#Page: 12 - Kunjungan Kedua

217 42 4
                                    

📒 Selamat Membaca 📒

Kehidupan akan terus berjalan dengan sepantasnya. Takkan pernah tuntas sampai kapan pun. Kalau pun sudah mati, kehidupan akan terus berlanjut dan itu merupakan kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan yang kekal abadi.

Apa pun yang ada di dunia akan musnah sekejap ketika tiupan sangkakala pertama ditiupkan oleh malaikat. Bagaikan kapas ditiup oleh angin dan tiupan kedua akan menghidupkan kembali, tetapi dengan alam yang berbeda.

Hari ini sekolah sedang free, jadi aku dan ketiga sohib akan berkunjung ke Rumah Sakit Santika, tepatnya saat ini Ibu dijaga oleh para perawat handal dan para dokter yang jenius.

Aku juga sempat menghubungi Kak Dana yang masih berada di sana, bahwa ketiga kawanku akan datang dan ini merupakan kunjungan kedua untuk bertemu dengan Ibu.

Kak, sahabat aku akan pergi ke rumah sakit, tapi agak siangan. Aku mengirim pesan seperti itu.

Iya, silakan. Hati-hati di jalannya, putus kata dari Kak Dana menyetujui kunjungannya.

Aku, Devi dan Anila juga Sila berangkat sekitar pukul 10 lebih beberapa menit. Setelah saling menunggu, kami menaiki angkot yang menjurus ke rumah sakit tersebut.

Dalam mengisi waktu luang saat berada di angkot, kami bercakap-cakap apa pun itu yang berhubungan dengan berbau Korea. Aku menyempatkan untuk tersenyum getir dalam menanggapi lelucon yang dibuat mereka. Meskipun hati ini merasa gusar, tak tenang dengan keadaan di sana. Maksudnya di rumah sakit, lebih benarnya keadaan Ibu saat ini.

Sesampainya di kawasan rumah sakit, ketiga sejawatku membeli aneka buah-buahan dan roti plus dengan susunya walaupun Ibu sudah tidak memakan itu semua.

"Ini untuk yang menunggu pasiennya saja," celoteh Devi dengan lawakannya.

"Ya sudah. Terima kasih banyak," ucapku melampirkan senyum dengan barisan gigi putih.

Tak lupa menyampaikan keselamatanku bersama teman-teman pada Kak Dana atas sampailah kami di lokasi rumah sakit.

Kak, aku dan teman-teman sudah berada di halaman rumah sakit. Sekarang menuju ke sana. Ketikku pada keyboard ponsel.

Iya, ke sini saja, tapi, tunggu dulu di luar karena Ibu sedang diperiksa oleh dokter. Aku membaca pesan dari Kak Dana dengan cermat serta saksama.

Aku berjalan di paling depan sebagai petunjuk arah jalan. Lalu Devi dan Anila serta Sila menguntit di belakang. Aku berjalan sangat lamban seraya menyiapkan mental fisik dan batin yang kokoh saat berpapasan dengan kondisi Ibu yang semakin hari semakin parah.

"Kata kakakku nanti tunggu dulu di luar karena Ibu sedang diperiksa oleh dokter." Beritahuku di tengah perjalanan dengan menengok ke belakang sepintas dan fokus lagi ke depan.

"Iya, siap," tanggap Sila sepakat dan diiringi anggukan dari yang lain.

"Ibu kamu dirawatnya di ruangan apa?" tanya Anila yang melihatku dengan mimik wajah gelisah.

"Di ruangan Samolo Dua," jawab tegasku dengan pengujaran bergetar.

"Saudaraku juga pernah dirawat di ruang Samolo, tapi di Samolo Satu," curhatnya sedikit.

Sampai Jumpa di Surga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang