#Page: 20 - Datang Melayat

159 28 7
                                    

📒 Selamat Membaca 📒

Tersenyumlah hingga lupa bagaimana caranya bersedih dan bersedihlah, tetapi jangan sampai melupakan bagaimana caranya tersenyum, karena tersenyum datang setelah kesedihan penuh air mata.

Aku harus menunjukkan pada dunia bahwa aku baik-baik saja yaitu dengan cara mengekspos lengkungan yang tertarik di bibir yang begitu menawan. Dengan begitu langit juga tidak akan terbawa suasana dengan air matanya yang terus saja turun dan menjejakkan di tanah.

Di hari Minggu ini aku menjalani hari yang begitu berbeda. Ini adalah hari pertama di mana aku sebagai seorang anak yang tanpa Ibu. Saat ini memang merasa masih ada sosok Ibu yang melayang di pikiran.

Di waktu senggang ini aku sedang berselancar di dunia maya. Lalu mendengar seseorang mengetuk pintu dari luar sana. Sebentar aku menunda aktivitas dan segera berjalan untuk membuka pintu yang terus saja digedor-gedor.

"Ada teman kamu," ucapnya saat aku mendapati si nenek yang berada di pembatas pintu.

Leherku celingak-celinguk untuk melihat siapa yang datang berkunjung ke rumah duka ini.

"Ulfa!" teriaknya setelah memasuki ruang tengah.

"Oh, hai," sapaku dengan agak kaku karena tak menyangka dengan kedatangannya.

"Ke kamar saja yuk!" ajakku pada mereka.

Ya. Mereka adalah teman-temanku sewaktu kelas 10. Mereka datang untuk melayat sebagai perwakilan.

"Kangen kamu," ungkap Komala sembari memelukku dan diikuti ketiga kawan yang lain.

"Jangan menangis!" larang Tita yang melihat mataku mulai berkaca-kaca.

"Yang sabar ya!" Nasihat Nisa sembari mengelus punggungku.

"Kami ada di sini untuk kamu," ujar Sri menenangkanku.

Kami duduk beralaskan ubin dingin karena mereka menolak untuk mengamparkan tikar dengan alasan sedang gerah.

"Ulfa, tahu tidak? Saat kita mencari untuk menuju ke rumah kamu tersesat dulu," curhat Komala dengan sikapnya yang rusuh diiringi tawanya yang menggelegar.

"Iya, kita juga ke rumah Sandi dulu sebelumnya," tutur Nisa sekadar memberitahu.

"Bagaimana ceritanya?" tanya Tita dengan raut wajah penasaran.

"Iya, cerita sama kita. Kita juga ingin tahu apa penyebabnya," sabda Sri sedikit memaksa.

"Awalnya karena kelelahan, kurang makan, kurang tidur terus langsung drop saat itu juga. Mulanya tidak dibawa ke rumah sakit hanya berobat jalan, tapi keadaannya semakin buruk dan memutuskan untuk dibawa ke rumah sakit," curhatku sedikit dari banyaknya peristiwa yang terjadi.

"Sekarang bagaimana rasanya?" tanya Nisa mengintrrograsi.

Aku hanya tersenyum tipis untuk menanggapinya karena terlalu campur aduk perasaan ini.

"Untuk saat ini pasti masih merasa akan kehadirannya, tapi setelah beberapa hari akan semakin terasa kehilangan. Aku juga pernah merasakannya," cakap Nisa sedikit bercerita akan kepergian ayahnya beberapa waktu yang lalu.

Sampai Jumpa di Surga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang