preman brengsek itu saat ia masih sekolah.

"Astaga. Apa-apaan mimpi barusan itu?" Gerutu Naruto tak percaya.
Naruto pun segera berdiri, sebelumnya ia kembali memakai sepatu boot nya. Kedua matanya menelisik keseluruh kebunnya. Memeriksa apa semua sudah beres atau belum.

"Sudah selesai. Saatnya pulang. Hihihi."
Melihat kebunnya sudah selesai ia bereskan, Naruto terkekeh girang saat dirinya hendak pulang.

Wajah Sasuke yang menyambutnya sudah membayangi kepalanya. Akhirnya, setelah melalui berbagai penderitaan, ada juga seseorang yang menunggu kepulangannya di rumah. Dan itu, sangatlah membahagiakan.

Sementara itu, Sasuke sudah kembali dari acaranya membeli telur. Walau ia harus sedikit mengeluarkan jurus bela dirinya, itu sama sekali tidak merusak mood Sasuke hari ini.

Sesampainya di rumah, Sasuke meletakkan telur itu di lemari penyimpanan. Lalu Sasuke mengganti pakaiannya dengan baju yang lebih longgar dan nyaman. Toh dia juga hanya di rumah. Tak lupa, karena tak mau merasa gerah, Sasuke juga mengikat rambut hitamnya.

"Jemurannya sudah kering belum ya jam segini?"
Kedua mata Sasuke tertuju pada jemurannya yang ada di belakang rumah. Ia tidak pernah mencuci, jadi tidak terlalu paham kapan jemurannya itu akan kering.

TEP TEP
Sasuke memutuskan untuk berjalan menuju ke arah jemurannya. Sembari membawa keranjang untuk wadah pakaiannya yang barang kali sudah kering, Sasuke mulai memeriksa jemuran-jemurannya itu. Ia sudah persis seperti ibu-ibu rumah tangga sekarang.

Sasuke mendapati sebagaian besar jemuran yang sudah kering. Ia memasukkannya ke keranjang yang ia bawa. Setelahnya membawa keranjang berisi pakaian itu menuju ke teras belakang rumahnya.

BRUG!
"Fuh."
Sasuke mengusap keringat di dahinya setelah meletakkan keranjangnya. Ia sudah mengenakan singlet longgar dengan celana selutut, tapi tetap saja merasa gerah.

"Harus di lipat juga ya sepertinya." Gumamnya saat melihat pakaian-pakaian itu bergulung satu sama lain di dalam keranjang.

Sasuke lalu duduk di teras belakang  itu, sambil satu persatu ia mengambil pakaian itu lalu mencoba melipatnya. Perlahan, ia mulai mengerti. Ternyata melakukan pekerjaan rumah tidaklah mudah. Itu juga melelahkan.

STRAWBERRY UNDERAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang