#Page: 02 - Lawakan Konyol

787 113 128
                                    

📒 Selamat Membaca 📒

Mentari mulai bertunas di ufuk timur dengan binar unggulan yang terpukau. Awan cerah menggumpal putih di atas langit bersaing dengan warna samudra.

Embun masih tertidur di dedaunan berwarna hijau muda khasnya. Kukuruyuk ayam mulai terdengar nyaring.

Seperti yang dilakukan oleh para pelajar biasanya, aku mulai melangkah menuju gedung sekolah berbasis madrasah juga negeri.

Tak tahu mengapa perasaanku bergelimung dengan rasa tak enak hati. Kayaknya ada sesuatu yang tak beres, tetapi entah apa itu.

-o0o-

Sementara Ibu berniat akan berkunjung ke salah satu klinik yang terdekat dari rumah. Ibu meminta Ayah untuk mendampingi selama perjalanan.

Mereka menumpangi angkutan umum dan berhenti di depan pintu Klinik Sandira. Lalu menyerobot untuk menggaet nomor antrean.

Menunggu di kursi tunggu yang telah tersedia. Kemudian saat seorang suster berteriak memanggil nomor antrean, Ibu memasuki ruang pemeriksaan bersama dengan dokter.

Saat pemeriksaan berjalan dengan lancar nan aman terkendali. Dokter memberi informasi bahwa Ibu kelelahan, kurang makan, dan kurang tidur, juga berat badan menurun drastis.

Selanjutnya menebus resep obat yang telah disodorkan oleh dokter tadi. Berbagai macam obat dengan indikasi berbeda untuk menumpas penyakit yang mengganggu di dalam tubuhnya.

Setelahnya Ibu mengajak Ayah pulang dengan berjalan kaki melalui jalan pintas dan nanti berhenti di jalan raya lalu naik mobil di sana. Ayah sedikit memapah setiap pijakan dan langkah kaki Ibu. Dengan begitu telaten Ayah membantu dengan senang hati.

-o0o-

Pukul tiga lewat sepuluh menit bel sekolah berkoar-koar untuk memberitahu bahwa jam pelajaran sudah berakhir hari ini. Tanpa berpikir apapun lagi, aku langsung meluncur menuju rumah istimewa.

"Assalamu'alaikum," tuturku dengan penuh penekanan agar terdengar oleh orang yang berada di dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam." Ibu menjawab salam kepulanganku dengan lengkung garis menawan di bibirnya yang sedikit pucat.

Kemudian aku masuk ke dalam rumah dan menyalami Ibu yang tengah mempersiapkan butiran-butiran obat pahit.

"Obat apa itu, Bu?" tanyaku sembari membantu membuka bungkusan obat.

"Obat stamina. Kata dokter Ibu kelelahan, kurang makan, dan kurang tidur." Ibu bercerita saat percakapannya dengan dokter tadi.

"Sesudah minum obat, Ibu beristirahat di kamar. Supaya besoknya kembali segar," saranku pada Ibu diterima dengan baik.

Selesai meminum obat Ibu melangkah dengan lemah lalu aku ikut membopong untuk mempermudah berjalan.

Kondisi Ibu sudah berubah, tidak seperti dulu. Mungkin karena faktor usia yang sudah mencapai setengah abad lebih.

Ya Allah, berilah kesehatan jasmani dan rohani kepada Ibu agar mampu menjalankan ibadah dan aktivitas keseharian seperti biasa.

Sampai Jumpa di Surga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang