Ini sudah hampir jam 2 pagi. Jalanan di Konoha baru terlihat sepi. Hanya beberapa kendaraan yang melintasi jalanan besar ini.
Salah satunya adalah sebuah sedan mewah yang di kemudikan oleh Naruto dan Sasuke duduk di jok sampingnya.
.
.
.
Tidak ada percakapan diantara mereka. Sasukepun hanya diam menatap ke depan sambil menyilangkan kedua tangannya. Sedangkan Naruto fokus menyetir meski sesekali melirik ke arah pasangannya itu.
.
.
.
"Kenapa diam saja?" Tanya Naruto.
Suara besarnya memecah keheningan diantara mereka berdua. Menetralisir rasa canggung yang sempat menggelayuti keduanya.
"Aku lelah." Jawab Sasuke seadanya.
"Segera tidur setelah sampai di rumah nanti."
Sasuke mengangguk menyetujui saran dari Naruto.
.
.
.
Mereka berdua kembali terdiam. Seperti orang tak saling kenal, padahal mereka sudah menikah. Dalam kepala Naruto sebenernya dia sudah menyusun beberapa kalimat untuk mencairkan suasana. Tapi karena melihat ekspresi Sasuke yang sedikit murung, Naruto jadi mengurungkannya.
'Dia pasti merasa bersalah padaku karena disana terlalu lama. Wajahnya saja sampai di tekuk sedih begitu.' Batin Naruto pede.
.
.
.
"Naruto?" Panggil Sasuke sedih. Dan itu semakin membuat Naruto yakin kalau Sasuke merasa bersalah padanya.
"Iya?"
"Dari mana kau mendapatkan sedan ini? Kenapa mobil ini jauh lebih bagus dariku!?"
.
.
.
DOENG!
Naruto mencep. Doi sweatdrop banget. Dia kira Sasuke memanggilnya dengan nada sedih itu karena Sasuke merasa bersalah lalu ingin minta maaf, tapi ternyata nada sedih Sasuke ini dikarenakan mobil sedan yang di kendarai Naruto jauh lebih bagus dari mobilnya.
"Pasti Ayah menyembunyikan mobil ini dari ku. Iya kan?"
.
.
.
"Jawab aku, Dobe!!"
Naruto diam, dia sudah terlanjur sweatdrop karena tingkah Sasuke yang benar-benar tak sesuai dengan bayangannya.
'Astaga, Dia bisa jadi secerewet ini jika soal harta, dattebayo.' Batin Naruto masih sweatdrop. Telinganya sejak tadi jadi sedikit risih karena Sasuke terus mengomel tak jelas sepanjang perjalanan padanya gara-gara mobil ini.
.
.
.
Beberapa menit kemudian, sedan mahal itu sudah memasuki area Kediaman Uchiha. Dan terparkir rapi di garasi, kali ini di garasi depan. Sedan elit ini sudah tak ngandang di garasi belakang lagi.
.
.
.
BLAAM!!
"Sasuke!!"
Panggil Naruto cukup keras karena Sasuke main turun saja. Sudah wajahnya judes, kelakuannya kasar lagi. Terbukti dari pintu mobil yang ditutup kasar oleh Sasuke. Benar-benar deh, Naruto agaknya cukup pusing menghadapi Nyonya nya ini.
.
.
.
"Ck! Astaga, dia tempramen sekali dattebayo. Rasanya seperti mengurus anak perempuan yang baru puber."
Dengan segera, Naruto berlari menyusul Sasuke yabg sudah jalan cepat duluan. Bagaimana pun, Naruto tidak ingin membuat Sasuke ngambek lebih dari ini. Naruto kan sayang Sasuke.
.
.
.
Naruto berlari-lari kecil mengejar Sasuke. Membuat beberapa pelayan yang belum tidur karena shift malam di buat heran akan tingkah aneh kedua tuannya.
Mereka geleng-geleng kepala, rupanya tuan bungsu mereka bisa jadi sealay ini setelah menikah.
Berjalan cepat dengan wajah kesal sambil sedikit menggerutu, lalu di belakangnya ada Naruto yang dengan idiotnya tetap mengejar Sasuke nya dengan segenap jiwa dan raga.
.
.
.
"Tunggu, Sasuke. Tunggu!"
Tangan kanan Naruto berhasil menahan pintu kamar mereka yang hampir saja di tutup oleh Sasuke.
Naruto terengah, lari menaiki tangga bukanlah hal yang menyehatkan. Itu malah membahayakan dan melelahkan. Apalagi dengan suasan hati yang kacau, itu akan semakin membuatmu terengah.
.
.
.
"Haahh~" Desah Naruto panjang karena napasnya serasa hampir putus saat ini juga.
"Ijinkan aku masuk, dattebayo." Lanjut Naruto.
"Tidak." Tolak Sasuke tegas sekali.
"Kenapa?"
"Tidur saja di luar. Aku marah padamu."
"Apa salahku, dattebayo?" Tanya Naruto yang sudah frustasi.
Dan respon Sasuke hanyalah mengendikkan bahunya saja. Naruto pun sontak menepuk jidatnya saat itu juga.
.
.
.
"Dengar, aku tahu kau kesal padaku. Jika kau tidak memberiku akses masuk ke kamar kita. Bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya padamu wahai sayangku?"
Sasuke masih diam saja. Padahal Naruto sudah setengah mati menahan napsunya untuk tidak menerobos masuk dan menindih pria ini di kasur mereka.
.
.
.
"Baiklah-baiklah. Aku akan berikan mobil itu jika kau membiarkan ku masuk ke kamar kita."
Sasuke mengedipkan kedua matanya. Kedua tangannya yang sejak tadi kekeh menahan pintu itu agar tidak terbuka lebarpun perlahan melemas. Tawaran Naruto sangat menggiurkan baginya.
.
.
.
"Bagaimana? Kau setujukan, Tuan Muda?" Tawar Naruto sambil emnyeringai dan berpose sok ganteng dengan cara menyisir rambutnya ke belakang dengan jemarinya.
"Masuklah."
"YES!!"
.
.
.
Sasuke kemudian membiarkan Naruto masuk kamar. Wajah ganteng nan dewasa anak itu mendadak sirandan berubah menajdi wajah bodoh dengan senyum lebar.
'Syukurlah, aku aman. Tidak tidur di luar, dattebayo.' Batin Naruto penuh kelegaan karena malam ini tidak tidur di luar.
.
.
.
Sasuke kemudian mengunci pintu kamar mereka. Entah ini audah jam berapa, yang pasti sudah lewat jam 2 pagi. Dan mereka berdua masih belum tidur untuk istirahat.
"Naruto?" Panggil Sasuke lembut sambil melepas coat yang ia pakai.
"Iya, Sasuke?"
.
.
.
Naruto yang tadi masih sibuk ke girangan, mengalihkan kedua matanya untuk menatap Sasuke. Dilihatnya sang istri lelaki itu tengah melepas coat dengan begitu sexynya. Apa Sasuke sengaja menggoda Naruto? Entahlah.
.
.
.
"Boleh aku minta?" Tanya Sasuke mesra sembari menempel di dada Naruto. Hal ini tentu saja membuat Naruto perlahan menjadi on dong.
"Minta?" Ulang Naruto sedikit tak paham. Sasuke mau minta apa? Minta itukah?
"Iya, cepat berikan padaku. Aku sudah tidak sabar." Kata Sasuke semakin menggoda. Tangannya juga mulai nakal meraba-raba tubuh Naruto.
.
.
.
Sasuke itu bisa sangat galak dan judes jika saat marah. Tapi saat seperti ini, siapa yang mampu menahan diri melihat wajah menggoda pria cantik ini. Di tambah dengan tangan manajanya yang bergerilya, tentu semakin membuat Naruto yakin bahwa Sasuke sedang ingin bercinta dengannya.
.
.
.
"Kau menginginkannya?" Tanya Naruto retoris. Dia yakin Sasuke sudah sangat tidak sabar untuk bergelut dengannya di ranjang cinta mereka. Tapi, apakah Sasuke juga berpikiran sama?
.
.
.
Sasuke mengangguk, ia mengiyakan pertanyaan Naruto. Memang benar kalau Sasuke sudah tidak sabar. Ya, tidak sabar untuk menerima kunci sedan mewah punya Naruto itu maksudnya.
"Baiklah, Teme. Akan ku berikan."
Dengan semangat, Naruto membuka ikat pinggangnya. Lalu disaat dia hendak membuka resleting celana kainnya Sasuke menahan gerakan Naruto secepat mungkin.
.
.
.
"Kenapa kau hentikan?" Tanya Naruto bingung.
"Kau mau apa, Dobe?"
"Memberimu ini." Kata Naruto polos sambil menunjuk barangnya.
"Apa? Aku tidak mau itu."
"Apa maksudmu, dattebayo!?"
"Aku ingin kunci. Kunci mobilmu. Bukan kah tadi kau bilang akan memberi ku itu?"
.
.
.
Naruto membuka mulutnya, dia menganga dengan tidak elit dengan kancing celana yang sudah terbuka. Sungguh sangat tidak elite.
"Ayo cepat berikan." Perintah Sasuke sambil memainkan jarinya. Mengisyaratkan bahwa agar Naruto segera memberikan kunci mobil itu padanya.
"Ayo, Dobe. Berikan padaku."
"Ck. Iya-iya."
.
.
.
Naruto kemudian merogoh saku celananya. Menarik kunci mobil dan memberikannya pada Sasuke. Dia salah paham rupanya. Padahal Naruto junior sudah terlanjur bangun begini.
'Sial. Rupanya dia menginginkan mobil itu, dattebayo.' Batin Naruto ngenes.
"Good! Terima kasih, Dobe."
.
.
.
CUP!
Sasuke mengecup singkat pipi Naruto. Lalu beralih untuk memandangi kunci mobil itu dengan wajah ceria dan mata berbinar. Seakan kunci itu jauh lebih berharga dari pada Naruto.
"Selamat datang pada Papa, Nak." Kata Sasuke lalu mencium kunci itu mesra.
.
.
.
Naruto sweatdrop lagi. Baru kali ini dia melihat orang matre sampai segitunya. Pantas saja Fugaku sampai pusing karena kelakuan Sasuke. Semua hal yang mewah jika Sasuke melihatnya pasti akan Sasuke minta. Tak peduli berapa harganya, kalau Sasuke sudah menginginkan itu. Maka harus ada di tangannya.
"Aku akan tidur."
"Lalu bagaimana dengan ini?" Tanya Naruto lesu sambil menunjuk miliknya yang sama sekali tidak terlihat lemas.
.
.
.
Sasuke berbalik, lalu melihat apa yang di tunjuk oleh Naruto. Seketika Sasuke meneguk ludahnya. Terpana? Tentu saja! Itu hal yang membuatnya nikmat. Mubazir kan jika di tolak. Tapi gengsi dong jika langsung menerimanya.
"Kau tidak menginginkannya juga, Teme?"
"Aku juga tak bisa menolak yang itu. Berikan padaku, Dobe!"
"Baiklah, dattebayo!"
.
.
.
Tak perlu dijelaskan bukan apa yang berikutnya terjadi. Kalian pasti sudah tahu betul adegan berikutnya.
Dan malam yang menjelang pagi itu mereka berdua habiskan untuk berbagi kehangatan satu sama lain.
.
.
.
Hanya butuh waktu sebenrar untuk pagi datang. Mungkin bagi beberapa orang, bangun pagi merupakan kegiatan rutin mereka. Lalu dengan semangat mereka menjalankan aktivitasnya. Seperti bekerja atau bersekolah mungkin.
Beda tempat, tentu beda tradisi. Seperti di kamar Sasuke. Kamar itu diisi dua orang yang mana mereka berdua masih juga belum bangun hingga pukul 8 pagi ini.
.
.
.
Beberapa pelayan padahal sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk Tuan mereka sejak tadi. Tapi sepertinya tuan mereka kembali terlambat untuk makan.
.
.
.
Setelah dengan sedikit usaha, akhirnya Naruto dan Sasuke berhasil di bangunkan. Mereka berdua kini sudah duduk berhadapan di ruang makan untuk memakan sarapan mereka.
.
.
.
"Sasuke, aku benar-benar harus bicara padamu kali ini." Ucap Naruto serius setelah selesai sarapan.
"Hn."
"Tentang kita berdua." Imbuh Naruto.
Sasuke masih fokus makan, sedikit lagi makanannya habis. Dan Naruto membiarkan Sasuke menghabiskan makanannya dulu sebelum akhirnya kembali berbicara.
.
.
.
"Sudah?" Tanya Naruto.
"Hn." Jawab Sasuke sambil mengelap bibirnya dengan tissue.
"Besok kita pindah ke rumahku di Kirigakure."
.
.
.
Mata Sasuke melotot tajam ke arah Naruto. Apa si pirang ini barusan berkata bahqa dia mengajaknya pindah ke desa terpencil itu? Yang benar saja!
"Apa katamu?"
"Besok kita pindah ke rumah ku. Di Kirigakure. Kita tinggal disana, dattebayo."
"Jangan bercanda, Dobe. Untuk apa kita pindah ke desa terpencil itu?"
"Untuk apa? Tentu saja agar kita bisa hidup mandiri berdua. Kita sudah menikah. Sudah saatnya kita untuk hidup mandiri tanpa membebani Tuan Fugaku dan Nyonya Mikoto lagi."
.
.
.
Sasuke menaikkan sebelah alisnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya. Sasuke tidak bisa membiarkan semua ini terjadi begitu saja. Semua harus di hentikan sebelum Sasuke terjerumus ke dalam kehidupan serba susah sebagai orang miskin yang hidup di desa terpencil.
.
.
.
"Besok aku akan bicara pada kedua orang tuamu."
"Aku menolak ini semua." Tandas Sasuke pada Naruto.
Mendengar hal itu, tentu saja Naruto sontak melihat ke arah Sasuke yang nampak bermuka masam sekali sekarang.
"Kenapa?"
"Kenapa katamu? Hey lihat, Dobe! Aku baru saja menikmati kembali hartaku, dan kau dengan seenaknya mengajakku untuk pindah ke desa polosok itu? Sadar, Dobe. Sadar. Aku tidak bisa hidup tanpa semua ini."
.
.
.
Naruto mengela napas. Tak lupa, dia juga memijit pangkal hidungnya. Sasuke mulai mengomel lagi padanya. Dan Naruto lebih memilih diam dan mendengarkan. Tak payah menyela, jika tidak ingin Sasuke makin mengomel. Memang membicarakan harta pada anak bungsu Uchiha ini tidaklah mudah. Karena bagi Sasuke, harta adalah nyawanya.
"Kenapa diam saja? Oh atau jangan-jangan kau suka ya melihat aku menderita dan berpanas-panasan demi hidup kita berdua?"
"Siapa yang ingin membuatmu menderita, dattebayo?"
"Kau lah."
"Ck! Sasuke, aku hanya ingi---"
"Sebentar."
.
.
.
Perdebatan mereka terhenti karena ponsel Sasuke berdering cukup keras. Mau tak mau Sasuke tentu saja harus mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya itu kan.
Sayup-sayup terdengar Sasuke menjawab percakapan dari seseorang di sebrang sana. Lalu setelah mangangguk, Sasuke kembali meletakkan ponselnya. Panggilan itu sudah berakhir.
.
.
.
"Siapa?"
"Ayah."
"Tuan Fugaku? Apa yang di katakannya?" Tanya Naruto.
"Dia akan sampai rumah besok pagi."
"Oh bagus! Aku jadi bisa langsung bicara pada mereka berdua, dattebayo."
"Jangan coba-coba meracuni pikiran kedua orang tua ku, Dobe!"
"Kita lihat saja, dattebayo."
.
.
.
TWICH!
Sebuah perempatan muncul di pelipis Sasuke. Naruto sudah benar-benar menguji kesabarannya. Bagaimana pun, Sasuke tentu saja tidak mau jika harus hidup susah di desa terpencil dengan penduduk yang masih primitif. Tidak ada diskotik, mall, atau bar. Lalu dimana Sasuke harus dugem nanti disana? Masa iya di kamar mandi sambil nge-DJ sendiri? Enggak elit dong.
.
.
.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menghalanginya. Bagaimanapun caranya nanti." Gumam Sasuke yang sudah membulatkan tekad untuk membangun benteng pertahanan dan Naruto gagal mempengaruhi kedua orang tuanya. Jadi Sasuke bisa aman tinggal di mansion Uchiha ini selamanya.
.
.
.
Acara makan mereka berdua selesai. Setelahnya Naruto sibuk berjalan-jalan di belakang rumah di mana ada sebuah kolam dengan banyak ikan koi di dalamnya. Dengan di bantu salah satu pelayan yang ada, Naruto memberi makan ikan-ikan besar nan cantik itu. Ini adalah kegiatan yang tak pernah Naruto lakukan sebelumnya di kala ia memiliki waktu senggang. Biasanya, jika ia memiliki waktu senggang ia akan segera ke kebun untuk membantu kedua orang tua nya merawat stroberi-stroberi itu.
.
.
.
Menyatukan dua adat kebiasaan yang berbeda memang sulit. Perlu banyak kerja sama disana sini dan juga toleransi. Rasa saling menghargai sangat diperlukan demi menjaga segalanya tetap stabil meski berasal dari kehidupan yang sangat berbeda.
.
.
.
Hari dimana kepulangan Tuan dan Nyonya Besar Uchiha pun tiba. Fugaku dan Mikoto sudah sampai di Bandara Internasional Konoha.
Kedua konglomerat kelas dewa ini pun lantas di jemput oleh supir pribadi mereka lalu sedang dalam perjalanan tiba di kediaman Uchiha.
.
.
.
'Saat Ayah dan Ibu nanti sudah tiba, kalau Dobe mulai bereaksi. Aku harus memiliki argumen kuat untuk melindungi diriku dari jeratan miskin yang sebentar lagi akan menyeretku itu. Aku tidak akan sudi hidup susah.'
Batin Sasuke.
.
.
.
Wajah putih nan cantik itu kini terlihat sangat serius dengan alis yang bertaut dan pandangan yang tajam ke arah telapak tangannya sendiri. Meski dia tengah menemani Naruto yang sedang mencuci mobil, tapi pikiran Sasuke sudah di penuhi oleh rencana-rencana pengelakan.
.
.
.
BYUR!
"Astaga!" Pekik Sasuke cukup keras karena dia terkejut saar tak sengaja terkena cipratan air.
"Jangan melamun, Teme." Ucap Naruto santai sambil menggosok kap depan mobil sedan Cadillac mahalnya.
"Kau sengaja ya?" Seru Sasuke dongkol.
"Tidak. Tidak ada orang yang kering saat sedang mencuci mobilnya, dattebayo. Jadi kalau basah.." Naruto mengantung kalimatnya. Lalu dia berhenti menggosok kap dan beralih untuk berdiri di depan Sasuke, lalu menatapnya.
"..itu wajar." Sambung Naruto sambil memundurkan rambut pirangnya dan tersenyum nakal ke arah Sasuke.
.
.
.
Sasuke melongo. Wajahnya tak bisa berbohong bahwa dia terpesona dan kagum dalam waktu yang bersamaan.
'Demi Tuhan, kenapa malaikat setampan ini harus terlahir jadi orang miskin.'
Jantung Sasuke mulai berdetak tak karuan. Pasalnya Naruto terlihat sangat menyilaukan sekaligus sexy di matanya saat ini.
'Haruskah aku membuka kaki ku lebar-labar saat ini?' Batinnya mulai tak waras. Sasuke mana tahan dengan pria sexy macam Naruto ini.
Kaos putih Naruto yang basah mencetak jelas otot-otot kekar itu. Tak hanya itu, rambut pirang basah Naruto juga membuat Sasuke semakin ingin digagahi Naruto saat itu juga. WTF!?
.
.
.
Setelah sedikit adegan nista Sasuke yang membayangkan ena-ena dengan Naruto, Sasuke kembali ke kesadarannya. Dan memasang lagi wajah datarnya pada Naruto yang juga kembali mencuci mobil sedan mahalnya kini sudah jadi milik Sasuke.
.
.
.
Sementara pelayan lain yang biasa bertugas mencuci semua kendaraan milik keluarga Uchiha, hanya bisa menangis pilu sambil memelintir lap mereka karena merasa sangat takut jika hal ini ketahuan oleh Tuan Fugaku.
.
.
.
"Yak! Selesai dattebayo." Ucap Naruto sambil mengelap peluh di keningnya. Sedan Cadillac itu, sudah sangat kinclong.
"Bagaimana?" Tanya Naruto pada Sasuke.
"Bagus. Mungkin kau bisa buka usaha jasa cuci mobil nanti." Jawab Sasuke sambil mencolek ujung kap mobil sedan hasil rampasannya itu dengan gaya angkuh nya.
"Hm, tidak buruk." Timpal Naruto.
.
.
.
TAP!
"Apa yang terjadi disini?"
.
.
.
Seketika semua orang yang ada disana menoleh ke sumber suara besar yang tiba-tiba terdengar di belakang Naruto dan Sasuke.
"Ayah!"
"Tuan Fugaku."
Naruto dan Sasuke berseru beriringan. Mereka berdua terkejut karena sosok kepala keluarga Uchiha sudah tiba di kediamannya. Bagimama dengan pelayan lain? Oh jangan khawatir, mereka sudah pingsan karena Fugaku datang tiba-tiba dan melihat Naruto basah kuyup dengan kain lap di tangannya.
.
.
.
"Sasuke-kun, apa yang sedang kau lakukan?"
Sosok cantik bersuara lembut muncul dari belakang Fugaku. Mikoto Uchiha, juga sudah tiba di rumah.
"Tidak. Hanya melihat Naruto mencuci mobil."
"Melihat?" Ulang Mikoto. Dan Sasuke mengangguk pada Ibu nya. Setelah Mikoto hanya membatin miris tentang putranya yang suka membabukan seseorang.
.
.
.
Sementara Naruto, dia tengah tersenyum tipis lalu mengucapkan selamat datang pada kedua mertuanya itu. Tentu saja itu disambut ramah dan hangat oleh Fugaku. Ingat, sambutan hangat oleh Fugaku. Mereka berdua lantas sedikit berbincang ini itu dan sedikit membahas bagaimana sedan mahal itu sudah keluar dari kandanganya. Yang kemudian, percakapan mereka diakhiri dengan tertawa satu sama lain.
.
.
.
"Oh ya, Tuan Fugaku. Aku--"
"Jangan panggil aku Tuan. Panggil aku Ayah, Naruto." Ucap Fugaku menginterupsi Naruto.
"Errr.. baiklah. Tuan-- maksudku, Ayah. Ayah, aku ingin bicara sesuatu padamu nanti. Ini soal, aku dan Sasuke."
.
.
.
Mendengar perkataan Naruto barusan, otomatis Sasuke memucat. Saduke tahu, apa yang akan dibicarakan Naruto pada Ayahnya nanti. Mau tak mau, Sasuke harus meneguk berat ludahmya sendiri.
.
.
.
'Brengsek, Aku akan segera jadi orang miskin.'
.
.
.
.
.
To Be Continued.
NB :
1. Mohon maaf apabila masih ada typo dalam penulisan fanfiction ini. Saya akan berusaha untuk lebih teliti lagi ke depannya. Terima kasih!2. Saya sacara pribadi mengucapkan Mohon maaf lahir dan batin untuk semuanya. Soalnya, masih suasana Lebaran. ^^-
.
.
Regards,Levi Lee.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRAWBERRY UNDERAGE
RomanceNaruto harus bertanggung jawab atas seluruh hutang ke dua orang tua nya pada Keluarga Uchiha. Tapi sayang, Naruto yang masih sangat muda itu harus membayar hutang kedua orang tua nya melalui pernikahannya dengan Sasuke yang punya hobi berfoya-foya! ...