#Page: 16 - Pulang Paksa

158 36 7
                                    

📒 Selamat Membaca 📒

Terkadang aku berpikir bahwa dunia mempunyai dua sisi yang saling bertolak belakang. Satu sisi dunia terkadang berbaik hati padaku dan memberikan sikap terhangatnya. Namun, di satu sisi yang lain dunia terkadang bersikap kejam nan sadis tanpa belas kasihan dan memberikan sikap terdinginnya.

Sore ini keadaan semakin menegangkan dan menakutkan menurutku. Keadaan tubuh Ibu semakin memburuk seperti tak ada celah solusi yang datang untuk menghampiri.

Hampir semua keluarga dekat berada di rumah sakit tepatnya di ruangan yang berbau obat yang menyengat tersebut. Di sini ada Ayah, Nenek, Kak Dana, juga beberapa tetangga yang masih enggan untuk pulang serta ada aku pastinya.

"Sekarang keadaan Ibunya Ulfa semakin tidak baik. Sepertinya dokter dan para perawat juga sudah sedikit menyerah dengan keadaannya yang seperti ini. Kamu punya tanggungjawab sebagai kepala keluarga dan semua keputusan berada di tangan kamu sendiri," jelas Nenek panjang lebar untuk menasihati Ayah.

"Bagaimana jika Ibunya Ulfa dibawa pulang saja? Mengingat tempo hari Ibu Ulfa yang ingin meninggal di rumah. Ini tidak bermaksud untuk ke arah sana. Akan tetapi, kita waspada saja," imbuh nenek dengan segala ceramahnya.

"Saya juga berpikir seperti itu sebenarnya. Tapi, pihak rumah sakit tidak memberikan izin untuk kepulangannya dikarenakan kondisi yang tidak dapat diprediksi," tutur Ayah dan tatapan matanya menghadap ke bawah.

"Iya, saya juga setuju dengan perkataan neneknya Ulfa. Lebih baik dibawa pulang saja. Saya hanya memberi saran, ada saudara saya juga yang meninggal di rumah sakit kemudian dibawa ke ruang jenazah lalu didiamkan untuk menunggu keluarganya menjemput." Salah seorang tetangga juga ikut berbincang-bincang.

Tak lama dari itu, tetangga dekat yang datang menjenguk Ibu berpamitan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Sehingga di ruangan ini orang-orang berkurang sedikit.

Tak terasa matahari juga sudah berpamitan dan melukiskan pemandangan elok yang rupawan.

"Sebentar lagi Ibu Cicih bersiap-siap untuk menuju ke ruangan Radiologi untuk diperiksa," ujar seorang perawat dengan menggenggam berkas para pasien.

"Iya, baik," ucap Kak Dana dengan intonasi standar.

Kemudian aku dan juga nenek membereskan barang-barang yang diletakkan di atas pembaringan Ibu dan sedikit membenahi nakas yang berada disampingnya lalu memisahkan pakaian kotor dan bersih untuk disatukan dalam sebuah tas besar.

Tak menunggu lama, perawat yang datang berkunjung tadi sudah kembali lagi.

"Ayo, bantu saya untuk mendorong pembaringan ini," pinta perawat itu dengan tatapan meyakinkan.

Kak Dana segera mendorong pembaringan itu bersama dengan perawat dan meninggalkan ruangan ini dengan segala kehampaannya. Pemeriksaan yang dilakukan menghabiskan waktu yang cukup lama.

Aku dan nenek dalam waktu itu hanya bercakap-cakap ringan saja untuk mengurangi rasa kebosanan karena menunggu. Sementara Ayah keluar rumah sakit, namun entah kemana itu.

"Sangat lama. Memangnya ruangannya jauh?" Tanya nenek setelah melihat kepulangan Kak Dana dan Ibu dari ruangan Radiologi.

"Uhh... Sangat jauh. Hampir ke gerbang depan," kata Kak Dana seraya mengistirahatkan badan sesudah mendorong pembaringan Ibu.

Sampai Jumpa di Surga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang