1. IVF

24.8K 540 17
                                    

1. IVF


Rena Zamrud Aryadi.

Aku begitu shock mendengar semua kata-kata yang diucapkan orang yang sekarang duduk didepanku. Mataku nanar menatap Ibu Tedjo yang menceritakan kelakuan seorang wanita. Wanita yang melahirkanku dengan penuh perjuangan. Wanita yang merawatku dengan penuh kasih sayang. Sekarang... membuat aku harus bertanggung jawab atas segala hal yang beliau lakukan.

"Tolong ibu ya Nak Rena, karena ibu kamu tidak bisa ibu temui." Ibu Terdjo memohon. "Ibu harus segera mendapatkan jawaban. Bukan. Ibu butuh segera karena sudah lebih dari jatuh tempo." Ibu Tedjo bicara panjang lebar dan aku...terdiam. Aku tidak tahu harus menjawab apa? Karena aku selalu menjawab semua masalah yang ditimbulkan wanita yang aku sayangi, ibuku.

"Nak Rena. Nak Rena. Nak!"

Aku terkesiap. Panggilan Ibu Tedjo membuyarkan lamunanku yang sedang mencari solusi. "Iya Bu Tedjo. Saya usahakan bisa cepat ya Bu." Jawabku memberikan ketenangan pada Ibu Tedjo padahal diriku sendiri tidak merasa tenang karena ceritanya.

"Ibu percaya sama Nak Rena, tapi jangan lama-lama ya Nak. Ibu tunggu segera jawabannya. Ibu butuh." Setelah menyampaikan maksudnya ibu Tedjo meninggalkan aku duduk sendirian di kedai minuman yang menjadi tempat pertemuan kami. Di kedai minuman ini pula biasanya aku dan teman baikku –Ani dan Yuni- nongkrong. Boleh dikatakan tempat favorit. Sekarang kedai ini juga menjadi bagian dari saksi perjalanan hidupku.

Aku mendesah panjang, sudah tidak bisa ku hitung lagi berapa kali aku memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh ibuku, karena pada satu titik yang sama yaitu uang. Dikemanakan uang-uang itu? Aku tidak tahu. Yang aku tahu saat ini aku harus segera kembali ke tempat kerjaku menunggu jam pulang tiba. Kemudian segera ke rumah dan menanyakan kebenaran pada wanita yang aku sayangi, ibuku.

Aku segera beranjak dari tempat dudukku melanjutkan pekerjaan yang tertunda, karena dengan bekerja sajalah aku bisa menjawab pertanyaan Ibu Tedjo.

"Rena." Panggilan itu membuatku menoleh. Ani adalah tetanggaku, teman kecilku, juga teman baikku. Ani bekerja di kedai minuman ini. "Kenapa Ibu Tedjo ?" saat ini kami sudah berdiri berhadapan. Ani berada dibalik meja kasir.

"Biasa Ni." Jawabku sambil menunduk. Ani adalah teman kecilku, teman baikku, ia juga menjadi tempat curhatku. Ani juga mengetahui keluh kesahku tentang ibuku.

"Sama ibu Tedjo juga?" Tanya Ani tak percaya. Aku mengangguk "Banyak?" bisiknya dan aku mengangkat tanganku menghadapkan telapak tanganku ke arahnya. Ani reflex menutup mulutnya. "Kamu ada?" bisiknya lagi.

"Tidak sampai segitu Ni." Jawabku lesu.

Ani menatapku kasihan "Terus gimana Ren?" Tanya Ani seperti ikut menanggung bebanku.

"Nanti aku cari solusi lagi Ni." Jawabku tersenyum mencoba untuk kuat dihadapannya. Aku berpamitan untuk kembali ke tempat kerjaku.

*

*

*

Aku segera memarkirkan motor bebek kesayanganku yang aku dapat dengan meng-kredit walaupun motor bebek itu juga bukan motor bebek baru alias second. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, hari ini aku lembur. Aku berjalan menuju ke rumah kemudian membuka pintu utama, menerobos masuk mencari keberadaan ibuku.

"Bu...ibu...!" panggilku. Orang yang aku cari keluar dari arah dapur membawa secangkir teh hangat, seperti biasa beliau menyediakannya untukku.

"Anak ibu sudah pulang. Ini ibu sudah buatkan teh hangat." Ibu meletakan secangkir teh diatas meja. Aku masih memperhatikan raut wajah ibu, seperti tanpa beban. "Apa kamu ga capek berdiri terus?"

Love in IVF (in vitro fertilization)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang