#Page: 26 - Rindu Akut (Bonus Chapter)

158 21 0
                                    

📒 Selamat Membaca 📒

Hidup terlalu biasa, jika hanya untuk tertawa saja. Mungkin untuk itu Allah Swt. menciptakan air mata. Kepergian adalah kehancuran yang memaksaku kuat. Bagiku kau tak pernah pergi. Sebab aku selalu punya tempat untukmu, seperti aamiin di ujung doa.

Jikalau ada pertemuan, maka secara tidak langsung akan ada perpisahan. Namun, setelah itu akan ada pertemuan kedua yang tak terduga dan lebih kekal abadi serta dipastikan takkan pernah ada perpisahan kedua bahkan selanjutnya.

Hari ini tepat pada tanggal 8 Mei 2018 di hari Selasa, sekolahku mengadakan gladi resik untuk perpisahan kelas tertua a.k.a kelas 12. Saat ini aku tengah berada di dalam sebuah ruangan ternyaman yang pernah disinggahi. Seketika benda mati berbentuk persegi panjang meringkik dengan jelas di meja belajar.

Sebelum meletakkan ponsel tersebut ke salah satu pendengaranku, terlebih dahulu menekan tombol telepon berwarna hijau khasnya. Aku menunggu suara yang akan datang dari balik telepon tersebut. Hanya menunggu dan mendapatinya.

"Assalamu'alaikum, Ulfa!" salam sekaligus panggilnya di antah berantah sana.

"Iya. Wa'alaikumsalam," jawabku dengan aksen tenang.

"Sekarang kamu lagi ada di mana?" tanya Devi kemudian setelah aku mengucapkan salam.

"Aku sedang ada di rumah. Kenapa?" jawab sekaligus tanyaku karena penasaran.

"Tadi Anila telepon aku, katanya dia akan pergi ke toko sandal. Kamu mau ikut? Lagipula gladi resik perpisahan dimulainya setelah Dzuhur," kata Devi menyampaikan maksud penelepon ini.

"Iya, aku ikut. Sekalian aku mau beli tas kecil. Berangkatnya jam berapa?" tuturku dengan rasa antusias yang cukup berlebihan.

"Sekitar pukul 10.00 saja. Nanti pulang dari toko langsung ke sekolah," jelas Devi dengan segala rencananya.

"Sila ikut tidak?" tanyaku yang baru menyadari kabar sahabat yang satunya lagi.

"Dia tidak akan ikut. Karena sedang melamar pekerjaan," ungkap Devi memberitahukan.

"Ya sudah, aku siap-siap dulu. Kalau mau berangkat telepon lagi," sabdaku untuk mengakhiri perbincangan.

"Oke siap. Assalamu'alaikum," ucapnya kemudian.

"Wa'alaikumsalam." Lantas aku menjawabnya.

Perbincangan pun diakhiri dengan aman oleh kedua belah pihak. Aku melemparkan handphone ke kasur lalu segera bergegas menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.

Seusai itu, memakai setelan sekolah putih-abu karena ini akan menjadi hari terakhir memakai busana tersebut. Terlebih lagi agar ongkos menuju toko akan lebih murah meriah untuk jangkauan anak sekolah.

Aku menaiki angkutan umum berwarna kuning dengan garis putih di bawahnya. Saat berangkat menuju toko, aku dan Anila memutuskan untuk berangkat bersama karena jalan yang kami lewati satu arah.

Sesampainya di lokasi tujuan aku dan Anila menunggu kedatangan Devi yang masih berada dalam perjalanan. Kurang dari 10 menit Devi sudah menelepon serta memberitahu akan keberadaan yang sudah tiba. Kemudian aku dan Anila berjalan menuju posisi Devi berada.

Sampai Jumpa di Surga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang